Baru satu minggu Khalisa kehilangan pria yang menjadi cinta pertamanya, 'AYAH'. Kini dia harus menyaksikan Devan, sang tunangan selingkuh dengan Viola, kakak kandung Khalisa.
Belum juga selesai masalahnya dengan Devan dan Viola. Khalisa dibuat pusing dengan permintaan Sonia, kakak sepupu yang selalu ada untuk Khalisa, setiap gadis itu membutuhkannya. Sonia meminta Khalisa menggantikannya menikah dengan Narendra, pria yang sudah selama tiga tahun ini menjadi kekasih kakak sepupunya itu.
Sedangkan hati Khalisa mulai jatuh pada sosok Abian, dosen pembimbingnya yang sering memberikan perhatian lebih.
Bagaimana Khalisa menghadapi kerumitan hidupnya setelah di tinggal pergi sang ayah?
Apakah Khalisa menyetujui permintaan Sonia?
Yuk simak ceritanya di 'Selepas Cinta Pertama Pergi'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Permintaan Diana
Khalisa baru saja selesai bicara dengan Narendra lewat panggilan telepon. Sebelum memulai aktivitasnya memeriksa berkas yang dibawakan Wildan untuknya, maka Narendra mengawali kegiatannya itu dengan menghubungi Khalisa melalui panggilan telepon.
Tidak banyak yang mereka bicarakan. Yang pasti bertanya kabar hari itu, lalu membahas tentang perkembangan persiapan acara pernikahan mereka. Biasanya, Narendra awali dengan menceritakan apa yang terjadi dan apa yang dia lakukan satu hari kemarin.
Setelahnya, Narendra akan mendengarkan apa yang Khalisa lakukan satu hari kemarin. Lalu Narendra akhiri dengan mengungkapkan perasaannya, Seperti, "Mas sayang Ica." atau, "Ica sayang, I Love You." Narendra tidak berharap Khalisa membalas ungkapan sayang dan cintanya. Gadis itu mau menikah dengannya saja, itu sudah sangat Narendra syukuri.
Bicara dan mendengar suara Khalisa sebelum memulai pekerjaannya, menjadi penyemangat bagi Narendra untuk memulai harinya.
Baru saja Khalisa meletakkan ponselnya di nakas. Benda pipih itu kembali bersuara. Satu notifikasi pesan masuk. Khalisa hanya melihat nama pengirimnya, lalu dia letakan kembali ponselnya. Tidak ada niatan untuk membaca pesan yang di kirimkan Diana.
Sudah beberapa hari ini Khalisa mendapatkan pesan dari ibunya. Wanita yang melahirkannya itu meminta Khalisa untuk membatalkan pernikahannya dengan Narendra. Bahkan sampai memberikan ancaman. Tapi Khalisa tidak peduli dengan permintaan Diana dan dia juga tidak takut dengan ancaman ibunya.
"Dengar Ica, putuskan hubungan kamu dengan Narendra!" ucap Diana memberi perintah pada Khalisa beberapa hari yang lalu.
Khalisa tentu saja berani menjawab, "Ibu tidak punya hak mengatur hidup Ica." jawab Khalisa.
Jika yang melarangnya menikah dengan Narendra adalah ayah Arsyad, baru Khalisa akan menuruti keinginan cinta pertamanya itu. Tapi ini Diana. Wanita yang meninggalkannya demi hidup bersama laki-laki lain. Laki-laki yang menurut ibunya bisa menjamin kehidupannya. Bukan seperti ayah Arsyad yang saat itu perekonomiannya sedang terpuruk. Wanita yang tidak lagi peduli apa lagi sayang padanya.
"Ayah, Ica rindu." ucap Khalisa mengingat ayah Arsyad.
Jika sudah begini, sangat terasa bahwa Khalisa sudah kehilangan sosok yang menjadi tempat dia bisa menceritakan semua masalahnya. Salah satunya perlakukan dan sikap sang ibu yang sering membuat Khalisa terluka.
Ini tentu bukan kali pertama Diana meminta sesuatu dari Khalisa dengan ancaman. Dulu, saat pertama Viola memutuskan hidup bersama ibunya, Diana beberapa kali meminta Khalisa menjauhi Viola. Karena apa? Entah lah, Khalisa sendiri tidak mengerti.
