NovelToon NovelToon
Hati-hati Dengan Keinginanmu

Hati-hati Dengan Keinginanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Persahabatan / Kutukan / Romansa
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Palma Jebugan

Kisah cinta?
Bisa jadi.

Mistik?
Mungkin bisa dikatakan begitu.

Aneh?
Sudah pasti, tapi memang ini yang terjadi.

Akira, pria muda berusia 38 tahun yang sukses dalam setiap hal di hidupnya, yang malah membuatnya sedemikian bosan karena ketiadaan tantangan disana, terjebak dalam lingkaran kehidupan aneh yang terus saja melemparkannya ke berbagai jenis kehidupan lain tanpa mampu ia cegah.

Sementara ia terus belajar banyak hal mengenai beragam jenis kehidupan yang sebelumnya tak pernah ia mengerti atau bahkan perhatikan, Akira menemukan hal yang selama ini ia cari.

Hidup yang pernah ia miliki adalah yang terbaik, dan ia mulai merindukan dirinya sendiri dan semakin lama, semakin ia mencoba untuk kembali...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Palma Jebugan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kamu itu Siapa?

Malam berganti ketika sang penguasa hari muncul dari peraduan dengan gagah. Menggeser dingin malam dengan curahan kehangatan yang nyaman. Sementara itu, deru ombak pantai laut selatan yang ganas, seakan telah berubah menjadi alarm konstan yang perlahan menarik Akira dari lelapnya alam mimpi. Selepas dari warung kopi semalam, mama memang mengajak untuk menunggu pagi di pantai, di ujung selatan Yogyakarta ini. Dan disinilah mereka, terlelap di dalam mobil yang terparkir berjarak beberapa meter dari garis pantai.

Melihat jam yang melingkar di tangannya, waktu belum lagi menunjukkan pukul sembilan, tapi Akira tak menemukan wanita itu di jok belakang, tempatnya terlelap semalam. Baru ketika ia keluar dari mobil, Akira melihat wanita itu tengah duduk di pasir, baju dan rambutnya basah ketika tawa kadang muncul darinya ketika ombak datang dan mendorongnya ke belakang.

Melihatnya seperti itu, mau tak mau Akira merasa sedikit berat ketika ingat, waktunya tak akan lagi tersisa banyak disini. Ia bahkan belum memikirkan apa yang harus ia lakukan. Tanpa tahu kapan waktunya, rasa sayang telah tumbuh di hatinya. Sementara ia bahkan tak tahu apa yang akan terjadi ketika waktunya habis.

Apakah ia akan mati?

Atau anton akan muncul kembali menggantikan dirinya?

Atau apa?

Akira larut dalam pikirannya hingga ia bahkan tak menyadari ketika wanita itu melambai padanya. Ketika akhirnya mama mendekat, Akira baru menyadari kalau ia terlalu dalam sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Hei tukang tidur, ayo temani mama main air." celetuknya di tengah tawa cerianya. Sungguh pada saat seperti ini, seakan wanita itu lupa kalau usianya tak lagi 19 tahun.

"Enggak ah, Ma. Dingin." jawab Akira sekenanya. Ia memang tak pernah bisa menikmati pantai dengan benar.

"Huuu, party breaker. Ya udah, ayo cari sarapan aja. Mama ganti dulu."

Akira terkekeh melihat bagaimana wanita muda itu tampaknya berubah banyak sejak kedatangannya ke Indonesia. Tak ada lagi jejak nyonya pemilik usaha beromzet ratusan juta per bulan itu lagi darinya. Mengenakan kaos dan celana pendek yang sudah basah kuyup, mama santai saja melenggang ke mobil dan mengambil baju ganti, lalu menuju ke banyak toilet dan kamar mandi yang memang banyak di sepanjang pantai itu. Jika sebelumnya, mungkin ketika ada yang bilang kalau wanita itu bisa bertingkah seperti ini, Akira mungkin akan mentertawakannya keras-keras. Sepanjang ingatan Anton, wanita muda itu memang selalu memperlihatkan perilaku nyonya besar yang santun.

