NovelToon NovelToon
Amor

Amor

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Keluarga / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Dark Romance
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Jonjuwi

Asila Ayu Tahara. Perempuan yang tiba-tiba dituduh membunuh keluarganya, kata penyidik ini adalah perbuatan dendam ia sendiri karna sering di kucilkan oleh keluarganya . Apa benar? Ikut Hara mencari tahu siapa sih yang bunuh keluarga nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jonjuwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kebohongan dan kejujuran

Hara sudah terduduk di depan layar yang menampilkan sebuah kamera tengah bergerak berisik, Hara berpikir kamera ini tersimpan di sebuah saku seorang lelaki yang sempat di telepon Dewi.

"Kamu jangan ke tangkap kamera ya." ucap Hara

Telapak tangannya lihai mendorong-dorong tubuh Dewi agar lebih menjauh dari sisinya.

"Iya, iya, ceilah yang mau kangen-kangenan"

"Bukan, kan ini mau ngurusin masalah." jawabnya tak terima

"Sekalian ngurusin kangen juga ya?" Dewi semakin mengejeknya

Tak lama terdengar suara Rega tengah berbicara dengan berbisik kepada Hakim, Hara melihat di layarnya bahwa Hakim tengah terbaring dengan perban di kepalanya.

Hatinya sangat gelisah tatkala Hakim yang dibangunkan sama sekali tak memberi respon, namun tak lama kekhawatiran itu akhirnya Hakim tersadar dan mulai berbicara dengan Rega.

Kamera dalam handphone itu bergerak seolah keluar dari persembunyiannya.

"Jangan berisik ya bro, nyokap bokap lu pasti bakal langsung lapor polisi kalo tau ini. Ya, meskipun gue tau lo juga polisi tapi ini kan pujaan hati lo sendiri, kangen kan lo?" itu suara Rega yang tengah berbicara pelan pada Hakim

Hakim masih belum menatap handphone itu namun Hara melihat Hakim mengangguk-anggukkan kepalanya pada Rega.

Tak lama mata Hakim dan Hara kini bertemu sebelum Hakim kelepasan memanggil Hara, Hara dengan sesegera mungkin mengacungkan telunjuknya di depan bibir menyuruh Hakim untuk tetap tenang.

"Kamu dimana?" bisik Hakim

"Aku aman kok Kak, apa nya yang sakit Kak?"

"Nggak, nggak, gak ada yang sakit. Hara, saya mau ke kamu."

"Kak, Ayah sama Ibu gak akan kasih izin Kakak buat ketemu aku. Makanya aku minta tolong temen aku buat nyamar kaya gini."

"Persetan dengan semuanya Hara, saya cuma mau ketemu kamu. Kamu aman kan, gak ada yang luka kan? Terakhir itu benar ngga yang di bilang Ayah kalo kamu sama Dewi?"

Hara sempat terdiam "Kak, aku baik-baik aja. Soal itu ... "

"It's okay Hara, meskipun kamu sama Dewi juga gak apa-apa. Saya yakin kamu aman sama dia."

Hara terdiam menahan kepalanya agar tak menoleh ke sebelahnya yang mana tengah terbingung juga.

"Dewi marah ya sama saya? Karna udah nyakitin kamu?"

Hara sontak mengangkat alisnya "Kak, soal kecelakaan ini."

Hakim masih terdiam menunggu jawaban Hara yang menggantung

"Aku yakin bukan Dewi pelakunya."

Hakim terdiam mencerna semuanya baik-baik.

"Maksud kamu?"

"Ini pure kecelakaan, Kak."

"Kamu sama Dewi sekarang?"

Hara yang sejak tadi menahan diri agar tak menoleh ke arah Dewi itu kini sontak menoleh, membuat Hakim juga mengernyitkan dahinya.

"Hara, sebenernya pekerjaan dan tanggungjawab saya itu kejar kalian berdua, tapi entah kenapa hati saya seolah gak mau semua ini terjadi. Hara, saya."

Hakim tak melanjutkan bicaranya kala melihat sosok Dewi yang berdiri di belakang kursi Hara.

"Lo gak mau karna Hara terlibat kan?" kali ini Dewi menimpali

"Dewi, sudahi semuanya. Ayo serahkan diri kamu. Sejujurnya kamu adalah tersangka yang dengan gamblang dan berani menunjukkan diri saat tengah dalam proses pencarian. Saya tau kamu memperalat Hara agar kamu sendiri aman."

Hara menoleh ke arah Dewi dan mendapat gelengan protes dari sahabatnya.

"Gue gak pernah memperalat Hara! Yang ada lo yang memperalat Hara! Gue tau sejak awal lo deketin Hara itu untuk tau lebih jelas tentang gue, oh jangan-jangan semua perhatian lo selama ini juga palsu cuma biar Hara percaya sama lo dan lo lebih gampang manfaatin dia!"

