NovelToon NovelToon
Janda Satu Malam

Janda Satu Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Poligami / CEO
Popularitas:11.5k
Nilai: 5
Nama Author: My Choki

Karena salah paham saat mendengar percakapan Ayahnya tentang pelaku yang terlibat dalam kecelakaan Kakeknya saat dia.masih kecil sehingga membuat seorang pemuda bernama lengkap Arishaka Narendra membalaskan dendamnya kepada seorang gadis bernama Nindia Asatya yang tidak tahu menahu akan permasalahan orang tua mereka di masa lalu.

Akankah Nindia yang akrab di sapa Nindi itu akan memaafkan Shaka yang telah melukainya begitu dalam?

dan Bagaimana perjuangan Shaka dalam meluluhkan hati Nindia gadis yang telah ia sakiti hatinya itu!

Mari kita simak saja kisah selanjutnya.

Bijaklah dalam membaca mohon maaf bila ada nama tokoh atau tempat yang sama. semua ini hanya hasil karangan semata tidak untuk menyinggung siapapun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon My Choki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tetangga julid.

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya tiba giliran nama Nindia yang di panggil.

"Kak Luna, ayo temenin, aku takut." Bisiknya kepada Luna yang langsung ikut berdiri dan mendampingi Nindia masuk ke dalam ruang pemeriksaan itu.

"Sebentar aku balas pesan majikanku dulu." Luna segera membalas pesan Majikannya yang menanyakan menggapa jam segini belum datang juga. Luna juga tidak lupa mengirimkan sebuah gambar dirinya yang tengah menemani Nindia periksa ke klinik kandungan

"Sudah, yuk, kita masuk." Ajaknya setelah selesai membalas pesan sang majikan.

"kak Luna nggak kena marah sama majikannya karena telat datangnya?"

"Nggak! Kamu tenang saja, mereka itu baik-baik semua. Dan ngerti dengan alasan aku yang memang masuk akal." Tukas Luna lagi.

Sesampainya di dalam ruangan itu sudah ada dua orang bidan yang menunggu.

"Silahkan duduk Ibu, mau periksa apa ini?" Tanya sang Bidan. Mempersilahkan Nindia dan Luna untuk duduk dengan ramah.

"Kami mau periksa kehamilan adik saya Bu." Sahut Luna sembari menunjuk Nindia yang duduk di sampingnya.

Tak berapa lama Nindia di suruh untuk berbaring di atas bad yang ada di dalam ruangan itu. Untuk dilakukan pemeriksaan

Bidan mengatakan jika kandungan Nindia baik dan babynya juga sehat. Hanya saja berat badan baby nya kurang di usia kandungan yang memasuki bulan ke Lima. Budan juga memberikan vitamin dan Nindia di anjurkan untuk meminum susu Ibu hamil. Agar berat badan si janin bisa seimbang dengan usia kehamilannya.

🌻🌻🌻🌻🌻

Nindia masih memandangi foto hitam putih yang di berikan Bidan tadi. Itu adalah hasil foto USG bayi dalam kandungannya.

Haru tidak menyangka ada mahluk hidup di dalam perutnya.

"Nindi. "

"Iya kak Luna." Sahutnya yang tengah asik memperhatikan selembar kecil yang menampakkan janin yang tengah bertumbuh di dalam perutnya.

"Mulai sekarang kamu harus memperhatikan kesehatan kandunganmu ya. Jika ada yang ingin kamu makan tapi tidak memiliki uang untuk membelinya. Kamu ngomong sama aku. Jika aku ada nanti kita beli. " Tukas Luna mengingat kan Nindia tentang anjuran bidan tadi.

"Iya kak, terima kasih banyak ya." Sahutnya sembari memeluk Luna sebagai tanda terima kasihnya.

"Sekarang ada yang kamu inginkan nggak?" Tanya Luna lagi. Yang membawa kendaraannya

Tidak ada sahutan dari Nindia. Wanita hamil muda itu tengah mengingat apa makanan yang di inginkannya saat ini.

"Kamu ingin makan apa?" Luna kembali melontarkan pertanyaan.

"Aku...aku ingin makan roti goreng kak. Tapi, maunya roti goreng nya yang besar-besar. Isinya kacang tanah." Jawabnya dengan perasaan tidak enak karena keinginannya terlalu ribet. Nindia takut jika permintaannya itu akan merepotkan Luna lagi.

"Hm...roti goreng ya?" Gumam Luna sembari berpikir.

"Iya kak, sebenarnya sudah lama banget pengen makan itu. Tapi di toko nggak ada. Di jalan-jalan yang orang-orang jualan aneka gorengan itu juga nggk ada." Ucap Nindia seraya menelan liurnya karena mengingat makanan yang diinginkannya itu.

Tidak terasa kini mereka sudah tiba kembali ke rumah. Luna menurunkan Nindia di depan rumah. Sementara dirinya akan langsung berangkat kerja.

"Kamu masuk, jangan terlalu capek ya. Hati-hati nyuci pakaiannya, jangan terlalu banyak. Nanti aku pulang baru aku carikan roti gorengnya ya. Sabar dulu ya ponakan Onty, onty kerja dulu biar kita dapat cuan." Kelakar Luna seraya mengusap-usap perut Nindia yang sudah membuncit.

"Iya kak, hati-hati ya di jalan. " Nindia melambaikan tangannya mengiringi kepergian Luna.

" Dari mana mbak Nindi? Tumben jam segini ada di rumah?" Sapa Mirna tetangga sebelah rumah yang di tempati Nindia dan Dina.