Yah, mari tetap diusahakan seperti ini saja sampai akhir waktuku...

Sedikit tekad muncul di benak Akira. Mungkin tak akan mudah, tapi bukan tak mungkin. Ia benar-benar berdoa untuk wanita ini...

......................

Bandara Adi Sucipto ini memang hampir selalu ramai. Meski kecil, karena kota ini hanya memiliki satu bandara yang jadi satu dengan kepemilikan TNI AU, tempat ini selalu penuh dengan aktivitas. Apalagi Yogyakarta sudah menjadi tempat tujuan wisata nomer dua setelah Bali, yang membuat banyak pengunjung mancanegara bersliweran menambah ramai tempat itu.

Sementara itu, di salah satu lounge di dekat gerbang keberangkatan, seorang wanita muda dalam balutan gaun bepergian yang ringan, tengah asyik bercengkrama dengan gadis muda yang tampak malu-malu menjawab, tanpa memperdulikan pemuda yang tampak sedikit kerepotan dengan banyaknya barang bawaan. Meski si gadis muda tampaknya berusaha berdiri dan buru-buru hendak membantu si pemuda, wanita muda itu selalu menghalanginya.

"Sekar, berapa kali mama bilang. Mas mu itu lelaki. Kamu wanita ndak boleh ngerepotin dia waktu dia baru sibuk." tegurnya dengan lembut, meski bibirnya tampak mengulum senyum.

"Anu, tapi... Anu..."

"Mama."

"Eh, Tapi... Ehm, masak saya ndak n n n ndak boleh bantu, Bu eh, Mama..." jawab Asih terbata, sementara mukanya merah padam.

Melihat ini, tampaknya sifat jahil wanita itu malah makin tersulut. Entah kenapa melihat gadis muda itu, ia merasa sangat gemas. Tawa geli seringkali muncul darinya.

"Enggak boleh. Biarkan saja Mas mu itu. Lagian bawaan mama juga nggak banyak kok." sahutnya sambil tertawa ketika dilihatnya muka pemuda itu berkeringat hebat.

"Emang nggak banyak sih, Ma. Cuma dari tempat parkir kan jauh..." protes Akira lemah. Keringatnya sudah nyaris membasahi muka dan lehernya.

"Ehm, anu.. Ma ma ma maaf nggih, Mas..." cicit Asih

"Tuh kan, Sekar jadi gitu lagi. Ih Kolep nggak asyik!" celetuk Mama sambil memeluk kepala Asih, seakan melindunginya dari si jahat, Akira.

Sementara Akira tergelak-gelak. Ia tak merasa perlu menjawab. Ia hanya mengeluarkan bandana dan mengusap keringatnya, dan tanpa sadar, menjejalkannya ke kantong belakang seperti kebiasaannya di kehidupan masa lalunya. Tapi mama hanya meliriknya sekilas dan segera melanjutkan candaannya. Wanita itu sudah menerima banyaknya keanehan-keanehan yang terkadang muncul dari anaknya dan menganggapnya sebagai kompensasi atas membaiknya setiap aspek dari pribadi anaknya.

"Mama datang lagi secepatnya. Kalau enggak, ajak Sekar ke Singapura waktu liburan ya Dek. Kalian baik-baik disini. Jangan sering bertengkar." ucapnya dengan lembut. Pesawatnya baru akan berangkat tiga jam lagi, tapi ia lebih suka berada di ruang tunggu dalam daripada harus tergesa-gesa nantinya.

"Sekar jangan lupa telpon mama juga ya. Belajar yang baik. Dan jangan lupa jagain Mas mu." lanjutnya sambil tersenyum pada gadis yang terus tampak salah tempat itu.

Namun mama malah tertawa melihatnya, dan merengkuh gadis itu lembut lalu memberinya ciuman di dahinya.

