seorang perempuan yang mempunyai kesalahan untuk jatuh cinta terhadap seseorang, dari sekian banyaknya laki-laki di dunia ini mengapa ia pilih laki-laki itu untuk menjadi kekasih hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon naura hasna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 28
Semenjak Hasna mengalami koma kemarin, dampaknya membuat Hasna menjadi sering melamun, banyak pertanyaan di dalam dirinya yang tak bisa seorang pun menjawabnya.
"Nak kamu kenapa? Kamu baik-baik saja kan?" Rani terus memperhatikan perkembangan anaknya yang sedang mengalami trauma setelah mendapat mimpi yang sangatlah aneh itu.
Di bawah alam sadarnya, Hasna menjawab menggunakan bahasa Jawa. "kula badhe bekta lare estri puniki dhateng alam kula, sapunika!!!"
Suara nenek itu seperti dentuman petir di tengah hari yang cerah, membuat semua yang ada di sekitarnya terdiam seketika. Walaupun usianya sudah lanjut, namun nada suaranya masih terdengar tegas dan berwibawa, seperti seorang pemimpin yang tidak bisa dibantah. Kata-katanya keluar dengan jelas dan terukur, setiap suku kata diucapkan dengan penekanan yang tepat, membuat setiap kalimat yang keluar dari mulutnya terdengar seperti perintah yang tidak bisa ditawar.
Mata nenek itu tajam, seperti bisa menembus jiwa orang yang diajak bicara. Pandangannya yang tajam itu seolah-olah bisa melihat langsung ke dalam hati, membuat siapa pun yang berhadapan dengannya merasa sedikit gugup. Namun, di balik ketegasan dan kewibawaannya, ada sedikit kesan hangat yang membuat orang tidak merasa terlalu takut.
Nenek itu berbicara dengan bahasa yang lugas dan tidak bertele-tele, setiap kata yang diucapkan memiliki makna yang dalam dan penuh arti. Tidak ada ruang untuk interpretasi yang berbeda, setiap kalimatnya adalah perintah atau nasihat yang harus diikuti. Meskipun kadang-kadang dia terdengar kasar, namun di balik itu semua, ada kasih sayang dan perhatian yang mendalam terhadap orang-orang di sekitarnya
Dengan deskripsi ini, karakter nenek tersebut digambarkan sebagai sosok yang tegas, berwibawa, dan penuh perhatian, namun juga memiliki kelembutan yang tidak bisa diabaikan.
Rani tidak mengenali suara itu, itu bukan suara asli putrinya. "Ini bukan anak saya, anak saya berada di mana?"
teriakkan dan isak tangis mulai membasahi pipi ibu Hasna. Ia tidak menyangka, kejadiannya berawal dari sebuah mimpi sepintas saja—tapi santet itu benar-benar terjadi atau terbawa ke kehidupan Hasna di dunia nyatanya.
"menawi sampeyan badhe kepanggih kaliyan anakmu—angsal mawon, sumangga tumut kalih kula kangge kepanggih kaliyan lare sampeyan puniku." Sosok nenek itu memberikan satu cara supaya Rani bisa bertemu dengan jiwa anak perempuannya.
"T-tapi nek—masa aku harus ikut bersama kamu ke dunia lain? Apakah tidak ada cara yang lain selain ini?" Tanya Rani.
"Tidak ada! Jikalau kamu mau bertemu dengan anak pertama kamu—kamu harus ikut terlebih dahulu bersamaku!"
Rani menanggapinya hanya dengan raut wajah yang sangat panik, khawatir, semuanya bercampur menjadi satu.
"sampeyan puniku saleresipun sinten? kula mboten nepangi sampeyan, asal sampeyan saking pundi?" Rani akhirnya menanyakan asal mula wanita tua itu datang ke dalam kehidupan dunia, dan merasuki anak perempuannya.
"kula asalipun saking pundi menika mboten betah panjenengan ngertos, kula naming nindakaken ayahan saya—saya didhawuhi dening salah setunggal dukun wonten kitha sebelah, kagem ngintunaken setunggaling santet dhateng salah setunggaling tiyang ingkang wonten ing kitha menika."
"Mengirimkan santet ke salah satu orang di kota ini? Kalau boleh menebak, pasti yang mengirimkan kamu itu adalah seseorang yang bernama Dafa yang juga berasal di kota sebelah."
"Iya betul, saya seseorang yang mengirimkan santet ini adalah nak Dafa dari kota sebelah."
Air mata kembali mebasahi pipi Rani, ia tak menyangka ternyata, hal yang di mimpikan oleh anaknya kemarin itu benar-benar terjadi dan nyata.