Melisa terpaksa menjalani kehidupan yang penuh dosa, demi tujuannya untuk membalaskan dendam kematian orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panggilan sayang
Pasca kepergian adik kandungnya, Lusi kini hanya merenung ucapan dari adiknya itu, bahkan rasa kekhawatiran adiknya itu.
Lusi menatap jarum jam yang saat ini telah menunjukkan pukul 18.30, itu berarti hari telah petang.
Namun sampai sekarang keduanya belum juga pulang, timbul rasa tak enak di hati Lusi. Namun ia berusaha mengenyahkan pikiran buruk pada suami dan anak angkatnya.
Sementara dari kejauhan di kegelapan malam, terlihat mobil berg0y*ng yang terparkir menyepi jauh dari tepi pantai.
Keduanya sedang meneguk indahnya surga dunia, di mana rasa menyenangkan itu mengaliri tubuh keduanya.
Setelah tadi melihat matahari terbenam, saat Rudy menyerang ranumnya alat ucap Melisa, saat itu keduanya larut dalam cinta terlarang.
Rudy yang sudah candu akan tvbvh Melisa itu mulai mengendong Melisa sembari alat ucap keduanya tidak pernah lepas.
Badan Melisa di bawa ke dalam mobil, di rebahkan di belakang kursi kemudi. Lalu Rudy mengangkat dress Melisa sampai ke pinggang
Dengan terburu-buru, Rudy melakukan penyatuan saat itu juga, dan akhirnya terjadilah acara bajak membajak sawah.
Dari kejauhan yang terlihat hanya siluet keduanya yang sedang mereguk kasih. Banyak mobil terparkir di sekitar situ hanya untuk kegiatan hal yang dianggap t4 bu itu.
Namun tidak ada yang tahu jika kedua orang yang sedang bekerja untuk menyenangkan dirinya masing-masing itu bukan pasangan kekasih.
"Ayah lihat udah gelap tuh." Res4h Melisa menatap suasana pantai yang kini telah menjadi malam.
"Ya sudah kita pulang sekarang." Ajak Rudy sesaat pria itu telah lelaki itu sudah selesai memakai pakaiannya lengkap.
Melisa pun juga ikut membenahi dress-nya yang sempat berantakan, tak lupa ia juga membenahi wajahnya dengan mengulaskan bedak dan lipstick.
Rudy mengajak Melisa kembali duduk di samping kemudi, dan Melisa pun menurutinya.
Mobil pun berjalan menuju ke rumah, dan sesampainya di sana ternyata Lusi telah menunggu kedatangan suami dan Melisa.
"Apakah ada kendala di jalan? Kenapa baru pulang?" Tanya Lusi yang melihat suami dan anak angkatnya pulang hingga sampai jam 8 malam.
"Maafkan kami sayang, tadi muter-muter cari tempat kursus yang bagus. Udah gitu pendaftarannya lama." Jawab Rudy bohong.
Lusi mengernyit, batinnya merasa aneh. Mana ada cari tempat kursus sampai hampir seharian, padahal mereka keluar dari ruang siang hari.
Namun Lusi tak mau banyak tanya, ia enggan untuk berdebat untuk saat ini dengan suaminya. Apalagi Lusi begitu mencintai pria yang ia nikahi cukup lama itu.
Lusi juga tidak pernah mendapati suaminya bermain serong, bisa di bilang catatan suaminya bersih dari wanita lain.
Namun tatapan Lusi jatuh pada banyaknya barang bawaan yang di bawa oleh Melisa juga suaminya.
"Kalian habis dari mall juga? Belanja apa aja? Banyak sekali....." Cecar Lusi yang ingin tahu.
"Ayah hanya belikan beberapa baju buat Melisa Bu, juga belikan ponsel aku yang sudah pecah layarnya." Balas Melisa.
Lusi baru ingat bahwa ponsel Melisa telah usang bahkan layarnya retak karena saat itu handphone Melisa jatuh karena terburu-buru menolongnya waktu pingsan.
"Ya ampun Mel, ibu macam apa sampai ibu lupa mengganti handphone kamu, maaf ya Mel....ayah terima kasih sudah belikan Melisa handphone." Ungkap sang isteri.
"Iya Bu tidak apa, lagian walau layarnya retak yang penting masih berfungsi dengan baik." Jawab Melisa.
"Iya sayang, oiya aku juga belikan kamu sesuatu." Ucap Rudy pada Lusi.
Lusi melirik pada suaminya dan tergangga ketika Rudy mengeluarkan kotak perhiasan di hadapan isterinya.
