NovelToon NovelToon
Basmara

Basmara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:175
Nilai: 5
Nama Author: keisar

Basmara, dalam bahasa sansekerta yang berarti cinta dan tertarik. Seperti Irma Nurairini di mata Gervasius Andara Germanota, sebagai siswa anak kelas 11 yang terkenal Playboy menjadi sebuah keajaiban dimana ia bisa tertarik dan penuh kecintaan.

Namun apalah daya, untuk pertama kalinya Andra kalah dalam mendapatkan hati seseorang, Irma sudah ada kekasih, Andrew, seorang ketua OSIS yang terkenal sempurna, pintar, kaya, dan berbakat dalam non akademi.

Saat terpuruk, Andra mendapat fakta, bahwa Irma menjalani hubungan itu tanpa kemauannya sendiri. Andra bangkit dan memerjuangkan Irma agar sang kakak kelas dapat bahagia kembali.

Apakah Andra berhasil memerjuangkan Irma atau malah perjuangan ini sia-sia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 28: Pengakuan

Irma, gadis menaruh tangannya yang bergetaran diatas pahanya, kini ia terduduk diantara orang-orang yang familiar diingatan, Andra, lelaki yang mencintainya. Rachel, ibu dari Andra. Andrew, lelaki yang menyiksanya. Dan Alex, pria yang mengancam dan mengendalikan keluarganya.

"Jadi, apa benar kamu dipukuli Andrew," Bu Lia, wanita dengan rambut ubanan dicepol itu tampak sangat penasaran, bagaimana tidak? Sudah lebih dari 15 menit gadis didepannya ini hanya diam.

Irma menengok kearah Andra, lelaki itu tersenyum, seakan meyakinkannya untuk berkata jujur, melihat itu hati Irma menghangat, tekad membulat. "Iya bu," ia membuka sweater yang sedari ia kenakan.

Tersisahlah seragam putih berlengan pendek, memperlihatkan tangan kurus Irma yang dihiasi lebam serta luka silet, membuat seisi ruangan tercengang kecuali Andrew dan Alex.

Rachel menutup mulut, tak percaya. "Astaghfirullah, ini bahkan lebih parah dari yang saya alami," ia melirik kearah Alex yang tampak kesal.

Bu Lia memajukan tubuhnya, membuat dia dapat melihat dengan jelas, ternyata yang ada ditangan Irma benar-benar lebam, bukan rekayasa untuk drama belaka.

Bu Lia menegakkan tubuhnya, ia menatap tajam kearah Alex. "Pak Alex, sebagai kepala sekolah, saya akan menskors Andrew selama sebulan, mencopot jabatan sebagai ketua osis, dan menuntut denda sebagai biaya pengobatan Irma."

"Ibu ya—" ucapan Alex terpotong.

"Dan kalau tidak dituruti!" Bu Lia meninggikan nadanya. "Saya akan membawa kasus ini ke pengadilan."

Alex terdiam, ia menggertakkan giginya sembari mengepalkan tangannya sekuat-kuatnya, membuat gelas yang berada dalam genggamannya hancur seketika.

Alex menarik kain lap diujung meja, mengelap air dan menaruh pecahan dikain tersebut, setelah selesai ia menaruh kembali kain itu. Alex tersenyum sembari memiringkan tubuhnya, menyembunyikan kekesalannya.

Alex menarik tangan Andrew, membawanya keluar dari ruang kepsek, meninggalkan Andra dan Rachel yang memasang wajah penuh kemenangan... setidaknya saat ini.

Alex mengeluarkan ponselnya, ia menelpon seseorang dengan tatapan penuh dendam. "Shey, jual saham yang kita di Huang's Group," ia kemudian tersenyum, membuat sang anak yang melihat itu bergidik ngeri.

...........

Kembali ke dalam ruang kepala sekolah, Rachel kini sedang memeluk Irma yang menangis. "It's okay girl, nangis aja," Rachel mengelus pelan kepala belakang Irma.

Irma menyeka air mata, ia mendongak pelan, menatap Rachel. "Emang boleh?"

