NovelToon NovelToon
Anak Pembawa Berkat

Anak Pembawa Berkat

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita / Cintapertama
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rachel Imelda

Gracia Natahania seorang gadis cantik berusia 17 tahun memiliki tinggi badan 160cm, berkulit putih, berambut hitam lurus sepinggang. Lahir dalam keluarga sederhana di sebuah desa yang asri jauh dari keramaian kota. Bertekad untuk bisa membahagiakan kedua orang tua dan kedua orang adiknya. Karena itu segala daya upaya ia lakukan untuk bisa mewujudkan mimpinya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rachel Imelda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Iya, Aku Janji.

Sedangkan di Indonesia, Dani telah sampai di Jakarta bersama Nyonya Sinta.

Nyonya Sinta menepi janjinya. Mereka tidak menginap.di hotel, melainkan langsung menuju sebuah kantor agensi perjalanan mewah di pusat kota Jakarta. Kantor itu tampak eksklusif dan tenang, jauh dari hiruk pikuk jalanan ibu kota.

"Selamat siang Bu Sinta, senang bertemu lagi dengan Anda," sapa seorang wanita paruh baya denga. dandanan modis, yang diketahui bernama Ibu Sandra, pemilik agensi perjalanan tersebut.

"Hai, Sandra lama tidak bertemu. Ini putraku, Dani. Dia sedang mabuk cinta dan ingin sekali menyusul belahan Jiwanya ke Jepang," kata Nyonya Sinta sambil tertawa kecil, memegang lengan Dani.

Dani merasa sedikit canggung, tapi ia berusaha tersenyum percaya diri.

"Oh, ke Jepang? Itu bagus. Tujuan yang indah. Kami bisa mengurus Visa turis dan tiket pesawat tercepat." Kata Ibu Sandra sambil mengeluarkan buku catatan kulitnya.

"Bukan turis, Sandra," sela Nyonya Sinta.

"Dia harus terlihat berkelas. Dia ingin ke sana untuk tinggal, setidaknya sampai dia berhasil mendapatkan kembali gadis itu. Bisakah kamu mencari cara agar dia terlihat seperti...pengusaha muda yang sedang ada urusan bisnis, misalnya? Buatkan dia Visa yang paling prestisius.

"Ibu Sandra mengangkat alisnya, lalu tersenyum penuh makna. "Unruk Bu Sinta, tentu saja bisa diatur. Kita akan mengurus Visa bisnis untuk jangka pendek, kita akan buatkan surat undangan dari perusahaan rekanan kami di Tokyo. Itu akan membuanya terlihat sangat penting. Tapi saya butuh semua dokumen Dani, dan..... biaya untuk layanan ini cukup besar.""Urusan biaya jangan khawatir Sandra, yang penting anak saya bisa menyusul Cia secepatnya dan terlihat berkelas." jawab Nyonya Sinta angkuh, mengeluarkan kartu platinumnya.

Dani tersenyum senang. Rencana ibunya terdengar sempurna. Dia akan tiba di Tokyo, bukan sebagai turis desa, melainkan sebagai sosok yang elegan dan mapan. Dia membayangkan terkejutnya Cia ketika melihatnya.

"Berapa lama prosesnya Bu Sandra?" tanya Dani, tidak sabar.

"Jika kita bergerak cepat, termasuk tiket pesawat untuk kelas satu, paling lama tiga hari. Tapi pastikan ponselnya selalu aktif, Dani. Ada beberapa wawancara singkat yang harus kamu ikuti, hanya formalitas untuk Visa." jawab Ibu Sandra.

Dani mengangguk penuh semangat. Tiga hari. Dia hanya butuh waktu tiga hari, dan dia akan berada di Tokyo, merebut kembali hati Cia.

"Pokoknya buat yang terbaik, Sandra. Dani harus tiba di Tokyo layaknya seorang pangeran," tutup Nyonya Sinta dan Ibu Sandra hanya tersenyum mengiyakan, melihat peluang bisnis besar di hadapannya.