Ancaman Diana pada putri bungsunya itu cukup menakutkan. Karena menyangkut keselamatan ayah Arsyad. Jika sudah menyangkut ayah Arsyad, maka Khalisa akan mengalah. Sehingga, saat itu Khalisa tidak berani lagi menghubungi Viola. Begitupun dengan sang kakak yang tidak pernah lagi menghubunginya. Itulah, menjadi awal Khalisa dan Viola menjadi dua orang yang asing.
Mengingat nama Viola, ingin rasanya Khalisa membagi bebannya saat ini pada saudari kandungnya itu. Namun keragu-raguan terus mendera, karena hubungan mereka baru saja membaik.
Sonia? Kakak sepupunya menghilang tanpa kabar. Bagaimana Khalisa bisa berbagi cerita? Sementara pada Narendra, Khalisa masih ragu untuk bicara masalah pribadinya pada pria itu, terutama tentang sang ibu yang tidak menganggapnya ada.
Tidak ingin ambil pusing dengan ancaman Diana, Khalisa menyibukkan diri dengan merapikan pakaiannya yang dia bawa dari kediaman ayah Arsyad ke dalam lemari.
Khalisa membongkar koper milik ayah Arsyad yang dia pinjam. Dan dia menemukan sebuah map. Khalisa cukup terkejut setelah membukanya, tenyata isinya surat-surat penting milik ayah Arsyad dan juga surat keterangan tentang ibunya. Namun Khalisa tidak bisa memahami arti tulisan dan tabel yang ada di lembaran berkas milik ibunya. Sepertinya itu hasil pemeriksaan dokter.
"Aduh lupa." ucap Khalisa sambil menepuk keningnya. Khalisa lupa ayah Arsyad pernah berpesan meminta Khalisa untuk menyimpan map ini, di tempat rahasia mereka.
Namanya rahasia, tidak semua orang mengetahuinya. Tempat itu berada di dalam gudang samping kediaman orang tua ayah Arsyad dan paman Kamal. Kediaman yang sekarang ditempati oleh paman Kamal dan keluarganya.
Tidak ingin menunda-nunda, Khalisa langsung turun membawa map milik ayah Arsyad menuju gudang. Tiba di depan rak yang ada di dalam gudang tersebut, Khalisa menekan kode rahasia yang ada di dalam laci, maka rak itu akan bergeser. Menampakkan sebuah lorong panjang menuju ruang bawah tanah.
Maksud hati hanya ingin meletakkan dokumen milik ayah Arsyad, mata Khalisa tidak sengaja menemukan sebuah foto yang jatuh di lantai.
"Kak Nia?" ucap Khalisa begitu melihat foto wanita yang menggendong seorang bayi yang wajahnya mirip dengan Sonia.
Rasa penasaran langsung saja mengusik jiwa kepo khalisa. Banyak rahasia yang tersimpan di ruangan ini, mengapa dia bisa lupa. Khalisa yakin wanita itu adalah keluarga Sonia.
"Om Dion?" gumam Khalisa begitu dia menemukan satu tumpuk berkas mengenai Sonia.
Khalisa termenung. Selepas kepergian ayah Arsyad, satu persatu rahasia keluarga ini yang mulai terkuak. Khalisa jadi penasaran dengan identitas dirinya, bisa saja dia bernasib sama dengan Sonia, kan? Sehingga Diana yang seharusnya menyayanginya, justru sangat membencinya.
Mungkinkah Diana bukan ibu kandung Khalisa?
***
Sebelum masuk ke dalam gudang, paman Kamal meminta dua orang yang dikirim Narendra untuk berjaga di depan pintu. Setelahnya, barulah paman Kamal mengajak bibi Amanda dan Darel untuk masuk. Mungkin sudah waktunya dia memberitahu bibi Amanda dan Darel, tentang tempat rahasia tersebut.
"Pa, serius ada ruang rahasia di rumah ini?" tanya Darel untuk memastikan lagi, karena paman Kamal sebelumnya tidak menjawab pertanyaan Darel.
"Darel jangan berisik." tegur bibi Amanda. Dia juga penasaran, tapi tidak seheboh putranya itu.
