NovelToon NovelToon
TUMBAL PANTI JOMPO

TUMBAL PANTI JOMPO

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Spiritual / Rumahhantu / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Penyeberangan Dunia Lain / Roh Supernatural / Tumbal
Popularitas:352.6k
Nilai: 4.9
Nama Author: Novi putri ang

Karena merasa iba melihat para lansia yang ia jaga dan rawat di Panti Jompo yang dikelolanya, Mariyati ingin menghukum semua keturunan para orang tua itu. Para lansia itu hidup seorang diri hingga tiada, tanpa ada sanak keluarga yang menemani sampai mereka semua dijemput ajal.

Demi membalaskan rasa kecewa para orang tua yang dulu ia rawat di Panti Jompo itu, Mariyati rela bersekutu dengan para iblis dari alam kegelapan. Ia membuat beberapa keturunan para lansia itu, untuk membayar semua perlakuan orang tua mereka, pada Nenek atau Kakek mereka. Dengan cara menumbalkan nyawa para cucu atau cicit dari lansia itu. Akankah Mariyati berhasil menumbalkan nyawa keturunan para lansia yang dulu ia rawat. Karena dengan menumbalkan nyawa keturunan para lansia itu, Nenek atau Kakek mereka dapat kembali hidup. Apakah Mariyati berhasil menjalankan niatnya itu? Baca kelanjutan ceritanya yuk.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi putri ang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 29 KEMANA KELUARGA YANG HILANG?

Hati dan pikiran Sintia resah dan tak tenang, ia memutuskan untuk melihat kondisi Doni. Namun saat ia membuka pintu, nyatanya pintu itu sudah terkunci. Tak ada akses untuk keluar dari sana, hanya ada jendela kayu yang terpasang tralis besi. Ia membuka jendela itu, namun ia tak menemukan keberadaan siapapun diluar sana.

"Kenapa sih, semua jendela ini gak pernah dibuka. Padahal udah ada tralis besi nya, gak mungkin kan maling bisa masuk. Terus kemana ya Doni sama bu Mariyati? Kok udah gak ada di depan, apa mobil travel nya udah datang dari tadi pas gue di dapur?" Gumam Sintia dengan menggaruk kepala yang tak gatal.

"Lu ngomong sama siapa Sin? Terus ngapain lu buka jendela segala. Bisa kena omel lu ntar, soalnya bu Mariyati sengaja gak pernah buka jendela depan. Supaya semua lansia gak tengok-tengok keluar, takutnya mereka masih berharap dijenguk sanak keluarga nya. Udah buruan tutup, sebelum ketahuan!" Seru Widia seraya menutup jendela kayu itu.

Sintia menghembuskan nafas panjang, lagi-lagi ia merasa iba mendengar kisah para orang tua itu. Lalu dia menceritakan kisah om nya, yang menghilang sejak sepuluh tahun yang lalu. Saat itu om nya sedang dalam perjalanan untuk menjenguk neneknya yang ada di Desa. Namun sejak saat itu om nya tak pernah memberi kabar.

"Gue gak tau gimana kabar om gue Wid, nenek gue yang ada di Desa pun juga udah meninggal sebelum om gue sampai kesana. Kesimpulan nya gue gak pernah tau dimana om gue saat ini. Papa dan om gue juga dulu pernah cerita, kalau mereka punya nenek yang wajahnya mirip sama gue pas muda nya. Tapi papa bilang, nenek buyut gue itu gak tau ada dimana. Karena almarhum kakek gue, gak ngasih tau dimana keberadaan nenek buyut gue itu. Pasti nenek buyut gue itu sama kesepiannya kayak para lansia yang ada disini." Sintia menundukkan kepala dengan mata berkaca-kaca.

"Masak almarhum kakek lu gak ngasih tau petunjuk apapun ke bokap sama om lu? Pasti nenek buyut lu itu kesepian sampai dia tiada. Terus sekarang om lu juga hilang gak tau kemana. Eh tapi di keluarga gue juga ada yang hilang sih, kira-kira sepuluh tahun yang lalu juga."