*********

Waktu berlalu tanpa disadari Cia. Ketika bel berbunyi menandakan kelas selesai, ia merasa seolah baru saja lari marathon. Kepalanya pusing dan buku catatannya penuh dengan huruf kanji yang tidak lengkap dan terjemahan bahasa Indonesia yang samar-samar.

"Kamu baik-baik saja,.Cia-san?" tanya Akari sambil tersenyum lembut, melihat ekspresi Ia yang kelelahan.

Cia tertawa kecil, sedikit malu. "Jujur, Akari-san ini sangat sulit. Profesor Tanaka berbicara terlalu cepat. Aku hanya bisa menangkap setengah dari apa yang dia katakan."

Akari membereskan tasnya. "Jangan khawatir. Kelas ini memang terkenal sulit, bahkan untuk kami. Bahasa akademis memang berbeda. Jika kamu mau, aku bisa berbagi catatanku denganmu hari ini. Itu akan membantumu memahami poin-poin penting profesor Tanaka."

Mata Cia berbinar. "Benarkah? wah terima kasih banyak, Akari-san. Kamu menyelamatkan masa depanku."

"Sama-sama, kita adalah teman sekelas, dan kamu adalah tamu di negara kami. Aku senang membantumu." kata Akari ramah. "Aku biasanya makan di kantin Gedung 12, mau ikut? kita bisa membahas catatan di sana."

Cia merasa lega dan senang. Karena di hari pertama kuliahnya, ia mendapatkan seorang teman yang peduli dan baik padanya.

********

Di saat yang sama di Jakarta.

Dani sedang duduk di kursi mewah kantor Ibu Sandra, di seberangnya ada seorang pria muda bernama Leo, asisten ibu Sandra yang bertugas memberikan "pelatihan" singkat untuk wawancara Visa bisnis Dani.

"Ingat Bapak Dani, saat ditanya tujuan Anda ke Jepang, jawabannya adalah: menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan Nippon Kaihatsu untuk proyek investasi properti jangka panjang di wilayah Kanto, mengerti?" Leo mengulanginya dengan sabar.

Dani menggaruk kepalanya. "Nippon...apaan tadi? Susah amat. Pokoknya aku mau nyusul Cia, masa depan aku."

Leo menghela napas. "Tolong Bapak Dani jangan katakan itu di kedutaan. Terdengar tidak profesional. Ulangi. Menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan Nippon Kaihatsu.."

"Iya, Iya, Nyonya Sinta bayar mahal, jadi urus saja semuanya. Pokoknya saya ini pengusaha, Oke? Saya datang untuk urusan penting. Saya berkelas." Potong Dani, menunjukkan sedikit sikap arogan yang biasanya ia tampilkan di desa. Dia merasa statusnya kini lebih tinggi hanya karena memakai kemeja mahal dan didampingi agen perjalanan eksklusif.

Nyonya Sinta yang duduk di sampingnya, memukul kecil tangan Dani. "Dengar Dani. Jangan mempermalukan ibu. Bersikaplah berwibawa. Buktikan kamu ini memang berkelas."

Dani akhirnya mengangguk ogah-ogahan. Dia tidak terlalu peduli dengan nama perusahaan atau investasi properti. Yang penting baginya adalah Visa, tiket kelas satu, dan kesempatan untuk muncul di hadapan Cia dengan aura orang penting.

"Tiga hari lagi Cia, tunggu aku datang. Aku akan tunjukkan bahwa aku ini bukan pria desa biasa lagi. Aku ini pangeran yang menjemputmu," batin Dani penuh percaya diri, meskipun otaknya masih kesulitan menghafal nama perusahaan Jepang yang baru saja diucapkannya.

*****

Kembali ke ruang kerjanya di Indonesia, Juna mencoba fokus pada desain arsitektur yang harus ia selesaikan. Namun matanya terus melirik ponselnya.