"Jaga mulut kamu pembunuh!" suara Hakim masih berbisik namun kali ini di barengi dengan sorot mata tajam miliknya

Hara yang berada di tengah-tengah mereka itu mengusak surainya frustasi.

"Kak?"

Hakim menaikkan alisnya "Hm?"

"Udah cukup. Lanjutin aja kerjaan Kakak buat kejar aku sama Dewi."

"Hara, sekarang kamu lebih pilih hidup sama psikopat itu? Dibanding sama saya?"

"Seharusnya Kakak tau sejak awal, aku selalu ada di pihak Dewi Kak."

"Itu cuma karna perasaan bersalah kamu aja Hara! Saya yakin kamu mau pergi dari sana, dan menjauh dari pembunuh itu."

Hara menggeleng "Nggak Kak, sejak awal sampai saat ini aku selalu ada di pihak Dewi."

"Terus apa maksudnya saat kamu bantu saya dan teman-teman saya buat kepung Dewi saat itu."

"Hakim, Hakim, lo tau drama gak?" Dewi menimpali

Hakim menghela nafas beratnya.

"Dan Kak, aku minta buat Ayah Kakak bikin klarifikasi lagi bahwa kecelakaan ini bukan Dewi pelaku nya."

"Setelah kamu ngomong tadi, kamu yakin saya masih percaya sama kalian?"

"Kak, ini bukan perbuatan Dewi!"

Hakim hanya mendecih disana membuat Rega kepalang emosi dan akhirnya merebut paksa handphone dari tangan Hakim.

"Eh, bentar!"

Rega menggeleng dengan mata yang memanas.

"Ini serius! Sumpah ini hal serius yang harus saya bilang ke Hara!"

Rega tak memberikan handphonenya, ia malah memegangi nya tepat tak jauh dari wajah hakim dan membiarkan Hakim mengutarakan apa yang belum ia sampaikan itu.

"Hara. Soal perasaan saya ... Semuanya nyata adanya, saya gak pernah manfaatin apapun dari kamu, saya gak pernah berpikiran untuk memperalat kamu, dan saya minta maaf karna sudah menyakiti hati dan perasaan kamu karna perkataan Ayah saya. Hara, kalau kamu mau kabur dari sekarang saya biarkan dan tolong selalu jaga diri, jangan pernah terluka, dan ... Saya berharap ... Ah, tidak! Silahkan lanjutkan hidupmu dengan baik."

"Kak, semua yang aku kasih itu palsu dan bohong. Dan jangan berharap buat ketemu lagi."

Panggilan itu diakhiri oleh Hara.

Hara berbohong dan penuh drama kali ini.

Dewi menatap Hara yang kini terisak sambil menutupi wajahnya, ia tahu sahabatnya itu berbohong. Semua perkataan dari awal panggilan itu Hara banyak berbohong. Ia merengkuh kepala Hara dan mendekap di atas perutnya.

Dewi tahu Hara mau menjalani ini semata-mata karna perasaan bersalah nya, Dewi sangat tahu Hara.

"Kalau boleh ganggu, bisa gak nangis nya nanti lagi. Kita harus pindah dari sini." ucap Dewi yang kini melepas pelukannya

Hara mendongak "Kenapa?"

"Kita harus pindah."

"Emang disini gak aman lagi?"

"Gak jamin sih, apalagi udah telepon Hakim tadi. Kita gak tau bakal ada kejadian apa beberapa jam setelah ini."

Ia akan memulai permainan petak umpet nya bersama Dewi, Hakim, Kala dan Alves.

Hara membawa belanjaan yang belum sempat di rapihkan sebelumnya, menaiki mobil yang sudah siap di garasi untuk membawanya ke tempat yang baru.

"Oh iya, kemungkinan malam ini kita udah bisa ganti wajah."

Hara menoleh ke sebelahnya "Kita operasi?"

Dewi mengangguk semangat

"Dimana?" tanya Hara

"Di rumah Nenek, yang bakal kita datengin sekarang."

"Dokter nya?"

Dewi terkekeh "Hehehe, tenang aja Hara. Mama ku udah siapin itu semua."

Sungguh, Hara sudah masuk dalam lingkaran setan sebenarnya. Ia akan terus bermain petak umpet sepanjang hidupnya.

1
Jonjuwi
kena pl trs guys part ninuninu nya leo sama hanura, klo ada yg mau bisa dm aja ya ke ig flooo_gladiol 😭🙏🏻
Ulla Hullasoh
keluarga yang kejam..... apa hara itu anak tiri?
lin
wah seru nih lanjutkan thorr jangan lupa buat mampir
Ryohei Sasagawa
Thor, ceritanya seru banget! Aku suka banget sama karakternya.
Jonjuwi: Kakaaa makasi banyak, trs dukung aku yaa🥺❤️
total 1 replies
Nadeshiko Gamez
Terperangkap dalam cerita ini.
Jonjuwi: Makasih kaaa udah mampir, dukung aku trs yaa🥺❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!