NovelToon NovelToon
Brondong Untuk Kakak Cantik

Brondong Untuk Kakak Cantik

Status: tamat
Genre:Berondong / Anak Genius / Anak Kembar / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Tamat
Popularitas:25.9k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Kehidupan seorang balita berusia dua tahun berubah total ketika kecelakaan bus merenggut nyawa kedua orang tuanya. Ia selamat, namun koma dengan tubuh ringkih yang seakan tak punya masa depan. Di tengah rasa kehilangan, muncullah sosok dr. Arini, seorang dokter anak yang telah empat tahun menikah namun belum dikaruniai buah hati. Arini merawat si kecil setiap hari, menatapnya dengan kasih sayang yang lama terpendam, hingga tumbuh rasa cinta seorang ibu.

Ketika balita itu sadar, semua orang tercengang. Pandangannya bukan seperti anak kecil biasa—matanya seakan mengerti dan memahami keadaan. Arini semakin yakin bahwa Tuhan menempatkan gadis kecil itu dalam hidupnya. Dengan restu sang suami dan pamannya yang menjadi kepala rumah sakit, serta setelah memastikan bahwa ia tidak memiliki keluarga lagi, si kecil akhirnya resmi diadopsi oleh keluarga Bagaskara—keluarga terpandang namun tetap rendah hati.

Saat dewasa ia akan di kejar oleh brondong yang begitu mencintainya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Makan malam ini tidak seperti biasanya karena malam ini meninggalkan bayangan berat bagi semua penghuni rumah Bagaskara. Juan masih sempat menyeringai dingin, seolah meski bukti ditunjukkan, ia tetap yakin bisa membalikkan keadaan. karena masalah tadi pagi

Namun tidak ada yang tahu bahwa sejak jauh sebelum Arka, Aksa, atau bahkan Cakra curiga, Celin sudah lebih dulu membaca pola Juan

Malam itu, setelah semua kembali ke kamar masing-masing, Celin duduk di meja kerjanya. Lampu kamar hanya menyala redup, menyorot wajahnya yang tenang tapi penuh perhitungan. Di depannya terbuka laptop dengan puluhan folder data, rekaman, serta salinan dokumen yang ia kumpulkan sendiri selama berminggu-minggu.

“Juan terlalu percaya diri,” gumamnya pelan. “Dia pikir aku nggak sadar tatapan mata liciknya. Padahal sejak awal, aku sudah siapkan jalannya sendiri.”

Celin bukan hanya pewaris yang sibuk mengatur rapat dan menghadiri pertemuan. Di balik karismanya, ia menyimpan kecerdasan analitis tajam yang jarang ditunjukkan. Bagaskara sendiri hanya tahu anak perempuannya ini rajin bekerja, tidak tahu bahwa Celin bisa membongkar celah hukum, melacak transaksi gelap, bahkan berhubungan langsung dengan pihak berwenang tanpa menimbulkan kecurigaan.

Satu bulan sebelum pertemuan dengan mitra Jepang, Celin sudah menghubungi pihak kepolisian internasional melalui jalur khusus bisnis. Ia menyamarkan dirinya sebagai “Aurora”, pengusaha muda yang melaporkan dugaan kasus penggelapan dana di Eropa Timur. Pihak Interpol saat itu belum tahu siapa dalang sesungguhnya, tapi informasi Celin sangat detail.

Ia juga mengirimkan dokumen rahasia ke Kedutaan Jepang, karena salah satu korban terbesar kejahatan Juan adalah investor dari Tokyo. Ia tahu, jika ingin menjerat Juan, bukan hanya hukum lokal yang harus digandeng tapi juga tekanan diplomatik.

Dan benar saja, dua hari lalu, ia mendapat email terenkripsi: “Target confirmed. Tim akan bergerak dalam 48 jam. Mohon jaga keberadaannya tetap stabil di rumah Anda.”

Celin menutup laptopnya malam itu dengan senyum samar, “Besok… waktunya panggung terakhir.”

