NovelToon NovelToon
CARA YANG SALAH

CARA YANG SALAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Playboy / Selingkuh / Cinta Terlarang / Romansa
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: syahri musdalipah tarigan

**(anak kecil di larang mampir)**

Di tengah kepedihan yang membungkus hidupnya, Nadra mulai menjalani hari-hari barunya. Tak disangka, di balik luka, ia justru dipertemukan dengan tiga pria yang perlahan mengisi ruang kosong dalam hidupnya.

Arven, teman kerja yang selalu ada dan diam-diam mencintainya. Agra, pria dewasa berusia 40 tahun yang bersikap lembut, dewasa, dan penuh perhatian. Seorang duda yang rupanya menyimpan trauma masa lalu.

Dan Nayaka, adik Agra, pria dewasa dengan kepribadian yang unik dan sulit ditebak. Kadang terlihat seperti anak-anak, tapi menyimpan luka dan rasa yang dalam.

Seiring berjalannya waktu, kedekatan antara Nadra dan ketiga pria itu berubah menjadi lingkaran rumit perasaan. Mereka saling bersaing, saling cemburu, saling menjaga namun, hati Nadra hanya condong pada satu orang: Agra.

Keputusan Nadra mengejutkan semuanya. Terutama bagi Nayaka, yang merasa dikhianati oleh dua orang terdekatnya, kakaknya sendiri dan wanita yang ia cintai diam-diam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syahri musdalipah tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29. Om Duda

Nadra yang tadinya syok, perlahan kembali mendekat. Ia memandangi wajah Agra dalam diam, sangat dekat, hingga Agra bisa merasakan hembusan napasnya.

Wajah Nadra serius, matanya tajam menelisik. Agra mendadak gugup, tenggorokannya tercekat. "Ada apa?" tanya Agra pelan.

Nadra tak langsung menjawab. Ia hanya menatap dalam-dalam, seolah ingin membaca isi hati pria di hadapannya. Setelah puas memandangi, Nadra menarik diri, kembali bersandar ke jok kursinya. "Kenapa wajah setampan ini, badan sebagus itu, bisa-bisanya jadi duda?" ucap Nadra tiba-tiba, polos namun jujur.

Agra terdiam sejenak. Pandangannya lurus ke depan, menatap gelapnya jalan. "Aku nggak mau bahas itu makam ini," suaranya rendah, nyaris bergumam. Ia segera mengalihkan topik. "Kamu beneran nggak malu jalan sama aku? Orang yang lebih tua dan, punya masa lalu?"

Nadra langsung mengangguk cepat. "Nggak sama sekali."

Agra meliriknya, mencoba membaca ekspresi Nadra. Lalu bertanya lagi, pelan tapi serius. "Kamu siap, kalau suatu hari nanti jadi istriku?"

Nadra mengangguk lagi, lebih cepat. Wajahnya berbinar. "Siap."

Agra tersenyum kecil. "Kenapa kamu suka aku?" tanyanya lembut, tak lepas menatap jalan.

Nadra menjawab tanpa ragu. "Awalnya aku takut. Tapi lama-lama, aku nyaman. Ngerasa aman, kayak pulang ke tempat yang tenang."

Agra mengangguk pelan, ada sesuatu yang hangat di dadanya. "Dan kamu nggak takut aku macam-macam?"

Nadra menggeleng santai. "Nggak. Om nggak berani. Aku tahu. Meskipun dulu aku sempat curiga. Tapi sekarang nggak."

Agra tertawa pelan, lalu menarik napas panjang sebelum kembali bicara. "Nadra, kalau nanti kita resmi pacaran, kamu harus berhenti kerja. Ikut aku."

Perkataan itu membuat Nadra langsung menoleh. "Aku nggak mau."

Agra menghentikan mobilnya perlahan, tepat di depan rumah Nadra. Ia menatap Nadra serius. "Kenapa?"

Nadra tersenyum santai. "Karena aku masih mau cari uang sendiri. Hidup itu harus punya tabungan."

Agra menghela napas. "Baiklah. Tapi di tempat aku kerja ada lowongan. Kalau kamu mau, besok pagi aku jemput. Kamu ikut aku ke sana."

Nadra langsung mengangguk semangat. "Mau!"

Agra tersenyum puas. Tapi Nadra belum selesai. Ia memiringkan kepala, matanya penuh rasa ingin tahu. "Jadi, malam ini kita resmi pacaran, ya?"

Agra menoleh, mengangguk pelan. "Iya."

Nadra langsung bersorak pelan, mengepalkan tangannya yang mungil dengan semangat. "Yeay! Aku punya pacar! Hahaha." Ia lalu bertanya polos, "Kalau pacaran tuh, biasanya ngapain aja?"

