NovelToon NovelToon
Bukan Kamu Boss...Tapi Barista Berotot Itu

Bukan Kamu Boss...Tapi Barista Berotot Itu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Persahabatan / Romansa / Satu wanita banyak pria
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: whatdhupbaby

Vivian Shining seorang gadis dengan aura female lead yang sangat kuat: cantik, baik, pintar dan super positif. Dia tipe sunny girl yang mudah menyentuh hati semua orang yang melihatnya khusunya pria. Bahkan senyuman dan vibe positif nya mampu menyentuh hati sang bos, Nathanael Adrian CEO muda yang dingin dengan penampilan serta wajah yang melampaui aktor drama korea plus kaya raya. Tapi sayangnya Vivian gak sadar dengan perasaan Nathaniel karena Vivi lebih tertarik dengan Zeke Lewis seorang barista dan pemilik coffee shop yang tak jauh dari apartemen Vivi, mantan atlet rugbi dengan postur badan bak gladiator dan wajah yang menyamai dewa dewa yunani, juga suara dalam menggoda yang bisa bikin kaki Vivi lemas sekita saat memanggil namanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon whatdhupbaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28. WELCOME TO BALI

Pesawat mendarat dengan mulus di Bali. Saat pintu pesawat terbuka, Vivian disambut oleh hawa panas yang khas, campuran antara asinnya laut dan harumnya bunga kamboja.

Segala kelelahan dan kegelisahan selama penerbangan langsung lenyap. Bahkan rasa cemasnya yang tadi meronta-ronta pun teredam oleh desir angin yang menyapa lembut.

“Wah... ini dia, Bali!” seru Mia, langsung menarik tangan Vivian untuk bergegas keluar.

Vivian mengambil napas dalam-dalam. Udara Bali terasa berbeda hangat tapi tidak membuat sesak, seolah memeluknya dengan ramah. Matahari menyinari kulitnya dengan lembut, dan angin yang berhembus sepoi-sepoi seakan membisikkan, “Selamat datang, kami yang akan menemani mu sekarang.”

Mereka berjalan menuju terminal, dan Vivian tak bisa menyembunyikan senyumnya. “Kau benar, Mi. Ini sepadan dengan semua anxiety tadi.”

Dia bahkan mulai merasa bersemangat:

Melihat orang-orang lalu lalang dengan baju pantai dan topi jerami bersemangat untuk liburan mereka.

Mendengar alunan musik tradisional yang dimainkan penyambut di bandara.

Mencium aroma makanan khas Bali yang menggoda dari restoran bandara

“Ayo cari bagasi kita, lalu langsung ke pantai!” usul Mia, matanya berbinar.

Vivian mengangguk antusias, rasa rindunya pada rumah perlahan tergantikan oleh rasa ingin tahu pada petualangan baru.

_______

Mereka naik taksi menuju penginapan, bukan resort mewah, tapi sebuah homestay sederhana milik keluarga lokal. Terletak di balik gang sempit, dikelilingi pohon pohon kamboja dan kebun hijau.

“Kami sampai, Bu!” panggil Mia pada pemilik homestay saat mereka telah sampai di penginapan mereka.

Ibu Ketut, seorang wanita paruh baya dengan senyum hangat dan tangan yang kasar tapi lembut pemilik homestay, menyambut mereka dengan air kelapa muda dingin yang masih ada didalam buahnya. “Selamat datang, Nak. Silakan masuk, istirahat dulu.”

Vivian terkesima, Homestay itu sederhana tapi bersih, dengan bale-bale bambu di teras, kolam ikan kecil, dan suara gemericik air yang menenangkan.

“Ini... sempurna,” bisik Vivian pada Mia. “Jauh lebih baik dari hotel bintang lima.”

Ibu Ketut menunjukkan kamar mereka, kamar berlantai kayu, dengan kelambu di atas tempat tidur dan bunga kamboja di atas bantal. Jendela terbuka menghadap langsung ke sawah hijau yang berundak dan jauh disana pemandangan laut yang membentang.

Kamar sederhana namun terasa nyaman dan hangat bonus pemandangan indah.

Namun tiba-tiba ponsel Vivian bergetar tanda chat masuk.

Dari ZEKE: "Sudah landing? Sekarang sudah sampai penginapan?" Tulisnya.

Namun sedetik kemudian hp Vivi kembali bergetar,

Dari NATHANAEL: "Apakah perjalanan lancar? Sudah sampai tempat penginapan?"

Sebelum Vivian sempat membalas, Mia yang ikut membaca isi chat Vivian langsung menyambar ponselnya dengan gerakan dramatis.

"Jangan ganggu girls time kami!" seru Mia sambil mengetik cepat dengan kedua jempolnya. "NO BOYS ALLOWED!! 🚫👦"

Dia mengirim pesan yang sama ke kedua nomor itu, lalu melempar ponsel Vivian ke atas kasur.

"Sekarang," tangan Mia di pinggang, "tidak ada ponsel, tidak ada cowok, tidak ada drama. Hanya kita, laut, dan es kelapa muda!"

