Tak kunjung memiliki keturunan, Amira terpaksa harus merelakan Suaminya menikah lagi dengan perempuan pilihan Ibu Mertuanya.
Pernikahan Amira dan Dirga yang pada awalnya berjalan harmonis dan bahagia, hancur setelah kehadiran orang ketiga dalam rumah tangga mereka.
"Meski pun aku ingin mempertahankan rumah tangga kita, tapi tidak ada perempuan di Dunia ini yang rela berbagi Suami, karena pada kenyàtaan nya Surga yang aku miliki telah terenggut oleh perempuan lain"
Mohon dukungannya untuk karya receh saya, terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 ( Surga Yang Terenggut )
Hati Regina berbunga-bunga ketika Dirga menyentuh lembut jemari tangannya. Baru juga mendapat perlakuan seperti itu, pipi Regina langsung bersemu merah. Sekarang dia sadar jika seharusnya Regina tidak perlu meragukan keadilan Suaminya.
"Mas, aku mau membersihkan diri dulu ke kamar mandi ya," pamit Regina yang sudah tidak tahan merasakan panas pada pipinya. Dia terlalu salah tingkah hanya karena Dirga menyentuh jemarinya.
Sepeninggal Regina, Dirga menghela napas panjang. Kemudian Dirga mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya. Dia mengetikkan sebuah kalimat untuk dikirim kepada Amira, karena Dirga tidak mau jika Amira salah paham apalagi sampai berpikir yang macam-macam.
📩"Sayang, Mas mohon jangan salah paham ya. Mas sebenarnya sudah mendengar pembicaraan antara kamu dan Regina. Mas hanya ingin menyelamatkan kamu supaya tidak berbuat sesuatu yang menyakiti orang lain. Mas juga sudah menegur Regina. Dia bilang akan meminta maaf sama kamu, besok."
Setelah Amira membaca pesan yang di tulis oleh Dirga, dia sama sekali tidak berniat untuk membalas pesan dari Suaminya tersebut, apalagi Amira masih merasa sakit hati atas perkataan Regina serta perlakuan Dirga yang berlalu begitu saja meninggalkan dirinya.
"Jika kamu ingin menyelamatkan ku supaya tidak berbuat dosa karena menyakiti Regina, kenapa kamu tidak langsung menegur Regina di hadapan ku karena dia telah menyakiti hatiku?"
"Pada kenyataannya kamu hanya memikirkan perasaan Regina. Kamu berusaha menjaga perasaannya supaya dia tidak merasa malu jika kamu menegurnya di hadapan ku, tapi kamu tidak menjaga perasaan ku, Mas." gumam Amira dengan air mata yang kembali menetes membasahi pipinya.
......................
Keesokan paginya, Amira sudah bersiap untuk berangkat kerja, tapi saat Amira membuka pintu, Dirga dan Regina sudah berdiri di depan pintu kamarnya.
"Sayang, kita sarapan bersama ya," ucap Dirga dengan lembut.
"Aku sarapan di kantor saja. Lagi pula sekarang Mas tidak akan merasa kesepian lagi meski pun tidak ada aku, karena ada perempuan lain yang bisa menemani serta melayani semua kebutuhan Mas Dirga," ujar Amira dengan nada penuh sindiran.
"Sayang, kenapa kamu berbicara seperti itu?" tanya Dirga.
"Mas tanya saja pada diri Mas sendiri, apa yang sudah Mas Dirga lakukan sehingga membuat aku berubah," jawab Amira.
Regina tiba-tiba memegang kedua tangan Amira untuk meminta maaf atas kesalahannya.
"Mbak Amira, aku datang ke sini untuk meminta maaf. Aku tau jika semalam aku sudah bersikap keterlaluan," ucap Regina.
"Apa yakin kamu tulus meminta maaf padaku?" tanya Amira.
Amira sudah merasa muak dengan drama yang terjadi dalam rumah tangganya, bahkan rasanya dia ingin sekali menyerah dengan rumah tangganya tersebut.
"Mbak, aku benar-benar tulus meminta maaf. Aku berharap kita bisa lebih akrab lagi, bahkan kalau Mbak tidak keberatan, aku ingin menganggap Mbak Amira sebagai Kakak kandungku sendiri," ucap Regina.
"Aku hampir saja tersentuh mendengar perkataanmu, tapi sayangnya aku hanyalah manusia biasa yang tidak bisa melupakan begitu saja perkataan seseorang yang sudah membuatku sakit hati," ucap Amira, kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Dirga dan Regina.
Dirga diam mematung melihat perubahan sikap Istri pertamanya, apalagi baru kali ini Amira pergi begitu saja tanpa mencium punggung tangan Dirga serta mengucapkan salam.