"Apa ini sayang....." Lirih Lusi sedikit surprise dengan pemberian suaminya.
"Bukalah....!!" Titah Rudy.
Tanpa banyak kata, Lusi membuka sekotak cukup besar perhiasan yang berisi kalung cantik.
Mata Lusi terlihat berbinar, terlebih harga kalung itu terlihat sangat mahal, bahkan kini hanya pemberian kecil itu mata Lusi telah berkaca-kaca.
"Terima kasih suamiku."
Lusi pun memeluk suaminya, Rudy pun membalas pelukan istrinya. Bahkan Melisa yang duduk di samping Lusi ikut bahagia, walau hatinya sedikit mem4n45.
"I love you mas...." Ungkap Lusi pada suaminya yang masih memeluk dirinya.
"I love you to sayang." Balas Rudy namun tatapannya tertuju pada Melisa.
Tangannya pun memegang pergelangan tangan Melisa dan berakhir menautkannya. Hati Melisa ikut berbinar, walau itu hanya sekedar pegangan tangan.
Entah maksud balasan cinta yang di katakan Rudy itu untuk siapa? Jika saya Rudy bisa memilih, ia ingin menjadikan Melisa isteri keduanya, namun apakah mungkin?
Saat malam tiba, setelah makan malam, Rudy mengajak Lusi tidur. Dirinya juga lelah karena seharian pergi dengan Melisa, belum lagi mereka menghabiskan waktu bersama dengan kegiatan p4 n4s di mobil.
Lusi pun ikut berbaring di samping suaminya dengan memeluk Rudy, hatinya begitu senang sampai ia susah untuk menutup matanya karena hadiah yang beberapa jam yang lalu suaminya berikan.
Pagi hari menyapa, burung-burung berkicauan dengan sangat merdunya. Rudy mengajak istrinya keluar rumah untuk berjemur, kemaren saat periksa dokter menyarankan beberapa menit untuk berjemur.
Lusi dibawa dengan kursi roda, karena tubuhnya yang kian kurus dan lemah. Dibawah sinar matahari yang sudah cukup menyengat itu Lusi berjemur.
Rudy menemaninya dan sedikit memberi pijatan pada kaki istrinya, namun baru beberapa menit ponselnya berdering.
"Siapa mas yang nelpon?"
"Bos aku sayang."
"Buruan angkat, gak enak."
Rudy pun mengangkatnya di hadapan isterinya. Dan ternyata pembicaraan mereka terkait proyek yang kemaren di bahas di luar Jawa itu.
"Baik pak saya akan segera ke kantor." Ucap Rudy yang setelahnya ponsel di matikan.
Lusi paham akhir-akhir ini suaminya sering sibuk dengan pekerjaannya, itu pun setelah suaminya naik jabatan menjadi manager.
"Maaf sayang aku harus ke kantor, ada yang harus dibicarakan mengenai proyek."
"Tidak apa mas, pergilah!!"
"Tapi kamu nanti gimana?"
"Nanti biar Melisa yang bawa aku ke dalam. Biarkan 10 menit lagi aku disini dulu mas."
"Baiklah aku masuk dulu."
"Mas tunggu."
Rudy yang akan masuk kedalam pun mengurungkan langkanya, dan menoleh pada Lusi yang memajukan kursi rodanya.
"Ada apa sayang? Kamu butuh sesuatu?" Tanya Rudy.
"Kamu panggilkan Melisa nanti untuk membawaku masuk ya?"
"Oke sayang, mas mandi dulu ya."
Lusi mengangguk dan kembali ke tempat semula ia berada ditempat di bawah sinar matahari itu.
Sedangkan Rudy yang akan ke kamar mandi untuk bersih-bersih pun melihat kesibukan Melisa di dapur.
Rudy menerbitkan senyumannya, ia mendekati Melisa yang sedang menyusun sarapan pagi untuk istrinya.
"Sayang tadi kata ibu kamu nanti temani ibu berjemur ya?" Ungkap Rudy.
"Iya ayah, ini Melisa lagi masak."
"Ya sudah ayah mandi dulu ya, tolong jaga ibu kamu ya sayang?"
"Iya ayah, lagian jangan panggil Melisa dengan sebutan itu yah, kalo ibu denger kan Melisa gak enak?"
Maksudnya Melisa untuk tidak memanggil dirinya dengan sebutan sayang saat berada dirumah, dah Rudy bahkan kelepasan bicara.
"Iya ayah kelupaan, soalnya bagi ayah kamu udah ayah anggap seperti pacar untuk ayah." Tawa Rudy yang kini memeluk Melisa sebentar.
Bersambung......