Belum ada balasan dari Cia, belum ada telepon.

Juna mencoba mengalihkan pikirannya dengan mengecek emailnya dan notifikasi media sosial, tapi hatinya tetap tidak tenang. Dia mengambil napas dalam-dalam, mengingat kata-kata Papanya: Fokus pada pekerjaanmu, buktikan kamu pantas untuk dia.

Ia memaksa dirinya untuk kembali ke laptop. Jari-jarinya mulai menari di atas keyboqrd dan mouse, menggambar denah rumah impian kliennya. Proyek ini sangat penting, ini adalah proyek pertamanya setelah membuka biro sendiri.

Tiba-tiba sebuah ide muncul di benaknya, Sebuah ide yang menggabungkan perasaannya dan pekerjaannya.

Kenapa aku tidak merancang rumah yang cocok untuk kami berdua?

Juna tersenyum sendiri. Sebuah rumah yang bernuansa perpaduan tradisional desa dan modernitas, dengan banyak jendela besar menghadap taman, tempat Cia bisa menanam bunga-bunga kesukaannya. Itu akan menjadi motivasinya.

"Aku akan buktikan, Cia. Aku akan bekerja keras untuk masa depan kita, bahkan jika kamu belum menjawabnya," bisik Juna pada layar laptopnya. Tekadnya kembali membara, terfokus pada desain rumah impian mereka. Dia akan menunggu. Dia akan bekerja.

*********

Di kantin Gedung 12 Waseda.

Kantin itu ramai, dipenuhi mahasiswa yang mengobrol dengan riang. Cia dan Akari duduk di sudut lebih tenang, berbagi meja. Akari membuka laptopnya dan menunjukkan catatannya.

"Ini dia Cia-san, aku sudah menandai poin-poin penting nya. Intinya, Profesor Tanaka ingin kita membandingkan sistem politik dan ekonomi Jepang dengan salah satu negara Asia Tenggara-dia menyarankan Indonesia, jadi kamu beruntung," jelas Akari.

"Oh, syukurlah," Cia menghela napas lega. "Aku bisa melakukannya, terima kasih Akari-san. Jika tidak ada catatanmu, aku pasti sudah panik."

Mereka menikmati makan siang mereka, Cia dengan karier rice yang mengejutkan karena porsinya besar, dan Akari dengan set bento sederhana.

"Bagaimana perasaanmu tentang waseda sejauh ini?" tanya Akari.

"Luar biasa, tapi menakutkan." Jawab Cia jujur. " Senua orang disini tampak sangat fokus dan pintar. Aku merasa harus mengejar ketertinggalan seribu langkah."

Akari tersenyum, "Semua orang merasa begitu Cia-san. Tapi kamu sudah disini. Itu adalah setengah dari perjuangan. Yang terpenting, jangan lupakan tujuan awalmu. Kamu datang jauh-jauh, jangan biarkan hal lain mengganggu fokusmu,, terutama...." Akari sengaja menggantung kalimatnya, matanya menatap Cia dengan penuh pengertian.

Cia tahu, Akari sedang menyinggung urusan hatinya. "Iya, aku janji."

"Bagus." Akari mengangguk pelan. "Fokus. Disini, nilai dan jaringanmu adalah segalanya. Setelah kamu mapan secara akademis, baru kamu bisa memikirkan hal lain."

Setelah makan siang, Akari mengajak Cia berkeliling, mereka menemukan ruang loker, photocopy center dan perpustakaan yang lebih kecil di gedung 19. Cia mulai merasa bahwa kampus yang tadinya seperti labirin, kini perlahan mulai terasa familiar.

Bersambung.....

1
Afifah Aliana
lanjutkan semangat tor
Professor Ochanomizu
Asik banget!
Rachel Imelda: Makasih....
total 1 replies
Rachel Imelda
Makasih loh🙏. Sabar ya...
AteneaRU.
Gua setia nungguin update lo, thor! jangan bikin gua kecewa 😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!