---

Pagi itu, Juan tampak masih percaya diri. Ia keluar kamar dengan setelan abu-abu, rambut rapi, senyum profesional di wajahnya. Seolah rekaman yang diputar malam sebelumnya hanyalah mimpi buruk.

Bagaskara sendiri masih tampak bimbang. Ia adalah tipe pria yang berat melepas kepercayaan. Arka dan Aksa berkali-kali meyakinkan, tapi Bagaskara belum sepenuhnya tegas memutuskan.

Juan menyadari itu, dan ia memanfaatkannya. Saat sarapan, ia mendekati Bagaskara.

“Pak, izinkan saya jelaskan. Saya korban fitnah. Saya bisa buktikan kalau semua itu manipulasi pesaing. Tolong beri saya kesempatan.”

Bagaskara hanya diam. Arka melotot, Aksa mengepalkan tangan. Celin duduk anggun, hanya tersenyum tipis tanpa komentar.

Cakra, yang duduk tak jauh, merasakan sesuatu. Bukan pada Juan, tapi pada Celin. Tatapan Celin itu terlalu tenang, terlalu dingin untuk ukuran seseorang yang baru saja dikhianati.

“Apa yang kamu sembunyiin, Kak…?” bisik Cakra dalam hati.

---

Sore harinya, Juan menutup telepon dengan wajah serius. Ia baru saja berbicara dengan seorang rekan lamanya di luar negeri.

“Polisi Eropa masih nyari gue… Sial. Harusnya semua arsip udah bersih.”

Ia menyalakan rokok, berjalan mondar-mandir di kamar. Semakin lama, firasatnya buruk. Arka dan Aksa terlalu aktif, Cakra selalu mengawasi Celin, dan Celin sendiri ah, Celin. Wanita itu terlalu sempurna untuk tidak mencurigakan.

“Jangan-jangan… dia lebih berbahaya dari yang gue kira.”

Juan membuka koper kecilnya, memasukkan beberapa dokumen palsu dan paspor cadangan. Ia memutuskan, malam ini juga, ia harus pergi.

Tapi apa yang tidak ia tahu keputusan itu sudah dihitung Celin sejak awal.

--

Jam menunjukkan pukul 22.00 ketika Juan akhirnya keluar kamar dengan langkah cepat. Koper hitam di tangan, wajahnya penuh kewaspadaan. Ia yakin semua penghuni rumah sudah tidur.

Namun saat ia sampai di pintu utama, sesuatu membuatnya terhenti.

Suara deru mesin mobil. Lampu-lampu terang.

Tiga mobil hitam berhenti persis di depan gerbang. Dari dalam keluar beberapa pria berseragam polisi, lengkap dengan senjata dan dokumen resmi. Di samping mereka, tampak dua orang pria berjas hitam dengan lencana kedutaan Jepang.

Juan membeku. “Tidak… mustahil…”

Salah satu polisi maju, membuka berkas. “Juan Fernandez, Anda ditangkap atas tuduhan penggelapan dana internasional, pemalsuan dokumen, dan penipuan lintas negara. Kami mendapat perintah langsung dari interpol.”

Juan mundur selangkah, wajahnya pucat. “Tidak! Ini fitnah! Kalian tidak punya bukti!”

Seorang pejabat kedutaan maju. “Kami punya semua bukti. Dan semua korban sudah menunggu kepulangan Anda untuk diadili.”

Juan terengah, matanya liar mencari jalan keluar. Tapi rumah itu sudah dikepung dari segala sisi.

---

Dari lantai dua, Celin berdiri di balik jendela kamarnya. Tirai tipis menutupi sosoknya, membuatnya tak terlihat dari luar.

Ia menyaksikan sendiri saat Juan akhirnya diborgol, dipaksa masuk ke dalam mobil polisi. Suara teriakan protes pria itu menggema di halaman, tapi tak ada yang peduli.

Celin menutup matanya sejenak. Rasa lega bercampur getir.“Permainanmu selesai, Juan. Dan sayangnya… kau bahkan tidak tahu siapa yang menjatuhkanmu.”