Mini-Vivi muncul di ambang jendela, mengenakan sarung pantai dan bunga kamboja di telinga. "AKU DUKUNG INI! SILAHKAN PROTEST, PARA PRIA!!"

Vivian terkikik, merasa lega. "Terima kasih, Mi. Aku memang butuh ini."

Tapi di dalam hati, dia sedikit tersentuh, Zeke dan Nathanael tetap perhatian dan ingin tahu kabarnya meski sudah dilarang.

_________

Setelah dirasa telah cukup istirahat, Mia langsung mengajak Vivian kepantai.

Vivian Dibalut slip dress floral bernuansa putih dan merah muda lembut, ia tampak bagai sosok yang ditulis langsung dari novel romantisme. Motif mawar yang menghiasi kain jatuh mengikuti lekuk tubuh dengan manis, sementara cardigan rajut pastel yang ringan menambahkan sentuhan kasual yang hangat, seolah memeluk lembut tubuhnya di tengah hembusan angin laut. Belahan gaun yang mengintip jenjang kakinya memberi percikan sensualitas, namun tetap berpadu harmonis dengan kelembutan yang ia pancarkan.

Langkahnya ringan di atas pasir keemasan, rambutnya berayun halus ditiup angin, dan mata yang berkilau memantulkan cahaya matahari sore. Senyumnya sederhana, namun justru itulah yang membuatnya memikat sebuah kecantikan natural yang tidak berusaha mencuri perhatian, melainkan secara alami membuat dunia di sekitarnya terhenti sejenak.

Di bawah langit biru yang perlahan berubah jingga, ia berjalan dengan anggun, gaun bunga yang bergoyang mengikuti irama ombak. Dalam momen itu, ia bukan sekadar seorang perempuan yang berjalan di tepi pantai, ia adalah perwujudan dari musim panas itu sendiri: hangat, lembut, dan tak terlupakan.

Benar benar pancaran aura seorang female lead sejati.

Mia dengan gaun berpotongan backless dalam nuansa emas pasir yang hangat, dengan motif garis-garis halus yang tampak hidup kala diterpa sinar matahari. Siluetnya longgar namun tetap anggun, membiarkan kain jatuh mengikuti gerakan tubuh secara natural, seolah menyatu dengan semilir angin laut. Potongan punggung terbuka yang dramatis memancarkan sensualitas elegan.

Di tepi pantai dengan air yang berkilau keemasan, gaun ini tampak seakan diciptakan khusus untuk menangkap cahaya senja. Saat ia berdiri menatap laut, siluet tubuhnya bersinar lembut, berpadu dengan refleksi cahaya matahari di permukaan air.

Sore itu sangatlah indah mewarnai langit dengan gradien jingga, merah, ungu dan dua sahabat yang bersyukur akan keindahannya.

Mereka berhenti disebuah restoran pinggir pantai untuk mengisi perut mereka yang mulai merasa lapar dan untuk memenuhi rasa penasaran mereka untuk mencoba hidangan seafood langsung di pantai.

Vivian dan Mia duduk di kursi kayu di tepi pantai, beberapa saat menunggu meja mereka telah dipenuhi hidangan laut segar, kepiting saus padang, udang bakar, cumi goreng tepung, dan ikan bakar dengan sambal matah.

“Ini surga, Mi!” seru Vivian, matanya berbinar saat mencicipi udang bakar. “Aku tidak pernah merasakan seafood seenak ini!”

Mia mengangguk antusias, jari-jarinya lengket oleh saus kepiting. “Iya! Nathanael dan Zeke pasti cemburu sekali melihat kita sekarang!”

Saat matahari hampir tenggelam, seorang musisi lokal mulai memetik gitar akustik. Lagu yang dimainkannya ritmis dan menggembirakan, diikuti oleh dentang perkusi ringan.

Beberapa pelancong asing mulai bertepuk tangan, beberapa bahkan berdiri dan menggerakkan tubuh mengikuti irama.

Pemilik restoran kemudian menyalakan api unggun kecil di tepi pantai. Bara api menyala ke udara, menari-nari di bawah langit senja.

“Ayo menari!” seru Mia, menarik tangan Vivian ke tengah lingkaran api unggun.

Awalnya Vivian malu-malu, tapi setelah melihat senyum hangat para pelancong lain dan desiran ombak yang seolah memanggil, dia pun melepas rasa malunya.

Mereka menari berputar-putar, tertawa lepas, rambut mereka berkibar ditiup angin laut. Bahkan anak anak kecil penduduk lokal ikut bergabung, menciptakan lingkaran kebahagiaan yang spontan.

Mini-Vivi muncul di atas bahu Vivian, menari dengan semangatnya. " AKU AKHIRNYA MERASA HIDUP LAGI! INI LEBIH BAIK DARI PADA DRAMA CINTA! ”

Vivian menutup mata, merasakan hangatnya api unggun di kulitnya dan rasa ringan dihatinya.

Mia benar, keindahan tempat ini membuatnya lupa anxiety nya, lupa drama hidupnya, dan membuatnya ingin lebih menikmati kebebasan liburan ini.

____________

1
Naurila Putri
kereenn lanjutt terussssss kakkk
ethereal: terimakasih kak🙇🙇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!