Rachel menatap teduh. "Emang ada yang nggak bolehin?"

Irma mengangguk. "Papa, katanya dunia nggak akan berubah kalo aku nangis."

Rachel mengeratkan pelukannya. "Benar apa kata papa kamu, tapi menurut tante, gak apa-apa kok nangis, asalkan kamu harus janji bahwa kamu nggak akan menangisi hal yang sama."

Irma pun menangis, ia balas memeluk Rachel erat, ini, sama kayak pelukan mama, pikirnya. Dalam beberapa saat, tangisan Irma mereda, nyaris tak terdengar.

"Udah nangisnya?"

Irma melepaskan pelukannya dan menengok ke sumber suara yang berada dibelakangnya, Andra, laki-laki berbibir tebal itu terlihat sedang menenteng sebuah ember dan dua handuk yang ia taruh dipundak lebarnya.

"Itu buat apa? Terus isi ember itu apa?" tanya Irma.

Andra menendang pelan ember. "Ini isinya es sama sedikit, ini buat kompres lebam buat kamu yang gak tau google."

Irma mendengus. "Aku tau google!"

"Terus kenapa nggak di kompres dari awal," Andra menunjuk beberapa bagian yang terlihat sudah membengkak. "Sampe bengkak kayak gitu."

"Aku nggak sempat," Irma beralasan.

Rachel melepas pelukannya. "Udah jangan banyak alasan, ayo kompres lebam kamu," ia berjalan menghampiri Andra.

"Aku sih mau aja, tapi..." Irma melirik Andra ragu-ragu.

Andra yang tadinya sudah berjongkok kini kembali berdiri. "Kenapa? Ada di area privasi?" tanyanya yang dijawab anggukkan malu-malu oleh Irma.

"Yaudah," Andra memberikan handuk ke Rachel dan Bu Lia. "Mama sama Bu Lia aja yang kompresin, aku keluar."

Andra berjalan keluar dari ruangan, tak menyadari Irma yang menatap punggungnya dengan tatapan sedih, entah mengapa hati Irma terasa berat ketika Andra jauh darinya, rasa aman, senang dan yang lainnya sirna seketika.

Andra menutup pintu dari luar, ia celingak-celinguk memperhatikan lorong. "Bapak yang nganterin kak Irm kemana?" bingungnya. "Mungkin udah balik ke kelasnya."

Andra terduduk, menyandarkan punggungnya pada dinding yang dingin itu, ia menatap telapak tangannya yang sedikit gemetar. "Feeling gua buruk."

Andra terdiam, perkataan Rachel lewat kembali, Astaghfirullah, ini bahkan lebih parah dari yang saya alami. Sorot mata Andra menajam, rahangnya menegas.

"Mas Varo bilang kalau penyebab papa meninggal karena mama diculik, setelah itu papa dijebak," Andra mengepalkan tangannya. "Apa... mama juga pernah dipukulin sama Alex."

Andra menggertakkan giginya. "Gua pastiin itu nanti, yang penting, sekarang gua harus latihan!"

Tok....tok...tok

Setelah berpikir beberapa saat, pintu ruang kepsek diketuk dari dalam. "Dra, masuk, udah selesai," ucap Rachel dari dalam.

Andra berdiri, ia menghela napas sebelum membuka pintu. Irma, gadis itu tampak selesai mengancingi seragamnya, entah mengapa gadis berketurunan chinese dan sunda itu berlari kearahnya.

Irm memeluk Andra,menenggelamkan kepalanya pada seragam Andra, tercium wangi yang sangat maskulin. "Thank you," suaranya nyaris tak terdengar.

Andra menunduk, menatap pucuk kepala itu kebingungan. "Thank for what?"

Irma mendongak, memberikan tatapan kehabagian, sebuah senyuman yang diikuti oleh lesung pipi tercetak diwajah bulatnya. "For all."

Andra terkekeh, ia mengacak-acak rambut Irma. "It's nothing."

"And..." Irma menggantungkan ucapannya, wajahnya tampak malu-malu. "I Love You," ia kembali menengggelamkan wajahnya.

Andra tersenyum. "Love you too."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!