Demi menyelamatkan perusahaan sang papa yang hendak dikuasai oleh pamannya yang tamak, Menta terpaksa menyetujui perjodohannya dengan Raf seorang tuan muda pewaris tahta kerajaan bisnis yang sudah menjadi rekanan sang papa. Pernikahan yang dipaksakan tersebut sesungguhnya membuat Menta sangat tertekan, sikap dingin Raf ditambah kisah cinta pria itu dengan seorang model cantik pun membuat hubungan keduanya semakin seperti orang asing. Mungkinkah Menta dan Raf bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosi Lombe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Syeba dan Cilla
"Aaaaa,, itu punya aku!" Syeba berteriak ketika Cilla merebut mainan alat make up miliknya.
"Tapi Cilla mau pinjam!" Cilla yang masih lebih kecil tidak mau mengalah.
"Aku juga mau main!" akhirnya kedua gadis cilik itu berebutan dan saling tarik.
"Loh ada apa ini?" Menta yang sedang berada di ruang keluarga di kediaman Mike bertanya.
"Dia merebut mainan aku!" Syeba menuding Cilla.
"Cilla cuma mau pinjam!" Cilla berteriak.
"Sudah-sudah, bagaimana kalau kita bermain bersama-sama saja?" Menta menengahi keduanya.
"Aunty mau bermain sama kita juga?" Syeba bersemangat.
"Tentu saja" Angguk Menta sambil tersenyum.
"Yeeeeyyyy asikkk" Cilla melonjak kegirangan.
"Tapi mainnya bersama ya, tidak rebutan" Menta memangku keduanya.
"Oke" keduannya setuju.
"Sekarang aunty yang kami dandanin ya" Syeba bersiap-siap memoleskan lipstick khusus anak-anak pada bibir Menta.
"Aku mau pakaikan blush on nya" Cilla memoles pipi sang aunty dengan random.
"Oke" melihat keduanya sangat antusias, Menta pun hanya bisa pasrah menerima hasilnya.
Hampir kurang lebih satu jam mereka berdua melukis wajah Menta layaknya make up artist profesional.
"Astaga Cilla, Syeba" Rach yang melihat wajah Menta celemotan make up langsung menutup mulutnya.
"Ada apa?" Gide yang berjalan di belakang sang istri bertanya.
"Papa lihat ulah anakmu!" Rach menepuk lengan suaminya.
"Kak Cilla ngapain? itu wajah aunty kenapa jadi hancur begitu?" Gide tidak menyangka kalau putri sulungnya berani seperti itu.
"Kami lagi main salon-salonan kak hehehehe" Menta hanya terkekeh melihat kedua saudara iparnya terkejut.
"Astaga" kini Sera yang syok saat melihat wajah Menta.
"Syeba itu ulahmu?" Sera menegur putrinya.
"Jangan marahi mereka, kami memang lagi bermain kok" Meskipun menjadi korban, namun Menta sangat menikmati waktu bermain bersama kedua keponakannya itu, dengan keberadaan mereka, rasa sedih yang di rasakannya selama ini seperti berkurang sedikit.
"Sayang wajahmu kenapa?" Raf yang melihat sang istri seperti badut langsung mengelus pipinya.
"Heheheheh" sementara Menta hanya terkekeh saja.
"Syeba dan Cilla ayo minta maaf, tidak sopan loh memegang wajah orang yang lebih tua, apalagi sampai mencoret-coret" Gamal yang baru datang ikut nimbrung.
"Tidak kak, memang aku yang menawarkan diri kok, aku malah senang, karena mereka menghiburku" Menta tidak ada rasa malu sama sekali.
"Maaf ya" Gide mewakili kedua anak itu meminta maaf.
"Tidak perlu kak, sungguh aku senang kok bisa bermain bersama mereka heheheh" kata Menta dengan tulus.
"Ya sudah ayo kalian berdua mandi sama mama Rach" Rach menggandeng keduanya.
"Sini kakak ipar biar aku bersihkan wajahnya" Sera bermaksud membersihkan wajah Menta.
"Tidak usah, biar aku saja sekalian mau mandi juga, kok" kemudian Menta berjalan ke dalam kamarnya.
..........
"Sini" tanpa aba-aba tiba-tiba saja Raf meraih pembersih make up dari tangan Menta.
"Eh kak, tidak usah, biar aku saja" Menta berusahan merebut.
"Diam, jangan cerewet!" kemudian memegang dagu sang istri dan mulai mengoleskan kapas berisi cairan pembersih wajah itu ke pipi sang istri.
"Emm, kalau begitu terima kasih ya kak" karena Raf memaksanya, maka mau tidak mau ia pun hanya bisa pasrah.
Cukup detail Raf membersihkan setiap inci wajah gadis itu. Ia bisa melihat bahwa kulit Menta begitu lembut dan halus layaknya kulit bayi. Bahkan ketika ia mulai membandingkannya dengan wajah Paula ia bisa melihat bahwa kulit cantik Menta sangat alami meskipun tanpa banyak sentuhan produk kecantikan.
Sementara itu Menta yang sejak tadi hanya diam saja, kemudin mulai fokus melihat Raf yang sedang sibuk dengan wajahnya. Ia bisa melihat betapa pria yang sudah berstatus sebagai suaminya itu begitu tampan dan rupawan.
"Jangan melihatku seperti itu, nanti kau jatuh cinta!" Raf yang sadar ditatap secara intens oleh sang istri kemudian berseloroh dan membuat kesadaran Menta kembali.
"Ishhh kakak ge er sekali, siapa yang melihat kakak? aku hanya sedang menatap ke arah depan saja, karena kebetulan kakak yang di depn aku, ya jadinya aku menatap kakak!" gadis itu semakin hari semakin pandai bersilat lidah di depan Raf.
"Ck, masih mengelak saja" Raf mencibir sambil tersenyum jahil.
"Apa sih, ya sudah kalau begitu berhenti saja, aku juga tidak meminta kakak melakukannya!" karena kesal diejek oleh Raf, Menta pun berdiri secara spontan.
"Mau kemana? kan belum selesai!" Raf menarik tangan sang istri hingga terjatuh di pangkauannya.
"Ih lepaskan!" ia memberontak.
"Kalau aku tidak mau?" semakin senang melihat istrinya kesal.
"Ck!" berdecak kesal.
"Kau itu kalau lagi marah sangat lucu" kata pria itu sambil mengeratkan pelukannya di pinggang Menta.
"Ihhh apa sih, awas ah, aku mau mandi!" Menta berusaha mendorong dengan sekuat tenaga.
"Cup" sebuah kecupan mendarat di bibir mungilnya.
"Kak" Menta terpekik.
"Emmmppp" Raf tidak memberi ruang bagi Menta untuk lepas dari pelukan dan pangkuannya. Ia dengan lihainya memagut bibir sang istri dan menerobos masuk. Sementara Menta yang diserang hanya bisa pasrah karena tenaganya kalah kuat.
"Cukup kak, ini salah!" setelah beberapa saat Raf terbuai dengan keadaan, akhirnya ia pun tersadar dengan perkataan Menta.
"Maaf" ia pun kemudian melepaskan Menta begitu saja.
"Aku mandi dulu" gadis itu bergegas menuju kamar mandi, meninggal kan Raf yang masih terlihat linglung.
"Duhhh bodoh!" Menta memaki dirinya sendiri.