Agra terdiam. Matanya membelalak sedikit, pikirannya langsung kemana-mana. Wajahnya sempat memerah, tak bisa menyembunyikan bayangan liar yang sekilas muncul di kepalanya. Namun ia cepat sadar. Batuk kecil, lalu bersuara. "Sudah malam. Nadra. Cepat turun. Tidur yang nyenyak, ya."

Nadra nyengir lebar, membuka pintu mobil. "Iya, pacarku." Sebelum turun, ia sempat melambai manja. "Selamat malam, Om Duda."

Pintu tertutup, dan Agra hanya bisa geleng-geleng dengan senyum kecil yang tak bisa ia sembunyikan. Agra masih tersenyum kecil saat melihat pantulan tubuh mungil Nadra di kaca spion tengah mobilnya. Gadis itu berdiri di depan pintu rumah, melambaikan tangan kecilnya dengan senyum yang membuat dada Agra terasa hangat. Sebelum melajukan mobil, ia sempat membunyikan klakson pelan, seolah mengucapkan salam perpisahan. Nadra membalas dengan lambaian ringan, kemudian Agra pergi meninggalkan halaman rumah dengan tenang.

Beberapa menit setelah mobil Agra lenyap dari pandangan, Nadra masih berdiri di depan pintu, seperti enggan masuk. Jemarinya sibuk memutar kunci rumah, tapi entah kenapa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Baru saja ia ingin memutar kunci, suara deru motor sport terdengar mendekat. Suara itu khas, dan Nadra tahu siapa pemiliknya.

Tangannya refleks bergetar, kunci rumah terlepas dari genggaman dan jatuh ke lantai beranda dengan bunyi 'ting'. Nadra buru-buru menunduk mengambilnya, namun sebelum sempat memasukkannya ke lubang kunci, suara berat yang familiar memanggil namanya.

"Nadra," suara itu berat, tegas, dan begitu dekat, tepat di belakangnya.

Nadra memejamkan mata. Tubuhnya sedikit menegang. Ia bisa merasakan hawa dingin dan wibawa Nayaka, yang kini berdiri hanya beberapa langkah di belakangnya. Aroma parfum mahal bercampur bau bensin khas motor sport menyeruak, membuat Nadra makin gugup.

"Kenapa berdiri di luar sendirian?" tanya Nayaka lagi, suaranya datar, tapi ada nada penasaran di dalamnya.

Nadra menelan ludah, memaksa bibirnya tersenyum. Ia membalikkan badan perlahan, menatap pria tinggi dengan sorot mata tajam itu. "A-aku baru sampai, Nayaka," jawabnya gugup, tangannya memainkan kunci di genggaman.

Tatapan Nayaka melirik sekilas ke arah jalan, seolah mengikuti arah kepergian mobil Agra tadi. "Tadi ada yang mengantarmu pulang?" tanyanya pelan namun penuh tekanan, alisnya sedikit terangkat.

Nadra spontan menunduk, menghindari tatapan tajam Nayaka. "I-iya, Om Agra."

Nayaka menghela napas panjang, langkahnya maju mendekat. Mata Nadra membesar saat tubuh Nayaka kini begitu dekat dengannya, hingga ia bisa merasakan aura dingin pira itu. "Jaga jarak dengan dia. Aku tidak suka," ucap Nayaka pelan namun jelas.

Nadra langsung mendongak, wajahnya berubah masam. Ia meletakkan kedua tangannya di pinggang, sikapnya tegas dan kesal. "Enak aja! Emang kamu siapa nyuruh-nyuruh aku kayak gitu?" suaranya meninggi, matanya menatap tajam ke wajah datar Nayaka.

Nayaka melangkah setengah maju dan secara refleks menggenggam pergelangan tangan Nadra. Tapi Nadra langsung menarik tangannya cepat-cepat, nada suaranya naik setingkat lagi. "Jangan sentuh aku!"

Wajah Nayaka seketika berubah. Ketegasan di matanya mengendur, tergantikan oleh kegelisahan yang tak biasa. Pandangannya kosong sejenak, seperti sedang menimbang sesuatu. Napasnya terdengar berat, dan Nadra tak luput memperhatikan perubahan itu.

"Ada apa, Nayaka?" tanya Nadra dengan nada lebih tenang, tapi masih menyisakan nada curiga. "Kamu kelihatan panik."

Nayaka tak menunda. Matanya menatap lurus ke arah Nadra, dan kata-katanya keluar begitu saja. "Sabtu ini aku dijodohkan. Sama pilihan orangtuaku. Dan aku, aku nggak suka sama perempuan itu, Nadra."

Nadra terdiam, matanya membesar sedikit. Ia menggeleng pelan, nada suaranya mencibir, "Dijodohkan? Aduh, orang tua kamu tuh kayak orang zaman kerajaan. Kuno banget!"