"Belum ada kejelasan Wid, gue sekeluarga udah pasrah aja sih. Tapi bokap gue masih terus berusaha nyari di daerah sekitar Desa. Emangnya siapa yang hilang dari keluarga lu?"

"Tante gue Sin, pamitnya sih dulu mau keluar negeri. Udah otw ke bandara tuh, tapi nyatanya tante gue gak pernah meninggalkan Indonesia. Dari beberapa cctv, tante gue terakhir kali terlihat masuk ke dalam taksi. Tapi sopir yang nganter, bilangnya tante gue dijemput sama temen perempuan nya di depan toll." Jelas Widia menggelengkan kepala.

Tak lama Riko datang, ia menanyakan Doni. Barulah Sintia menepuk keningnya, ia melupakan Doni yang sudah tak ada diluar.

"Oh iya, kita malah bahas keluarga yang hilang. Gara-gara Doni udah gak ada di depan, gue jadi panik. Mungkin gak sih dia udah naik mobil travel?"

"Gak tau lah Sin, coba gue lihat lewat jendela." Sahut Riko berusaha membuka jendela.

Dengan cepat Widia menahan jendela supaya tak terbuka. Ia kembali menjelaskan hal yang sama pada Riko.

"Ya udah kita makan siang aja dulu, gue belum makan nih nunggu kalian datang."

"Ya udah yuk, gue juga udah laper. Lu panggil Dina sana Ko!"

"Gak usahlah Wid, Dina katanya gak selera makan. Dia ngemil doang tadi, kita makan bertiga aja." Imbuh Riko seraya memperhatikan Sintia yang melamun sejak tadi.

Riko menepuk lengan Sintia, membuatnya terperanjat melihat Riko kebingungan.

"Sorry gaes tiba-tiba gue jadi kepikiran nenek buyut gue. Gue jadi ngebayangin nenek buyut gue itu, dulu pasti sangat kesepian kayak lansia yang ada disini." Jelas Sintia menghembuskan nafas panjang.

Cekleek.

Terdengar suara pintu yang terbuka. Ketiganya menoleh ke belakang, melihat Mariyati datang seorang diri.

"Sedang apa kalian di depan pintu?"

"Tadinya kami ingin melihat Doni untuk yang terakhir kalinya. Tapi ternyata dia udah gak ada di depan. Apa Doni sudah berangkat naik mobil travel bu?" Tanya Sintia dengan mengaitkan kedua alis mata.

"Terakhir kalinya? Kenapa kau berkata seperti itu Sintia? Kalian pasti masih bisa bertemu lagi di suatu tempat yang lebih indah." Mariyati menyeringai, lalu melanjutkan perkataannya.

"Karena saat ini Doni sudah tak ada disini, tugas kalian akan semakin berat. Jadi lebih baik kalian gunakan jam istirahat siang untuk tidur." Imbuh Mariyati dengan nada suara tegasnya.

Ketiganya saling bertatapan, mereka heran dengan maksud perkataan pengelola Panti itu.

"Heh kenapa kalian bertiga bengong sih?" Ucap Dina menghentikan langkahnya.

"Gak apa-apa kok Din, kita makan bersama yuk." Ajak Widia seraya menarik tangan Dina.

Ke empat nya berjalan menuju meja makan, hanya Dina saja yang tak makan nasi. Ia memperhatikan bayangan putih yang beterbangan di dekat lorong gelap. Nampak sesosok penampakan hantu dengan punggung berlobang. Dina mengucek mata untuk memastikan penglihatannya. Dan ia yakin dengan apa yang dilihatnya. Sontak Dina menjerit dan reflek memeluk Riko.

"Ada Sundel bolong di lorong sana Ko, gue takut!" Pungkas Dina dengan nafas yang berderu kencang.

"Tenang dong Din, siang-siang gini mana ada setan?"