"Mas, aku harus bagaimana? Aku sudah berusaha meminta maaf kepada Mbak Amira, tapi Mas Dirga lihat sendiri kalau Mbak Amira tidak bersedia memaafkanku," rengek Regina dengan suara manja.
Sebenarnya Regina merasa bahagia karena bisa membuat kesalahpahaman serta jarak pada hubungan Dirga dan Amira, karena dengan begitu rencana Regina menyingkirkan Amira dari hidup Dirga akan segera berhasil.
"Kamu sabar dulu ya. Mungkin Amira masih marah, tapi aku yakin kalau nanti dia akan bersedia memaafkan mu," ucap Dirga.
Sepertinya luka yang aku torehkan pada hati Amira sudah terlalu dalam. Apa aku ceraikan saja Regina supaya Amira tidak terus merasa tersakiti lagi, lanjut Dirga dalam hati yang berada dalam dilema.
......................
Pada saat perjalanan menuju kantor, Amira melihat Vania yang sedang duduk di sebuah bangku Taman.
"Vania, sedang apa kamu di sini?" tanya Amira setelah menghentikan sepeda motornya.
"Aku sedang menunggu Teman Kak," jawab Vania dengan menghampiri Amira.
"Teman apa teman?" goda Amira.
"Teman aku perempuan kok. Aku sama dia mau ngerjain tugas, jadi kami janjian di sini," ujar Vania.
"Ya sudah, kalau begitu Kakak berangkat kerja dulu ya. Kamu hati-hati. Ingat, pulangnya jangan terlalu sore," ucap Amira.
"Tunggu sebentar Kak, aku mau tanya sesuatu," ucap Vania yang terlihat ragu.
"Kamu mau tanya apa? Kenapa terlihat malu-malu seperti itu?" tanya Amira.
"Apa Kak Rendra sudah punya pacar?" tanya Vania yang akhirnya memberanikan diri bertanya kepada Kakak iparnya.
"Jangan bilang kalau kamu naksir sama Rendra?" ucap Amira sehingga membuat pipi Vania memerah seperti kepiting rebus.
"Seharusnya aku tidak bertanya seperti itu ya. Kak Rendra pasti sudah punya pacar, apalagi dia merupakan seorang pengusaha muda yang sukses."
"Jadi kamu percaya kalau Rendra bukan seorang OB?" tanya Amira.
"Pekerjaan apa pun itu yang penting halal Kak. Kalau Kak Sinta tau Kak Rendra bukan seorang OB, pasti dia akan kembali optimis untuk mendapatkan Kak Rendra."
"Kalau begitu kamu tidak usah memberitahu Sinta kalau Rendra adalah seorang Pengusaha, karena aku tidak akan setuju kalau Rendra memiliki pendamping hidup seperti Sinta," ucap Amira.
"Oh iya, kamu juga harus optimis. Kakak pasti akan membantu kamu supaya bisa dekat dengan Rendra, apalagi dia belum memiliki pacar," sambung Amira sehingga membuat hati Vania berbunga-bunga.
"Terimakasih banyak ya Kak. Kak Amira memang yang terbaik," ucap Vania dengan memeluk tubuh Amira.
Amira dan Vania tidak sadar jika dari tadi ada seseorang yang memperhatikan mereka, dan orang tersebut tidak lain adalah Rendra.
Pada awalnya Rendra yang melihat Amira ingin menghampirinya, tapi ketika Rendra tidak sengaja mendengar percakapan Amira dan Vania, dia mengurungkan niatnya, bahkan Rendra merasa kecewa karena Amira ingin mendorongnya pada perempuan lain.
Rendra memilih melanjutkan perjalanan menuju perusahaan, tapi sepanjang perjalanan, dia terus saja melamun.
Amira, kenapa kamu ingin mendorongku pada wanita lain? Padahal Ayah, Papi sama Mami saja bisa melihat kalau aku mencintai kamu, tapi sepertinya hanya kamu yang tidak peka dengan perasaan yang aku miliki, batin Rendra.
Rendra mencoba berpikir jernih, karena tidak seharusnya dia memiliki perasaan cinta terhadap seorang perempuan yang telah bersuami.
Aku pikir, setelah hampir sepuluh tahun tidak bertemu dengan Amira, perasaan cinta yang aku miliki untuknya akan hilang, tapi ternyata rasa cintaku malah semakin besar.
Sadar Rendra, tidak seharusnya kamu seperti ini. Mulai sekarang aku harus berusaha mengendalikan perasaanku, ucap Rendra dalam hati.
*
*
Bersambung