Sequel "Diandra"
Pernah kecewa dimasa remaja membuat Kristal enggan menjalin hubungan dengan pria manapun. Menurutnya, tidak ada pria yang setia di dunia ini kecuali Papanya.
Kristal beranggapan, dirinya bisa hidup tanpa seorang pria atau pendamping. Kesuksesan dan kebahagiaan yang ia raih sekarang, menurutnya sudah lebih dari cukup. Hingga suatu hari tanpa sengaja ia bertemu kembali dengan Langit, pria tampan yang menyukainya sejak remaja.
"Seperti yang pernah aku ucapkan dulu. Jika dia menyakitimu maka aku akan merebutmu kembali. Dan kali ini, aku tidak akan pernah melepaskanmu!"
Akankah Kristal mau membuka hati? Atau ia tetap pada pendirian awalnya yaitu hidup sendiri seumur hidup?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AfkaRista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Makan malam kali ini terasa lebih hangat dengan kehadiran Mama Maura dan juga Elsa. Berbagai menu masakan sengaja Mama Maura masak untuk anak dan menantunya.
"Mau makan dengan apa, Mas?"
"Gurami asam manis dan terong balado"
Kristal dengan cekatan mengambilkan menu yang diminta suaminya ke dalam piring kemudian memberikannya pada Langit.
"Makasih, Sayang"
"Kamu juga harus makan yang banyak, Kris. Kamu kan sedang hamil"
Deg
Elsa menghentikan kunyahannya. Makan malam sambil melihat keromantisan Abangnya saja sudah membuat Elsa begah. Sekarang ia harus mengetahui fakta yang lebih menyakitkan lagi. Selera makannya langsung lenyap seketika.
"Iya, Ma"
Wajah masam sekaligus kecewa begitu kentara di paras manis Elsa. Tanpa pamit, Elsa meninggalkan meja makan begitu saja.
"Sa!" tegur Mama Maura
Namun Elsa tetap melangkah tanpa menghiraukan panggilan Mama angkatnya
"Biarkan saja, Ma" ucap Langit santai
"Mama akan bicara dengannya nanti"
Kristal menatap sekilas mertuanya, dari tatapan mata Mama Maura, sepertinya Kristal tak perlu repot - repot meladeni Elsa. Biarkan saja mertuanya yang mengurus bibit pelakor itu.
"Lanjutkan makan kalian. Tambah juga lauknya"
"Iya Ma"
🌻🌻🌻
Langit menyusul sang istri yang lebih dulu merebahkan diri di atas ranjang. Nafas Kristal terdengar beraturan, artinya istri cantiknya itu sudah masuk ke alam mimpi. Langit mencium kening Kristal lama kemudian memeluk erat belahan jiwanya.
Merasa ada yang melingkarkan tangannya, Kristal membuka mata. Padahal tadi ia sudah terlelap. Sejak hamil, ia selalu peka dengan sentuhan, khususnya sentuhan Langit.
"Kenapa terbangun? Aku mengganggumu ya?"
Kristal menggeleng pelan,
"Tidurlah lagi. Aku akan menemanimu"
Sayangnya, mata Kristal tidak bisa terpejam dengan cepat. Ia justru menikmati usapan tangan Langit pada perutnya.
"Apa yang ingin kamu tanyakan?"
Kristal berbalik lalu menatap suaminya. "Aku mau Elsa segera pergi!" bukan pertanyaan, justru pernyataan yang Kristal lontarkan
"Mama akan mengurus Elsa. Tidak perlu khawatir dengannya"
"Aku hanya enggan berhadapan dengan bibit pelakor. Jika dia bisa pergi dengan cepat, maka aku tidak perlu susah - sudah mengusirnya dengan caraku"
Langit mengecup bibir istrinya sekilas, "Meski ada seribu wanita cantik telanjang di depan mataku. Aku tidak akan pernah tergoda"
Kristal berdecih, kucing saja walau sudah kenyang jika di suguhi ikan asin akan di embat juga. Apalagi seorang pria. Meski istrinya secantik bidadari, jika ada yang mulus dan seksi pasti di lirik juga.
"Aku tidak sama dengan pria di luaran sana, Kris. Kamu bisa pegang janjiku"
"Apa yang bisa kamu berikan jika kamu mengingkari ucapanmu?" tantang Kristal
"Bunuh aku saat itu juga!"
Deg
Degub jantung Kristal tak terhindarkan. Hatinya benar - benar bergetar mendengar ucapan yang Langit lontarkan.
"Lang"
"Aku tahu bagaimana sakit dan menderitanya Mama. Dan aku bersumpah, tidak akan melakukan hal yang sama pada wanita yang aku cintai"
Kristal mengusap wajah suaminya lembut, "Semoga hanya maut yang memisahkan kita"
Tanpa keduanya sadari, seseorang mendengar semua percakapan suami istri itu. Tangannya terkepal kuat dengan tatapan penuh amarah.