"Dari Bidan Bu, hari ini saya libur kerja." Sahutnya seraya memasang senyum ramah.

"Kamu sudah sarapan?" Tanya Mirna lagi. Mirna memang salah satu tetangga yang baik. Beliau tidak pernah mencemooh keadaan Nindia. Wanita itu bahkan sering memberikan nasehat dan juga semangat. Tak jarang juga Mirna sering memberikan makanan pada Nindia dan Luna jika wanita itu memasak lebih.

"Sudah tadi pagi Bu. Sarapan nasi goreng." Jawabnya jujur.

"Ini, tadi Bapak beli lontong sayur kebanyakan. Buatmu saja satu untuk makan siang nanti bisa kok. Kuahnya nggak di gabung. Jadi bisa kamu angetin nanti kalau mau makan." Mirna mengangsurkan sekantong lontong sayur kepada Nindia yang menerimanya dengan sunkan.

" Terima kasih Bu. Ibu baik sekali sama saya. " Ucap Nindia yang menerima lontong sayur itu dengan penuh terimakasih.

"Sama-sama Nindi. Kamu kan lagi hamil, harus banyak makan biar sehat bayi dan Ibunya." Sahut Mirna lagi dengan tersenyum ramah.

"Bu Mirna! Ngapain sih ngasih makanan terus ke dia. Ibu nggak takut apa, ketiban sial karena sering memberikan dia makanan?" Dari sebrang rumah Mirna dan Nindia Bu Godek yang lebih tua dari Mirna itu berucap tanpa filter.

Mirna dan N8ndi saling pandang mendengar kalimat yang sudah sering di lontarkan Bu Godek itu.

"Kalau saya mah, ogah! Ngasih-ngasih gitu. Rezeki saya bisa surut kalau ikut menafkahi seorang pendosa besar seperti dia." Lanjutnya lagi. Tanpa perasaan. Beberapa orang yang kebetulan melintas di depan mereka itupun pada menoleh ke arah Nindia.

"Sudah Nindi, sana kamu masuk. Nggak usah dengarin si panci rombeng itu." Mirna segera menyuruh Nindia untuk segera masuk kedalam rumah.

"Iya Bu. Terimakasih ya lontong sayurnya. Semoga rezekinya makin lancar. Saya masuk dulu Bu. " Pamit Nindia dan segera masuk kedalam rumahnya. Tidak lupa menutup pintunya.

Mirna mengamini doa Nindia. Dan mempersilahkan 2anita muda itu untuk masuk ke dalam rumahnya. Agar Bu Godek tidak berlanjut lagi julidnya.

"Halah, malah masuk ngumpet! Begitu tuh kalau orang salah. Nggak berani nampakin diri kalau begini. " Dumel Bu Godek yang kurang puas mencemooh Nindia.

"Eh! Bu Mirna, kamu itu jangan terlalu baik sama dia. Nanti Suami kamu di embat juga baru tahu rasa nanti. " Omel Bu Godek yang selalu merasa kesal setiap kali melihat Mirna yang selalu memberi Nindia makanan.

"Bu Godek, jangan samakan suami Ibu dengan suami saya. Mungkin Suami Ibu bisa begitu. Tapi suami saya nggak. Kami sudah menganggap Nindindan Luna itu sebagai keluarga kami. Jadi nggak ada itu niatan yang jelek-jelek begitu. " Sahut Mirna tak habis pikir dengan pemikiran Bu Godek yang selalu julid terhadap Tetangga.

Setelah mengatakan itu Mirna segera masuk kedalam rumahnya. Malas meladeni orang julid seperti Bu Godek yang tiada habisnya. Selalu saja nyinyir sama tetangga yang dilihatnya lebih baik.

Sementara Bu Godek juga segera masuk kedalam rumanya dengan wajah di tekuk. Kesal sebab perkataan Mirna berhasil menyentil perasaannya yang memiliki suami mata keranjang.

Nindia meletakkan lontong sayur pemberian Bu Mirna di dalam wadah. Nindia bersyukur hari ini dirinya tidak perlu memasak untuk makan siangnya. Tinggal menghangatkan kuah lontong sayur untuk makan siang nya nanti. Paling masak nanti sore saat Luna pulang. Luna bekerja di sebuah rumah besar di kawasan elite sebagai Art, bagian Laundry. Terkadang majikan Luna sering memberikan uang makan atau kadang juga memberikan makanan jadi untuk Luna bawa pulang.

Karena kebaikan Luna dan Bu Mirna lah yang selalu memberinya ketambahan dalam menghadapi orang-orang seperti Bu Godek itu. Yang kalau berucap selalu bikin sakit hati. Menjelaskan kenyataan juga percuma jika orang tersebut sudah memiliki tabiat julid terhadap sesama.

Untuk Itu Nindia selalu enggan membalas perkataan orang seperti Bu Godek itu. Rasanya hanya buang-buang waktu saja. Selain itu juga hanya menambah dosa aja. Karena meladeni manusia seperti Bu Godek

Next......

1
Greenindya
bagus cocok mereka berdua
Aku ga rela nindi balikan lagi sama shaka
Novansyah
bagus
Novansyah
lanjut kk kalau bisa update nya jangan cuma 1 bab kalau bisa update nya 4 sampai 5 bab kk biar enak bacanya nya
🐾Jingga
terimakasih kakak 🙏
cutesylvie160
Asik banget bisa nemuin karya yang apik seperti ini.
KnuckleBreaker
Jleb banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!