Bibi Amanda benar-benar tidak tahu jika ada ruang rahasia di gudang yang belum pernah satu kali pun dia menginjakkan kakinya disana. Yang bibi Amanda tahu, gudang itu tempat penyimpanan barang-barang milik almarhum mertuanya. Seperti yang paman Kamal dan ayah Arsyad katakan padanya. Bibi Amanda sendiri, bukan orang yang ingin tahu yang bukan ranahnya. Apa lagi yang namanya gudang, tentu saja menjadi tempat penyimpanan barang yang tidak terpakai. Sementara dia sendiri punya gudang di belakang rumah.
"Waw." gumam Darel kagum begitu rak yang dia anggap biasa saja itu bisa bergeser menjadi pintu. Menapakkan sebuah lorong yang cukup panjang.
Bertahun-tahun tinggal di kediaman ini, baru hari ini Darel tahu ada ruang rahasia di dalam gudang. Kekaguman Darel semakin bertambah begitu dia tiba diruang bawah tanah yang luasnya hampir sama dengan luas bangunan rumah yang di tempati paman Kamal dan keluarganya.
"Ini, bukan ruangan, tapi tempat rahasia yang nyaman untuk jadi tempat tinggal." ucap Darel sambil mengedarkan pandanganya. Dan dia menemukan Khalisa yang tertidur di sofa. Di dekatnya, berserakan tumpukan kertas yang sepertinya belum selesai dibaca oleh saudaranya itu.
"Kak Ica curang!" seru Darel, "Tahu tempat sekeren ini di rumah, tapi enggak mau kasih tahu aku." ucap Darel yang membuat Khalisa bangun dari tidurnya.
"Darel, Papa, Mama." ucap Khalisa sambil mengucek matanya. Siapa tahu dia salah lihat, kan? Tapi ternyata benar. Ketiga orang itu yang ada di hadapannya.
"Apa aku terlalu lama disini?" gumam Khalisa sambil melihat ke arah dinding. Jam menunjukkan pukul satu siang. Itu berarti sudah tiga jam lebih dia di tempat ini.
"Kakak membuat kami khawatir." ucap Darel lagi.
"Maaf. Tadinya hanya mau menyimpan berkas milik ayah. Tapi ketiduran." jawab Khalisa.
Paman Kamal mendekat setelah dia menyimpan sesuatu yang belum waktunya untuk istrinya tahu. Dia duduk di sofa single yang ada di samping Khalisa. Menatap pada tumpukan kertas yang ada di meja dan juga lantai.
"Apa yang kamu cari, Nak?" tanya paman Kamal sambil mengambil satu lembar kertas yang ada di lantai. Membacanya sekilas lalu meletakkannya di meja.
"Tidak ada. Ica hanya mau menyimpan berkas milik ayah. Tapi tidak sengaja...." Khalisa tidak melanjutkan ucapannya, dia melihat Darel dan bibi Amanda bergantian.
"Tidak sengaja apa Kak?" tanya Darel.
"Tidak sengaja kepikiran, apa Ica bukan anak ibu? Karena dia...."
"Seperti yang kalian tahu." jawab Khalisa melanjutkan ucapannya yang sempat terjeda.
Bibi Amanda mendekati Khalisa. Di peluknya gadis itu. Sungguh dia tidak tega melihat Khalisa jika sudah bicara tentang Diana.
"Apa Diana mengganggu kamu?" tanya paman Kamal. Khalisa reflek mengangguk.
"Apa yang dia minta dari kamu?" tanya paman Kamal lagi.
"Dari mana paman tahu?" bukan menjawab, Khalisa justru balik bertanya. Khalisa merasa heran saja paman Kamal bisa tahu kebiasaan ibu kandungnya.
"Tidak ada rahasia antara Papa dan ayah." jawab paman Kamal. Tidak perlu di jelaskan, Khalisa sudah paham maksud jawaban pamannya itu. Itu artinya, saudara kembar ayah Arsyad itu tahu kebiasaan ibunya dari sang ayah.
"Jadi apa yang Diana minta dari kamu?" ulang paman Kamal pertanyaannya.
"Ibu minta Ica tidak menikah dengan mas Rendra." jawab Khalisa.
"Jangan pedulikan permintaan ibu kamu, sayang." ucap bibi Amanda.
"Iya Ma. Ica sudah menolaknya. Tapi mengapa ibu selalu saja tidak suka apapun yang Ica lakukan? Apa ibu Diana bukan ibu kandung Ica?"
...◇◇◇...