"Kita lihat nanti! Semua tidak akan berjalan seperti yang kalian inginkan!"
"Dan aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi!"
Deg
Elsa mematung, tubuhnya membeku. Dia berbalik dan dengan takut menatap Mama Maura yang entah sejak kapan berada di belakangnya.
"M-mama"
"Jika kamu berniat menjadi duri dalam rumah tangga putraku. Maka maafkan aku jika aku mengembalikanmu ke tempat asalmu dulu!"
Deg
Elsa menegang. Antara takut, emosi dan juga kecewa mendengar apa yang Mama Maura ucapkan.
"Mama tega akan membuangku demi orang baru?!"
Mama Maura tersenyum sinis, "Orang yang kamu sebut baru itu menantuku! Istrinya Langit yang saat ini sedang mengandung penerusku!"
Elsa bergeming
"Jangan sampai rasa sayang, perhatian dan cinta dariku membuatmu lupa diri. Aku bisa menjadi ibu yang baik jika kamu berbuat baik. Tapi aku juga bisa menjadi iblis jika kamu mengusik kebahagiaan Langit!"
"Ma"
"Aku menyayangimu dengan tulus dan tanpa pamrih. Jadi tolong kamu juga bisa membalas rasa sayangku tanpa pamrih pula"
Suara Mama Maura yang cukup lantang membuat Langit dan Kristal bisa mendengar apa yang wanita itu katakan.
"Kamu dengar kan? Tanpa aku ataupun kamu, Mama akan mengatasi Elsa dengan baik"
"Aku tidak menyangka jika Mama bisa setegas itu"
"Mama itu sosok penyayang, lembut dan perhatian. Tapi jika berkaitan dengan orang ketiga, dia bisa jadi iblis yang sesungguhnya"
Kristal mengangguk, "Ya sudah. Sekarang kita tidur saja"
"Kamu mau tidur begitu saja setelah membuatku terjaga begitu lama? Tidak semudah itu Rosalinda!"
Kristal mencubit pinggang Langit cukup keras, "Jadi maumu apa Verguso?"
Langit tersenyum menyeringai, "Dua ronde pengantar tidur" bisik Langit
🌻🌻🌻
Berbeda dengan Langit dan Kristal yang begitu hangat, Ken dan Yazna sama - sama merasa hampa. Rumah tangga yang di dasari hubungan cinta bertepuk sebelah tangan, tidak membuat keduanya bahagia.
Makin kesini, sikap Ken semakin dingin.
"Aku sudah bilang, tidak perlu menungguku! Kamu bisa tidur lebih dulu!" ucap Ken pada Yazna. Ia baru saja pulang dari kantor, saat memasuki kamar, Ken melihat Yazna duduk di sofa menunggunya
"Aku akan menyiapkan air untukmu mandi"
"Tidak perlu!" tolak Ken tegas, "Tidurlah. Aku bisa mengurus diriku sendiri!"
Yazna mengepalkan tangan, penolakan ini bukan pertama kalinya. Setiap hari, saat ia berusaha menunaikan tugasnya sebagai istri, Ken justru tak menginginkannya.
"Kenapa tidak kamu ceraikan saja aku, Ken! Apa gunanya aku berada disini jika kamu tidak pernah menginginkanku!"
Ken manatap istrinya tajam, "Tidak sekarang. Tapi perceraian itu pasti akan terjadi!"
Deg
Niatnya Yazna hanya ingin menggertak suaminya. Tapi siapa sangka Ken justru mengiyakan apa yang dia katakan.
"Kamu tidak bisa membuangku layaknya sampah setelah semua yang terjadi, Ken. Aku pastikan, kamu tidak akan pernah bisa meninggalkan aku!"
Tok Tok Tok
Yazna berjalan untuk membuka pintu, pasti Bi Darmi
Ceklek
Benar, Bi Darmi datang membawa nampan berisi makan malam untuk Ken.
"Taruh saja di meja seperti biasanya, Bi"
"Iya Nona"
Jika malam - malam sebelumnya, Yazna hanya melihat menu makan malam suaminya. Tidak dengan malam ini.
"Kamu tidak akan semudah itu mencampakkan aku, Ken!"
Ceklek
Pintu kamar mandi terbuka, Ken keluar lengkap dengan pakaian santainya. Suami Yazna itu segera menuju sofa untuk menyantap makan malamnya. Yazna naik ke atas ranjang, ia membelakangi suaminya, tapi tak berniat untuk tidur.
Hampir tiga puluh menit, akhirnya suara dentingan sendok dan garpu terhenti. Jelas Ken telah selesai menyantap makan malamnya.
"Ada apa denganku? Kenapa kepalaku pusing? Badanku juga gatal"
Meski berbicara pelan, namun Yazna masih bisa mendengarnya.
Grep
Ken mulai meracau, dia memeluk Yazna dari belakang.
"Ok. Permainan di mulai"
"Kris, aku mencintaimu!"
Deg