Tapi ketika wanita itu menoleh ke arah Akira, tiba-tiba saja tubuhnya agak menegang ketika senyum membeku di wajahnya. Akira yang sedikit kaget melihat ini menoleh ke belakang untuk mencari sebab hal ini. Sepanjang waktu ini, baru kali ini ia melihat ekspresi mama yang seperti ini.

"Aisya, kenapa tidak memberi kabar kalau kamu ke Indonesia?"

Mendengar suara ini, sekilas ingatan muncul di otak Akira akan wajah pemiliknya. Pria perlente berkulit putih bersih dengan wajah yang tampan, meski memiliki mata yang nampak licik padanya. Senyum miring meremehkan selalu muncul di wajah itu, apalagi ketika berhadapan dengan mama. Meski selalu berperilaku lembut sejauh yang diketahui ingatannya, mama tampaknya sangat takut pada pria itu. Sekarang-pun, wanita itu bertingkah seperti layaknya seekor singa di depan pawangnya, mengerut ketakutan.

Akira segera meraih tangan wanita itu, menciumnya, lalu memeluk wanita itu dan berkata dengan riang, seakan tak pernah ada interupsi apapun. "Mama baik-baik disana ya. Adek pasti baik disini. Kalau Mama kangen, telpon aja. Jam berapapun adek pasti angkat."

"Aisya..."

"Nanti juga kalau Mama kangen Sekar, telpon aja Ma. Pokoknya mama nggak usah khawatir. Kita pasti jaga nasehat Mama kok." potong Akira dengan suara lebih keras. Ia bukan Anton, manusia konyol tak tahu terima kasih yang nggak mau ngerti apa yang baik untuk dirinya. Ia adalah Akira, yang akan memastikan untuk menjaga semua orang di sekitarnya.

Melihat semua yang dilakukan oleh pemuda yang tampaknya berusaha menghalanginya, pria itu sedikit tersenyum. Tangannya terulur hendak menyingkirkan Akira. Sayangnya Akira lebih cepat.

Bergerak seakan ada yang memanggilnya dari belakang, pemuda itu membalik badannya dengan cepat. Sementara tangannya seakan-akan tak sadar, mengayun dengan kekuatan penuh seperti hendak membalas salam seseorang.

Pria itu, suami mama, pria tak bertanggung jawab yang tak tahu diri itu sama sekali tak mengira. Tangan pemuda itu menghantam wajahnya dengan kekuatan penuh dan menyebabkan darah mengalir dari hidung dan mengotori baju yang ia pakai.

"Eh, aduh, maaf. Saya tidak sengaja. Aduh, maaf..." ujar Akira buru-buru. Setiap pergerakannya benar-benar menunjukkan kepanikan yang seolah-olah benar ia rasakan, ketika tanpa sengaja, ia tersandung dan menabrak pria itu hingga jatuh ke lantai dalam ketergesaannya ketika hendak 'menolong'-nya. Sementara itu, dengan cerdik, Akira memposisikan sikunya tepat area solar plexus pria itu, sehingga ketika mereka jatuh bersamaan, siku itu menusuk dan mengirimkan rasa sakit yang tak mudah untuk ditahan.

Huh, jika kau masih bisa ngomong jangan sebut namaku Akira, desis batin Akira garang. Keberadaan pria inilah yang sebenarnya membuat seluruh kerusakan di keluarga ini bisa terjadi. Dan selama waktunya disini, Akira tak akan mengijinkan itu terjadi.

"Aduh, maaf sekali Pak. Maaf." kata Akira sambil berdiri, sementara pria itu meringkuk di lantai tanpa mampu melakukan hal lain sementara darah dari hidungnya sudah belepotan kemana-mana.

Keamanan bandara sudah mulai berdatangan sementara Akira masih sibuk berusaha 'menolong' dan memastikan pria itu tak mampu berbuat apapun hingga mama harus terpaksa pergi dari tempat ini.

