AUTHOR TIDAK MENJAMIN KARYA INI ENAK DI BACA. TAPI YANG PENASARAN BISA MAMPIR
Nama adalah doa. Hal itu telah diketahui semua orang.
Banyak orang yang memberi nama anaknya sesuai dengan karakter tokoh idola masing-masing. Sama halnya dengan pasangan Reyhan dan Laura yang memberi nama anaknya Salman Alfarisi.
Keduanya berharap kelak putranya mewarisi segala kebaikan yang ada pada diri salah satu sahabat nabi yang di jamin masuk surga itu.
Namun apa jadinya, jika doa tulus itu di kabulkan Allah? Termasuk soal percintaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ipah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Pesan tengah malam
Sepanjang perjalanan pulang, Wulan hanya diam. Semakin menambah kesan mencurigakan di hati Leon. Ia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan gadis pujaan hatinya.
"Aku langsung masuk rumah ya." ucap Wulan ketika mobil sudah berhenti di depan rumahnya.
"Aku ngga diijinkan masuk nih?" ucap Leon sambil tersenyum.
"Ini sudah malam, dan aku juga capek." kilah Wulan. Sedangkan Leon melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya lalu terkekeh.
"Kalau di Belanda, jam segini tuh masih sore Wulan."
"Iya, tapi sekarang di Indo. Jadi jam segini sudah malam. Ya sudah aku masuk dulu ya. Bye."
Wulan melambaikan tangannya lalu membuka pintu mobil sendiri. Setelahnya ia segera masuk rumah meninggalkan Leon yang masih duduk terpaku di dalam mobil.
**
Setelah sampai kamarnya, Wulan menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Badannya berguling ke sana kemari.
"Apa aku minta nomor teleponnya pada Aisyah saja ya. Dia pasti punya." ucap Wulan sambil menjentikkan jarinya, senyum mengembang di wajahnya. Bergegas ia merogoh handphone yang ada di dalam tasnya.
"Hai pengantin baru." sapa Wulan ketika panggilan itu terhubung.
"Hai Wulan, ada apa malam-malam begini menelpon ku?" tanya Aisyah sambil mengernyitkan dahi di seberang sana.
Wulan pun tersenyum sebelum menjawab pertanyaan sahabatnya, meskipun ia yakin sahabatnya itu tidak tahu apa yang ia lakukan.
"Aku ingin minta nomor telepon kak Salman. Kamu pasti tahu kan?"
Aisyah sangat terkejut dengan permintaan Wulan, sampai ia membulatkan matanya dan ternganga. Tak habis pikir dengan pola pikir sahabatnya.
Suaminya yang berada disampingnya, juga menatapnya heran. Lalu ia menyenggol lengan istrinya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sehingga membuat Aisyah kembali terkejut.
Sambil berbisik Aisyah menjelaskan pada suaminya. Tentu saja suaminya juga cukup heran. Sementara di ujung sana Wulan kembali memanggil nama Aisyah.
"Ai, kok lama banget sih?"
"Eh iya Wulan. Maaf aku ngga punya nomornya mas Salman."
"Masa sih ngga punya?" Wulan mendengus kesal.
"Kalau kamu ngga punya, kan bisa tanya sama suami mu Ai. Pliss banget, ini penting. Darurat." bujuk Wulan lagi.
Aisyah pun kembali memberi tahu suaminya. Akhirnya ia mengalah, lalu memberi tahu nomor telepon Salman.
"Okay, telepon nya aku matikan ya. Nomornya aku kirim lewat pesan chat." ucap Aisyah mengakhiri percakapan udara itu.
"Okay Ai, aku tunggu ya." ucap Wulan penuh semangat, lalu keduanya mematikan teleponnya.
Aisyah segera mengetikkan nomor telepon Salman yang di dapat dari suaminya. Sedangkan Wulan sudah berdebar jantungnya menunggu pesan dari Aisyah.
Tak lama kemudian, handphone Wulan berdering, mendapat notif pesan. Dengan mata yang berbinar ia langsung membuka pesan dari Aisyah.
Setelah menyimpan nomor telepon Salman, ia langsung menghubunginya. Namun, sampai 5 kali ia menelpon, tetap saja tak ada satu pun panggilan yang di angkat. Membuat Wulan kembali galau. Akhirnya ia mengirim pesan sebagai permintaan maafnya.
Setelah berguling kesana-kemari, akhirnya Wulan baru bisa tidur.
Sementara itu, di tempat yang berjarak tak jauh dari rumah Wulan. Salman seperti biasa bangun di tengah malam untuk melaksanakan sholat tahajud. Ia mengucek matanya, lalu meraba handphone yang ia letakkan di atas nakas.
Matanya menyipit melihat jam yang tertera di layar, sekaligus beberapa notif pesan dan panggilan. Ia sengaja menunda membuka notif itu. Karena lebih memilih ke kamar mandi, terdorong rasa ingin pipis yang tak bisa di tahan.
Setelah menuntaskan hajatnya, sekaligus berwudhu, kini badan Salman terasa segar dan siap untuk melaksanakan sholat sunah.
Beberapa menit ia habiskan untuk bermunajat pada Rabb nya, hingga hatinya selalu diliputi ketenangan. Setelahnya, ia kembali naik ke atas tempat tidur sambil meraih handphonenya.
Ia mengernyitkan dahi melihat beberapa panggilan tak terjawab, lalu membuka pesan yang berderet-deret.
Cuma yg baca kayaknya sedikit.
Mungkin revisi judul biar lebih menarik reader.
.
wkk.. wkk.. wkkk uda sam aja nie, kyk Leon lebih parah mala somplak nya... 😀😀😀
emang harus d ajarkan kepada anak untuk. mengenal lingkungan dan beradaftasi dengan baik, ya itulah tanggung jawab sebagai orang tua, serepot apapun itu yg terbaik untuk anak... Semangat Salman Wulan, menjaga baby Maryam...
😄😄😄
wkk... wkkk.. wkkk makanya jgn asal jgn nyosor aja Leon... g sabar amat si, masih bnyak waktu dan kesempatan, terpenting acara aqiqahan berjalan lancar.. 😀😀😀