---

Keesokan paginya, keluarga Bagaskara gempar. Polisi telah memberi laporan resmi bahwa Juan sudah dibawa keluar negeri untuk menjalani proses hukum.

Bagaskara hanya bisa duduk diam di ruang tamu, wajahnya kelam. “Aku… tidak menyangka. Selama ini aku buta.”

Arka dan Aksa bertukar pandang lega. Cakra, yang sedari tadi memperhatikan Celin, masih belum tenang. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Sementara Celin hanya duduk anggun, menyuguhkan teh untuk semua. “Sudah, Pa. Yang penting sekarang kita bisa fokus kembali ke bisnis. Tanpa orang seperti dia, perusahaan lebih aman.”

Tak ada seorang pun mencurigai bahwa justru Celinlah yang menyiapkan panggung, mengatur waktunya, dan melapor jauh sebelum semua orang sadar.

---

Malam itu, ketika semua sudah tenang, Cakra mengetuk pintu kamar Celin.

“Kak,” panggilnya pelan.

Celin membuka pintu, tersenyum lembut. “Ada apa, Cakra?”

Pemuda itu menatapnya lekat-lekat. “Kak… udah tahu dari awal, ya? Soal Juan. Bahkan sebelum aku, Arka, sama Aksa curiga.”

Celin terdiam sejenak, lalu tersenyum samar. “Kamu pintar. Tapi jangan terlalu banyak tanya. Kadang, semakin sedikit orang yang tahu, semakin aman kita semua.”

Cakra mengepalkan tangan. Ia ingin mendesak, tapi melihat sorot mata Celin yang begitu tenang, ia mengurungkan niat.

“Baiklah. Tapi inget, Kak. Kalau ada bahaya lagi, jangan tanggung sendirian. aku ada di sini buat kakak.”

Celin tersenyum hangat, menyentuh pundaknya. “Aku tahu, Cakra. Terima kasih.”

Namun saat pintu kembali tertutup, senyumnya menghilang. Ia kembali ke meja kerja, menyalakan laptop, membuka folder lain bukti kejahatan Juan hanyalah satu dari sekian banyak kasus yang ia simpan.

---

Bersambung

1
Nana Niez
itu baru namanya cewek canggih,,, kerennnn,, aq sukaaaa
Nana Niez
ah othor bikin terharuuuu, 😭
nuraeinieni
celin anak manis
🔴≛⃝⃕|ℙ$ Fahira Eunxie💎
ceritanya seru banget, banyak pelajaran yang diambil, salah satunya belajar untuk saling menyayangi walaupun mereka saudara tak sedarah...
🔴≛⃝⃕|ℙ$ Fahira Eunxie💎
makasih banyak kak untuk ceritanya... semoga sukses selalu ya kak, ditunggu novel-novel terbarunya
Tiara Bella
bagus ceritanya Thor....belum tentu aku bisa bikin dan merangkai kata² ya kan
Dewiendahsetiowati
terima kasih untuk ceritanya dan ditunggu karya selanjutnya thor
Rohmi Yatun
makasih Thor.. ditunggu karya selanjutnya 🌹🌹👍
Sulfia Nuriawati
kalo semua wanita berhati spt arini g akan ada anak²yg d adopsi cm utk mancing anak, trus pny anak sendiri anak adopsi d terlantarkan atw d beda²kan dlm segala hal
Tiara Bella
nangis aku....hik...hik....
nuraeinieni
kasian celin
nuraeinieni
aduh mewek juga bacanya
nuraeinieni
aq mampir thor
Tiara Bella
gercep bngt Cakra hbs wisuda langsung lamar Celin..... mantap thor
Rohmi Yatun
cerita yang luar biasa🌹🌹🌹🌹 👍
Cindy
lanjut kak
Tiara Bella
degdegan bacanya tkt Celin sm Cakra ketangkep sm Victor....twnya si Victor malah kabur
Tiara Bella
lanjut Thor biasanya 2 bab
Tiara Bella
ceritanya bagus
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!