"Adek, adek, itu..."

"Adek nggak sengaja, Ma. Sudah, mama berangkat saja. Adek pasti bertanggung jawab atas kesalahan Adek kok." potong Akira sambil menampakkan senyum meminta maaf tanpa mengijinkan mama memberitahu apapun.

"Selamat sore, ada apa ini?!" sesosok pria kekar dalam balutan seragam biru TNI AU mendekat dan segera berusaha menenangkan situasi.

"Saya tanpa sengaja melukai bapak ini Pak." jawab Akira dengan wajah penuh rasa penyesalan. "Ada yang memanggil saya, dan saya berbalik. Kebetulan ternyata Bapak ini di belakang saya, Pak..."

Petugas itu segera berjongkok dan memeriksa kondisi pria itu. Alisnya sedikit berkerut ketika melihat pria itu mengalami luka yang sedikit terlalu berat jika itu dikarenakan oleh sebuah ketidaksengajaan.

"Ada yang bisa meng-konfirmasi penyataan mas ini?" ujarnya sambil mengedarkan pandangannya ke arah kerumunan.

"Iya, Pak. Tadi mas ini memang nggak sengaja, dan waktu mau nolong malah jatuh bareng." kata seorang pria setengah baya yang rupanya terkesan dengan kehangatan keluarga kecil yang tengah saling mengucap salam perpisahan sebelum insiden itu terjadi.

"Baik kalau begitu, hanya saja luka bapak ini agak berat. Adek mau pergi kemana?" jawabnya meski masih sedikit kurang percaya dengan apa yang terjadi. Hanya saja, selain pria paruh baya itu, banyak yang memberikan kesaksian yang sama. Petugas itu hanya bisa melanjutkan saja.

"Saya mengantar mama saya, Pak. Yang mau pergi Mama saya. Saya dan adek saya nggak pergi. Saya bersedia bertanggung jawab kok Pak. Saya benar-benar nggak sengaja, dan saya minta maaf." jawab Akira cepat. Tak ada yang bisa menyangkal penyesalan yang terlihat di wajah dan sikap tubuhnya, hingga banyak diantara orang yang melihat itu tersenyum dan memberi anggukan penuh apresiasi pada pemuda tanggung itu.

"Baik. Adek sementara jangan pergi kemana-mana ya. Tunggu dulu disini sambil menunggu tandu untuk bapak ini." jawab si petugas lagi, yang segera dijawab dengan anggukan dari Akira.

"Enggih, Pak. Saya disini. Tapi Mama saya bisa berangkat kan Pak?"

Sejenak petugas itu diam dan kemudian ia mengangguk.

"Jika adek bisa mempertanggung-jawabkan semuanya tanpa kehadiran mama adek, saya persilahkan."

"Enggih, Pak. Saya bisa." jawab Akira dengan tegas dan kembali membalikkan badannya pada mama, lalu memeluk wanita yang seakan bingung hendak berbuat apa itu.

"Sudah, mama berangkat gih. Adek yang beresin ini. Nanti jangan lupa telpon kalau sudah landing di Singapore ya Ma."

"Hmmm, Kolep harus janji nggak bikin mama nyesel berangkat sekarang ya?" tukas wanita itu sangsi. Segalanya terjadi begitu cepat dan semua masih terasa tak jelas baginya.

"Cross my heart, Sista." jawab Akira sambil nyengir.

"Ya udah, mama berangkat. Kalian anak-anak mama baik-baik. Begitu pesawat landing, Mama telpon."

Dan begitu saja, wanita muda itu berlalu setelah mencium pemuda dan gadis itu pada dahi mereka masing-masing. Meski sorot khawatir tak hilang dari matanya, tampaknya wanita muda itu mengeraskan tekad untuk meninggalkan tempat itu secepat ia bisa

1
Akbar Asahan
Lagi fokus baca dulu ya kak
Dpangky: ahihihi, silahkan
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!