NovelToon NovelToon
Sang Penerus Yang Tersembunyi

Sang Penerus Yang Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Yatim Piatu / Identitas Tersembunyi / Konglomerat berpura-pura miskin / Menyembunyikan Identitas / Kultivasi Modern
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: dira.aza07

Seorang anak laki-laki kala itu masih berusia 10 tahun, tidak di kenal oleh siapapun karena identitasnya telah di sembunyikan oleh sang Ibu.

Suatu hari sang lelaki itu harus menerima kehidupan yang pahit, karena sang Ibu harus di bunuh, namun sayang dia tidak dapat menolongnya, sialnya lagi dia harus mengikuti keinginan sang Ibu yaitu bersembunyi di suatu tempat agar bisa menjaga sang adik dan membalaskan dendam sang Ibu, dan juga bisa mengambil alih apa yang telah menjadi haknya.

Dan saat tiba di sebuah tempat di mana dana Dan naya di selamatkan, Dana menemukan seorang wanita yang menarik hatinya, namun sayang ketika dewasa, dia harus meninggalkan wanita itu untuk merebut perusahaan dan berpura-pura mencintai wanita lain, yaitu anak dari pembunuh Ibunya sekaligus yang telah merebut perusahaannya.

Bagaimana cerita cintanya dan apakah Dana mampu setia?, lalu apa yang terjadi dengan perusahaannya ketika Dana hadir di perusahaan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 ~ Mengenal Lingkungan

"Kaka ...," teriak Naya.

"Apa dek?" tanya Dana sambil menghampiri adiknya.

"Ternyata ada taman bunga ka, indah sekali, di sini lebih terlihat di banding di rumah Pak jae, pantas saja halaman rumah pak Jae begitu indah dengan bunga-bunga yang bermekaran, ternyata dari sana ya ka pusatnya," ucap Naya penuh kekaguman dengan mata yang berbinar.

"Kalian boleh ke sana karena Itu perkebunan bunga kami, dan kami menjualnya ke seluruh kota bahkan kadang ada permintaan dunia, dan pengurusnya adalah guru yang akan mengajarmu nanti Dana," ujar Yuni menjelaskan.

Dana dan Naya pun berjalan menuju perkebunan bunga yang beraneka ragam dari berbagai negara, indah itulah yang semakin di ungkapkan kaka beradik tersebut.

Tentu Naya menyukainya karena selalu di ajarkan keindahan oleh sang Ibu, Dana yang melihat itu semakin bahagia melihat adiknya yang begitu antusias dengan bunga-bunga itu. Meski masih kecil tapi Naya selalu melihat bagaimana sang ibu mengurus bunga-bunga itu menjadi sangat indah.

Kekaguman akan daerah tersembunyi ini semakin membuatnya semangat dan mampu menyegarkan otaknya, dia bisa belajar di mana saja yang dia inginkan. Begitu juga dengan Naya dia bisa mengembangkan hobi sedari kecilnya dengan bunga-bunga yang ada di kebun ini.

Dana pun membiarkan Naya bermain dan membantu mengurus bunga itu, dia kembali ke rumah jae untuk mempersiapkan diri dan mengenal lingkungan ini semakin jauh.

Mungkin saja aku bisa menemukan yang aku inginkan di tempat ini, biar waktu sehari ini aku untuk perkenalan dengan mereka semua dan untuk melihat perkembangan apa saja yang ada di sini, mungkin bisa membuat otakku lebih terbuka dan semakin berkembang untuk melangkah lebih jauh suatu hari nanti. gumam Dana sambil berjalan-jalan untuk melihat lebih jauh lingkungan yang ada di daerah itu.

Bukan saja Dana, Naya yang masih kecil pun semakin betah dan nyaman bahkan bunga itu bisa membuatnya lupa akan Ibunya, dia cantik dan sangat menyukai kecantikan yang ada pada bunga-bunga tersebut.

Pada siang hari, Dana telah kembali dan menghampiri ke rumah di mana gurunya itu berada. Dana mengetuk pintu itu, namun tanpa di duga, wanita itu langsung memeluk Dana, seakan dia begitu merindukan Dana, bahkan seakan dia begitu mengenal Dana.

"Apakah Anda mengenalku?" tanya Dana dengan heran sambil mengerutkan keningnya.

"Tentu sayang, aku mengenalmu, Ibumu yang sudah mengenalkannya padaku, melalui foto-fotomu juga Naya aku bisa mengenal kalian, jelas aku pun menunggu momen ini," jelas wanita itu yang akan menjadi guru Cendana yang bernama shifa.

Dana semakin terheran akan ucapan wanita dewasa itu, tak jauh darinya keluarlah seorang wanita yang seumuran dengan dirinya.

Dana terdiam, terpukau melihat pemandangan yang tak jauh berbeda dengan keindahan tempat ini.

Wanita itu bisa di katakan elegan, persis dirinya, namun dengan pakaian sopan dan sederhana.

Kemudian wanita itu tersenyum dan ketika wanita itu semakin dekat, senyuman itu begitu memikat, "Hallo Ka apa kabar?" tanya slyvia anak dari shifa.