Nayaka langsung mengangguk cepat, seolah Nadra baru saja mengucapkan kebenaran tertinggi dalam hidupnya. Tapi tiba-tiba, tanpa aba-aba, ia berlutut di depan Nadra. Tangannya meraih kedua tangan gadis itu dan menggenggam erat.

Perbuatan Nayaka yang tiba-tiba membuat Nadra kaget setengah mati. Matanya membelalak, wajahnya merah padam karena canggung. Ia buru-buru melirik ke kanan dan kiri, memastikan tak ada tetangga yang sedang mengintip dari balik tirai. "Nayaka! Jangan gini! Nanti dikira ada apa-apa sama orang!" bisik Nadra panik sambil mencoba menarik tangannya.

"Aku serius, Nadra," ucap Nayaka pelan tapi tegas. Matanya mengunci mata Nadra, penuh dengan keputusasaan yang tak bisa disembunyikan.

Melihat kesungguhan itu, Nadra akhirnya menarik lengan Nayaka lembut. "Udah, udah sini, duduk aja. Jangan aneh-aneh di depan rumah orang."

Ia menarik Nayaka untuk duduk di lantai teras. Nayaka mengikuti dengan patuh, duduk di samping Nadra di tepian lantai yang dingin oleh udara malam. Keduanya terdiam sejenak, hanya suara jangkrik dan deru angin malam yang mengisi kekosongan.

Nadra menghela napas perlahan, lalu menoleh ke arah Nayaka yang masih duduk gelisah di sampingnya. Dalam remang lampu teras, bayangan wajah keduanya tampak samar, namun sorot mata mereka berbicara lebih banyak dari kata-kata. "Aku masih nggak ngerti," ucap Nadra pelan, suaranya tenang. "Kenapa kamu nolak perjodohan itu?"

Nayaka mengangguk kecil, menunduk, lalu berkata dengan lirih, "Karena aku mencintai wanita lain."

Nadra terdiam sesaat. Hatinya berdebar tak karuan, tapi ia tetap menjaga nada suaranya tetap tenang. "Kalau memang begitu, bilang aja jujur ke orang tuamu."

"Aku udah bilang." Nayaka menoleh padanya, matanya memelas. "Tapi orang tuaku, mereka keras. Keputusan mereka nggak bisa dibantah. Apalagi perjodohan ini udah dibicarakan antar keluarga."

Nadra menggigit bibir bawahnya, merasa iba. Tanpa berpikir panjang, tangan mungilnya terangkat pelan, mengelus punggung Nayaka dengan lembut. "Sabar, Nayaka. Mungkin ada jalan lain."

Nayaka menoleh. Sorot matanya berubah, penuh harap yang mencuat tiba-tiba. "Nadra, bantu aku," bisiknya pelan. "Jadi pacar pura-puraku. Biar perjodohan ini dibatalin."

...Bersambung......

1
Elisabeth Ratna Susanti
top banget seruuu Thor 👍🥰
Elisabeth Ratna Susanti
maaf flu berat jadi telat mampir
Pengagum Rahasia
/Sob//Sob//Sob/
Pengagum Rahasia
Agra begitu sayang sama adeknya, ya
Syhr Syhr: Sangat sayang. Tapi kadang adeknya nyerandu
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Oh, jadi asisten ingin genit genit biar lirik Agra. Eh, rupanya Agra gak suka.
Syhr Syhr: Iya, mana level Agra sama wanita seperti itu 😁
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Apakah ada skandal?
Syhr Syhr: Tidak
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Agra sedetail itu menyiapkan semua untuk Nadra. /Scream/
Pengagum Rahasia
hahah, karyawannya kepo
Syhr Syhr: Iya, hebring
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Kapoklah, Nadra merajok
Syhr Syhr: Ayo, sih Om jadi bingung 😂
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Yakin khawatir, nanti ada hal lain.
Pengagum Rahasia
Ayo, nanti marah Pak dion
Syhr Syhr: Udah kembut Nadra, pusing dia
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Abang sama adek benar benar sudah memiliki perusahaan sendiri.
Pengagum Rahasia
Kalau orang kaya memang gitu Nad, biar harta turun temurun
Syhr Syhr: Biar gak miskin kata orang².
Syhr Syhr: Biar gak miskin kata orang².
total 2 replies
Pengagum Rahasia
Haha, jelas marah. Orang baru jadian di suruh menjauh/Facepalm/
Pengagum Rahasia
Udah Om, pakek Duda lagi/Facepalm/
Syhr Syhr: Paket lengkap
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Kekeh/Curse//Curse//Curse/
Pengagum Rahasia
Mantab, jujur, polos, dan tegas
Syhr Syhr: Terlalu semuanya Nadra
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Cepat kali.
Pengagum Rahasia
Agra memang bijak
Pengagum Rahasia
Agra type pria yang peka. Keren
Syhr Syhr: Jarang ada, kan
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!