Di tindas dan di hujat dengan tuduhan yang tidak nyata, membuat Errina Devina, sosok istri yang penurut berubah menjadi istri yang pemberontak.
Pernikahan yang mereka bina selama enam tahun harus kandas karena pihak ketiga. Azka Rayanza awalnya sosok suami yang bertanggung jawab, tetapi semua kandas setelah kematian sang papa.
Tidak terima dengan tuduhan keluarga suami yang mengatakan jika dia telah berselingkuh, maka Erinna memutuskan untuk menjadikan tuduhan keluarga suaminya menjadi nyata.
"Ibu tuduh aku selingkuh di balik penghianatan putra ibu. Maka! jangan salahkan aku menjadikan tuduhan itu menjadi nyata."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TKS 34
Seorang wanita berjalan dengan begitu anggun melewati koridor bandara, gaun berwarna hitam selutut dipadukan dengan kacamata hitam dan juga rambut terurai dengan begitu indah, membuat pandangan setiap orang yang lewat langsung tertuju ke arahnya. Sesampainya di luar, dia membuka kaca mata dan menatap setiap mobil yang terparkir di hadapannya untuk mencari keberadaan sang papa. Setelah lima tahun berada di luar negeri, tetapi sang papa tidak ada inisiatif untuk menjemputnya sama sekali.
"Papa! Kemana saja, Sih?" Bella bergumam kesal karena sang papa tidak mengangkat panggilan darinya.
Setelah beberapa kali mencoba menghubungi ulang, tiba-tiba satu pesan masuk membuat wanita itu terdiam seketika. "Maaf! Papa sedang ada rapat penting. Papa sudah menyuruh karyawan papa untuk menjemputmu."
Bella membaca pesan itu dengan mata berkaca-kaca, tidak seperti yang dia bayangkan, sang papa akan menjemputnya dan menyambut kedatanganya dengan senyuman bahagia. Namun, itu hanyalah khayalan semata, jangankan menjemput, menanyakan dia sudah sampai di mana saja sang papa tidak sempat.
"Nona Bella!"
Tiba-tiba suara bariton di depannya langsung menyadarkan lamunan wanita itu. Dia menatap pria yang berdiri di hadapannya dengan tatapan penuh kekaguman. Tubuh tinggi, dengan kulit putih bersih, di tambah lagi dengan senyuman ramah yang mampu meluluhkan hati wanita yang melihatnya. Dia terdiam sambil terus menatap pria itu, bahkan lupa untuk menjawab pertanyaan pria di hadapannya itu.
"Ma_Maaf, Nona. Apa anda Nona Bella?' Azka mencoba mengulangi kata-katanya, tetapi kali ini dengan tangan yang melambai di hadapan wanita itu untuk menyadarkan lamunannya.
"Eh! ia. Saya Bella. Kamu karyawan yang di utus papa untuk menjemputku ya?" tanya Bella tersenyum canggung.
"Ia, Nona. Tuan ada rapat, jadi dia menyuruhku untuk menjemput Anda." Azka tersenyum lalu membawa koper Bella untuk di masukkan ke bagasi mobil.
Setelah itu dia langsung membuka pintu lalu mempersilahkan Bella untuk masuk. Setelah memastikan putri bosnya itu duduk dengan nyaman, Azka langsung menutup pintu lalu berjalan menunju kursi pengemudi. Sebelum melajukan mobil, Azka terlebih dulu menatap Bella dari kaca spion depan sambil tersenyum kecil. Melihat tingkah pria itu, Bella hanya tersenyum kecil di ikuti dengan tundukan kecil untuk memberikan hormat.
Setelah memastikan semuanya aman, Azka langsung mengemudikan mobil itu dengan pelan. Selama di perjalanan, keduanya hanya diam tetapi saling curi pandangan diam-diam. Tanpa di sadari ternyata Bella langsung merasakan sesuatu yang berbeda saat berada di dekat Azka. Selama ini dia melanjutkan pendidikan di luar negeri, selama lima tahun dia tinggal di negeri orang tanpa ada komunikasi dengan orangtunya.