"Emm baik," jawab singkat Dana.

"Ibu kenapa tidak menyuruhnya masuk?" tanya Sylvia.

"Oh iya, ayo sayang masuk," ajak Shifa dengan mengarahkan kepada sofa yang sederhana di rumah itu. Dana pun mengikutinya dan ikut duduk di sofa tersebut.

"Ini anak Ibu Dana namanya Slyvia, sedangkan Ibu sendiri bernama Shifa," ucap Shifa mengenalkan diri. Dan di tanggapi dengan anggukan oleh Dana.

Namun sebelum bercerita panjang lebar, shifa menyuruh anaknya mengambilkan minum untuk Dana.

Beberapa menit kemudian air itu telah tiba di meja tamu tersebut.

"Dana ... jangan sungkan pada kami, karena sebenarnya kami itu tangan kanan Ibumu, beliaulah yang telah menyelamatkan kami dengan bersembunyi di tempat ini," jelas Shifa.

Dana mencerna setiap kata-kata yang terlontar dari wanita yang berumuran dengan Ibunya, mungkinkah benar jika masih banyak yang setia kepada Ibunya?, pertanyaan itulah yang menghinggapi pikirannya.

"Jika Ibu adalah tangan kanannya? boleh saya mengetahui ceritanya? lalu kenapa Ibu harus bersembunyi di tempat ini sepertiku?" tanya Dana.

"Suami saya yang bekerja dengan Ayahmu Dana, saya hanya sekedar seorang guru atau Dosen, namun saat hidup kami terancam tepatnya suami saya meninggal dengan segera mungkin Ibumu menyuruh Pak Jae membawa saya beserta anak saya ke tempat ini," jelas Shifa.

Dana kembali terdiam, begitu rumit hidupnya, bahkan orang yang bekerja untuk keluarganya harus kena imbasnya, sungguh orang itu begitu kejam.

"Sudah berapa lama Ibu berdiam di sini?" tanya Dana kemudian.

"Saat usia sylvia 9 tahun Nak, bahkan Ibumu telah memberitahu jika kamu dan adikmu akan di amankan pula di sini, dan saya mendapatkan amanah untuk mendidikmu mendapatkan ijazah yang sesuai seperti yang lain, agar bisa memasuki perusahaan keluargamu," jelas Shifa kembali.

Lagi-lagi Dana terdiam, begitu berat bebannya namun ini semua tidak dapat di biarkan, apalagi dia telah menyaksikan bagaimana Ibunya tewas di tangan pria keji itu.

"Terimakasih karena Ibu sekeluarga telah banyak membantu keluarga saya, saya mewakili orang tua saya meminta maaf kepada Ibu, karena sudah terlibat dalam masalah serumit ini. Dan Sebelumnya saya ucapkan terimakasih kepada Ibu, karena mau membantu keluarga saya termasuk diri saya untuk bisa mendapatkan ijazah seperti anak pada usia saya, meski saya masih belum dapat memahami secara jelas akar permasalahannya." ucap Dana panjang lebar.

"Kamu benar anak cerdas, usia sebesar ini kamu bisa merangkai kata bak seorang pangeran atau petinggi, kamu cocok menduduki yang seharusnya kamu tempati Dana, saya tidak pernah keberatan membantu keluargamu, meski keluarga saya harus berakhir seperti ini, justru tanpa keluargamu mungkin dari dulu keluarga saya sudah terlantar. Namun berkat jasa kedua orang tuamu kami bisa seperti ini, jadi saya pinta kamu jangan segan menganggap saya seperti Ibumu ya nak," ujar Shifa.

"Terimakasih banyak Bu, kalau begitu saya pamit, mungkin besok saya akan kembali untuk memulai belajarnya," ucap Dana karena dia pergi tidak pamit kepada adiknya khawatir adiknya mencari dirinya.

Setelah berpamitan dan Dana pun pergi, selama berjalan dia berpikir, semua terlalu rumit, sebesar ini dia di tuntut belajar lebih dari usianya.

Saat berjalan dan hari semakin petang, tiba-tiba dari kejauhan dia melihat beberapa pemuda sedang berlatih. Langkahnya tiba-tiba terhenti kemudian berbelok arah menuju tempat di mana orang-orang itu sedang berlatih.

Dia seperti menemukan apa yang semalam dia inginkan, Dana begitu antusias hingga lupa akan adiknya.

Dana duduk di sebuah bangku yang terbuat dari kayu pohon yang panjang, tepat di bawah pohon yang rindang, tatapan dia begitu serius menatap para pria yang sedang berlatih itu.

Terpancar senyuman dari bibirnya, ada secercah cahaya yang kembali menyelimuti dirinya.

Seandainya hidup tanpa musuh mungkin akan terasa damai seperti ini. Gumam Dana.

Asri ... tenang, segar, menenangkan, tanpa musuh atau balas dendam, enak ... nyaman. pikir Dana sambil terus memandang kepada yang kelompok yang masih berlatih tersebut.

Bersambung ...

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
dira rahmi: Terimakasih 😘😘😘😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!