"Ada Ko di lorong sana!" Jelas Dina seraya menunjuk ke arah dapur.

"Gak ada kok Din, lu kecapekan kali. Kalau malam sih, mungkin gue masih percaya sama lu. Lagian kita sekarang cuma berempat, gak usah bikin cerita serem deh!" Celetuk Widia mengerucutkan bibirnya.

"Gue gak mengada-ada Wid! Ngapain gue ngarang cerita, kalau ntar lu lihat sendiri baru tau rasa tau gak!"

"Emang lu pikir gue gak pernah lihat begituan? Kenapa jadi kayak nyumpahin gue sih?"

"Udah-udah gak usah ribut lagi! Gue percaya sama kalian berdua, karena emang ada yang gak beres dengan tempat ini. Jadi mulai sekarang kita harus saling jaga dan ngebantu." Kata Sintia seraya membawa perkakas ke dapur.

Saat ia melewati lorong gelap yang menuju dapur. Sintia merasakan hawa dingin dari belakang tubuhnya, namun ia memilih mengacuhkan nya dan tetap berjalan lurus ke depan. Ia meletakkan piring kotor di wastafel, namun lagi-lagi ia merasakan hawa dingin dari belakang tubuhnya. Kali ini Sintia sudah berpeluh, hawa dingin dengan aura panas semakin dekat dengan tubuhnya. Sampai ia merasakan ada yang menyentuh pundaknya. Dan terdengar suara seseorang yang tak asing di telinganya.

"Widiaaa. Lu ngagetin aja sih, emangnya udah selesai bersihin meja makan?"

Hening. Tak ada jawaban dari Widia. Ia langsung memeluk Sintia dengan berlinang air mata. Sintia justru bingung, kenapa tiba-tiba Widia jadi sesedih ini. Namun ia justru terbawa suasana haru, dan ikut menitikan air mata dengan mendekap Widia erat. Sampai akhirnya panggilan dari seseorang menyadarkan Sintia.

"Sin lu lagi ngapain?" Ucap si pemilik suara, yang menyadarkan Sintia.

1
Mila Karmila
habis SDH anak kampus g ada jagoan yg datang g seru
Susanti Puspasari
lom ada lanjutan nya ya , halo thor ap kabar , udh lama ga hadir di sini , saya pikir ada kelanjutan ,tau nya masih sama aja
Curang 20
apaa masihh ada yg baca di 30 desember 2024
Cindy
lanjut kak
Mita Rakha
sebenarnya ini cerita masih berlanjut gak she,, kok gantung ya,,,
Curang 20: iyaa di gantung udah kaya jemurah aja iya pake di gantung
total 1 replies
Yessi Amelia
dari lama nungguin
Yessi Amelia
up thor nanggung
Eviidolarr Eddo
Luar biasa , bikin dag-dig-dug
padahal cuma baca tapi panas dingin nya beneran cok
Yessi Amelia
lanjut thor
Sari Yuliati Pani
belom tamat kan ini novel 🤔
Sari Yuliati Pani
bala bantuan utk dina n mbah mar udh dateng tuh
Sari Yuliati Pani
oo ternyata ini 7an mbah mar
Sari Yuliati Pani
huuffhh.. bcnya kayak hbs lari maraton thor
Sari Yuliati Pani
akhirnya dateng jg tuh bantuan..ah bs aja tuh pesan author..bs ngebayangin 🤭
Sari Yuliati Pani
👍👍
Sari Yuliati Pani
huuffhh.. bcnya sambil tahan napas .. tegang oi
Sari Yuliati Pani
udah sintia g usah mikir yg lain dl..selametin diri dl..br nyari bantuan
Sari Yuliati Pani
yaah ketelen kaann 😞..nah ada kebon bambu pulak.. bikin merinding😥
Sari Yuliati Pani
apakah ada ilmu hitam kayak gitu
Sari Yuliati Pani
kayaknya yg tinggal di panti ini udah metong semua yak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!