NovelToon NovelToon
Heavenly Body, Broken Trust!

Heavenly Body, Broken Trust!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Romansa / Ahli Bela Diri Kuno / Fantasi Wanita
Popularitas:750
Nilai: 5
Nama Author: kimlauyun45

Banxue tidak pernah meminta kekuatan—apalagi anugerah terkutuk berupa Tubuh Surgawi—kekuatan kuno yang diburu oleh sekte-sekte suci dan klan iblis sekaligus. Ketika masa lalunya dihancurkan oleh pengkhianatan dan masa depannya terancam oleh rahasia, ia memilih jalan sunyi dan pedang.

Dalam pelarian, dikelilingi oleh teman-teman yang tak sepenuhnya bisa ia percaya, Banxue memasuki Sekte Pedang Azura… hanya untuk menyadari bahwa kepercayaan, sekali retak, bisa berubah menjadi senjata yang lebih tajam dari pedang manapun.

Di tengah ujian mematikan, perasaan yang tak diucap, dan badai takdir yang semakin mendekat, Banxue harus memilih: berjuang sendirian—atau membiarkan seseorang cukup dekat untuk mengkhianatinya lagi?

Di dunia di mana kekuatan menentukan nilai diri, sejauh apa ia akan melangkah untuk merebut takdirnya sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kimlauyun45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

orang dari masa lalu

Tanah masih hangat oleh bekas petir, dan kabut perlahan menghilang bersama roh-roh yang sebelumnya menggantung di udara.

Sosok pria berjubah abu itu terdorong hingga ke tepi hutan. Setengah wajahnya kini tampak—wajah yang pernah dikenalnya... yang tak ingin diakuinya.

Anyu.

Anyu memandang Banxue dengan mata tajam yang justru mengandung rasa getir.

"Jadi... kau sudah bisa mengendalikan kekuatan itu, ya?" gumamnya dengan napas yang berat.

Banxue berdiri diam, tubuhnya masih diselimuti sisa cahaya keemasan. Tapi sorot matanya perlahan melembut—bercampur luka, takut, dan amarah.

"Anyu..." bisiknya. "Kau..."

Matanya menolak memandang lebih lama. Ia memalingkan wajah, seakan jika terlalu lama menatap sosok itu, semua luka lama akan terbuka kembali.

"Pergilah... Kalau tidak, kau akan mati di tanganku," ancam Banxue. Suaranya bergetar, bukan karena takut... tapi karena menahan sesuatu yang lebih besar dari dendam.

Anyu menyeringai. Darah mengalir dari bibirnya, tapi matanya tetap tenang.

"Jadi kau ingin membunuhku, Banxue?" tanyanya pelan. "Kalau begitu, lakukanlah. Jangan menahannya. Aku tidak akan melawan."

Banxue menggenggam tangan, lalu perlahan melonggarkannya.

"Jika aku membunuhmu..." katanya, suaranya hampir tak terdengar, "itu akan jauh lebih mudah untukmu. Aku ingin kau merasakan... kesakitan yang lebih parah dari kematian."

Anyu menunduk, dan saat ia mendongak lagi, ia telah menghilang ke balik pepohonan hutan, meninggalkan bayangan yang menyesakkan di dada Banxue.

Langkah kaki mendekat. Jingyan.

"Ada apa, Banxue?" tanyanya khawatir.

Banxue tak berbalik. "Tidak apa-apa. Dia sudah kabur ke dalam hutan."

Jingyan menatapnya sejenak, lalu mengangguk. "Tak masalah. Yang penting... kau baik-baik saja."

Banxue menarik napas dalam, lalu membalikkan badan. Matanya menatap ke arah penduduk yang kini mulai siuman satu per satu.

"Ayo... kita bantu sadarkan mereka."

Wayne, Linrue, dan Fengyu yang sejak tadi telah mulai bergerak dari sisi-sisi desa, kini bergabung. Mereka menggunakan mantra pemurni ringan, tetesan air roh, dan sedikit sentuhan pada dahi penduduk yang terbaring.

Seorang ibu tua menggenggam tangan Linrue. “Terima kasih... terima kasih sudah menyelamatkan kami…”

Seorang anak kecil menangis dalam pelukan Wayne. Ia memanggil nama ibunya, yang baru saja sadar.