Sang papa sibuk dengan perusahaan, tanpa pernah memperdulikannya, sedangkan sang ibu sibuk dengan dunia sosialita dan juga hobinya sendiri. Bella memang terlahir dari keluarga kaya raya, dia memiliki segalanya, prestasi, harta dan juga kecantikan yang sempurna, tetapi tidak untuk kasih sayang dan juga perhatian. Dia selalu mengisi kesepian yang selalu menghantui dengan pergaulan bebas, bergonta ganti pasangan dan juga masuk ke dalam hiburan malam. Hanya itu cara yang bisa dia lakukan untuk melupakan kekurangan yang dia dapatkan.
Mata Bella langsung menatap ke arah luar ketika Azka menghentikan mobil di depan penjual kaki lima. Dia menatap warung kecil itu dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Dia perlahan menatap bingung Azka yang hendak turun dari mobil dengan pertanyaan yang berputar di kepalanya. Untuk apa pria itu berhenti di tempat seperti ini?
"Maaf, Nona. Saya belum makan siang. Apa tidak masalah jika kita makan sebentar?" tanya Azka dengan canggung sambil menatap wanita itu dari kaca spion depan.
"Makan di sini?" tanya Bella sambil menatap warung yang ada di depannya.
"Ia, Nona. Ini adalah warung langganan saya, selain murah rasanya juga enak. Apa nona mau mencobanya?" tanya Azka tersenyum. Namun, kini bukan lagi dari kaca spion depan, tetapi dia membalikkan tubuhnya dan menatap wanita itu secara langsung.
Melihat senyuman Azka, tiba-tiba jantung Bella berdetak dengan kencang. darahnya seakan mengalir dengan deras, sehingga menciptakan suatu gejolak yang berbeda pada tubuhnya. Dia menatap Azka dengan tatapan yang tidak bisa di artikan, tidak lupa dengan tangan yang dingin dan juga berkeringat, padahal AC di mobil itu masih normal.
"Boleh. Tapi kamu yang traktir ya," ucap Bella tersenyum manis.
"Oh, tidak masalah. Lagi pula aku baru gajian, jadi kita bisa makan sepuasnya,'' ucap Azka tersenyum.
Mereka turun dari mobil itu dan berjalan beriringan masuk ke warung itu. Azka memesan makanan favoritnya tidak lupa dengan minuman segar yang akan menghilangkan dahaga. Tidak tau mau mau memesan apa, Bella memilih untuk memesan makanan yang sama dengan Azka.
Sambil menunggu pesanan datang, Azka mencoba mengajak Bella untuk bercerita. Keduanya terlihat saling bertukar cerita sambil tersenyum bahagia, hingga akhirnya tanpa di sadari rasa nyaman langsung tumbuh di hati wanita itu saat pertama kali bertemu. Dia merasakan kehangatan dan juga kebahagiaan yang selama ini tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
Mengingat kenangan itu, senyuman langsung terukir di wajah Bella. Dia menatap pria di sampingnya dengan tatapan penuh kebahagiaan. Dulu dia pernah ingin menyerah setelah mengetahui jika pria yang dia cinta ternyata sudah memiliki kehidupan sendiri. Namun, ternyata takdir malah berpihak kepadanya. Mereka terjebak dalam hubungan terlarang, tanpa di sengaja menghabiskan malam panas bersama.
"Sudahlah! Jangan pernah ungkit malam itu lagi." Raut wajah Azka langsung berubah ketika mengingat kejadian malam itu.
Malam yang begitu panjang, tetapi terasa singkat untuknya. Selama pernikahannya, baru kali itu dia mengkhianati kepercayaan istrinya. Dia telah menodai kesucian pernikahan tanpa dia sadari sedikitpun, hingga akhirnya ke tidak kesengajaan itu membawanya ke dalam lobang yang lebih dalam dari yang dia bayangkan.
Bersambung......
si Azka serakah kamu sakit hati merasa dikhianati terus gimana dengan Erina sendiri saat kamu bilang mau nikah lagi perasaanmu sekarang gak bedanya dengan apa yang Erina rasakan cowok begooooo ... gemes 😬😬
tapi ternyata semua di luar ekspektasi 😜😜