Fengyu, sambil menenangkan seorang pria tua yang linglung, berbisik ke arah Banxue, "Apa pun yang terjadi barusan... kau melakukan hal yang benar."

Banxue hanya mengangguk. Tapi dalam dadanya, suara Anyu masih menggaung.

"Jangan menahannya... Aku tidak akan melawan..."

Sisi lain jauh dari desa suyin...

Dengan tubuh setengah tertatih dan jubah compang-camping penuh debu, Anyu akhirnya menjejakkan kaki di pelataran kuil gelap di kaki Gunung Langhuo. Awan hitam menggantung pekat di atas bangunan itu, seakan langit pun enggan menatap isi di dalamnya.

Di dalam aula utama, asap dupa hitam berputar pelan di udara. Empat orang bertopeng duduk membentuk formasi segel, memejamkan mata sambil melantunkan nyanyian kutukan yang tak terdengar seperti bahasa manusia.

Dan di tengah ruangan... berdiri seseorang. Tubuhnya tinggi, ramping, dengan rambut putih panjang yang menjuntai sampai punggung. Matanya semerah darah segar, dan setiap kali ia menarik napas, ruangan terasa lebih dingin.

Shanliu.

Pemimpin Kultus Jiwa Terbalik. Lelaki yang konon pernah menukar jiwanya dengan seribu roh terkutuk demi melampaui hukum hidup dan mati.

"Anyu," panggilnya. Suaranya tak keras, namun menggema seperti desir kematian. "Lama sekali kau kembali. Apakah desa itu sudah menjadi milik kita?"

Anyu menunduk. “Desanya… gagal kami kuasai. Aku harus mundur setelah menghadapi keempat murid elit Sekte Pedang Azura.”

Shanliu tak bereaksi. Diam. Senyap. Tapi justru itu yang membuat nadi Anyu berdebar lebih cepat.

Langkah Shanliu pelan namun pasti, mendekat ke arahnya. Setiap langkahnya seperti menghancurkan harapan di bawah sepatu hitamnya. Ia berhenti sangat dekat, lalu menunduk, membisikkan kalimat ke telinga Anyu dengan nada tenang… namun dingin seperti pisau.

“Jangan sembunyikan apa pun… Karena jika aku tahu terlambat…” bibirnya menyentuh hampir ke kulit, “…saat itulah kau akan mati di tanganku.”

Anyu menahan napas.

"Apakah kau menyembunyikan sesuatu?" tanya Shanliu lagi, kini berdiri tegak di hadapannya, tatapannya seperti menembus isi kepala.

Anyu menunduk lebih dalam, menyembunyikan gemetar di matanya.

"Tidak, Tuanku. Mereka hanya kuat… terutama Jingyan."

Shanliu mengangkat dagu Anyu dengan dua jarinya. Sentuhan itu lembut, tapi membuat tubuh Anyu seperti dicengkeram seribu tangan roh.

“Kau yakin tidak menyebut nama yang seharusnya disebut?”

Anyu menahan detak jantungnya. Perlahan ia mengangguk, meski mulutnya terasa beku.

"Baiklah..." gumam Shanliu akhirnya, melepas dagu Anyu dan membalikkan badan. "Karena aku percaya padamu, kau akan mendapat kesempatan kedua."

Ia berjalan kembali ke singgasananya.

“Tapi jika aku menemukan kebohongan, aku tak akan membunuhmu... Aku akan membuatmu hidup dalam tubuh orang mati selama seratus tahun. Mengerti?”

Anyu menunduk lebih dalam. "Saya mengerti, Tuanku."

Shanliu duduk di takhtanya yang terbuat dari tulang belulang dan giok hitam. “Kita akan ubah rencana. Banxue… bukan target utama. Bawa aku nama-nama yang melindunginya. Satu-satu… kita jatuhkan.”

Empat tokoh bertopeng itu serempak membuka mata. Cahaya ungu membara dari balik topeng mereka.

“Malam bulan gelap berikutnya,” ucap Shanliu, “kita mulai dari Jingyan.”

Dan di balik tirai aula, seekor burung gagak bertanduk menatap ke arah luar, matanya menyala ungu, membawa pesan ke angin.

1
Daisy
Keren banget sih cerita ini! Baca sampe subuh aja masih seru.
Winifred
Wow! 😲
Axelle Farandzio
Bahasanya halus banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!