Apa jadinya ketika dua orang insan yang terkenal tidak pernah akur tiba-tiba menikah, imbas dari keisengan seorang gadis bernama Putri Inayah yang ingin membalas kekesalan pada musuh bebuyutannya Devano putra Fathariano.
Akankah pernikahan keduanya kandas atau justru waktu bisa menumbuhkan rasa cinta diantara keduanya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecurigaan Devano.
"Lalu apa kata dokter, pak???." cicit Inayah tak sabar.
"Kata dokter_."
"Apa kata dokter, pak???." lagi, Desak Inayah tak sabar.
"Dokter akan mendiagnosis pasien setelah hasil pemeriksaan CT scan serta MRI otak keluar, Nona." jawab pak Darwis apa adanya.
Inayah semakin tak dapat membendung air matanya setelah mendengar itu semua. meskipun setelah memutuskan untuk menikah lagi dengan ibunya Laura hubungan antara dirinya dan sang ayah tak sehangat dulu, tetap saja pria itu adalah ayah kandungnya, pria yang merupakan cinta pertama baginya.
Devano yang melihat kesedihan istrinya seolah dapat merasakan betapa hancurnya perasaan Inayah saat ini. Devano menuntun Inayah untuk duduk di bangku besi yang berada di depan ruang ICU.
"Tunggu sebentar, mas mau bertemu dokter." pamit Devano dan Inayah mengangguk mengiyakan.
Setelah mengetuk pintu terlebih dahulu, Devano lantas memasuki ruangan dokter setelah mendapat sahutan dari dalam.
"selamat siang, dok." ujar Devano.
"Selamat siang dokter Devano, silahkan duduk, dok!!!."
Devano kemudian mendaratkan bobotnya di kursi yang berada di depan meja praktek dokter spesialis neurologi tersebut.
"Bagaimana kondisi ayah mertua saya, dok???."
Dokter tersebut nampak menghela nafas berat, sebelum kemudian menjawab pertanyaan Devano. "Sepertinya benturan keras menyebabkan pasien mengalami cedera serius pada otaknya dan dalam kasus yang dialami oleh ayah mertua anda saat ini terbilang cukup parah, dokter Devano."
Devano masih diam saja, sadar jika dokter tersebut masih ingin melanjutkan penjelasannya tentang kondisi ayah mertuanya saat ini.
"Kita sama-sama tahu dok, dalam kondisi seperti ini walaupun nyawa pasien dapat terselamatkan akan tetapi kondisi pasien tidak akan bisa kembali seperti semula, bahkan tidak menutup kemungkinan cedera otak yang di alami oleh ayah mertua anda saat ini akan berpengaruh besar pada sistem saraf motoriknya." sambung dokter, mengingat semua sistem saraf pada tubuh manusia berpusat di otak maka jika otak mengalami cedera yang cukup parah tidak menutup kemungkinan semua itu bisa saja terjadi, terutama dalam kasus yang kini dialami oleh ayahnya Inayah.
Sebagai dokter spesialis bedah saraf, tentu saja Devano sangat paham dengan semua penjelasan dokter berusia paru baya tersebut.
"Ini merupakan hasil dari pemeriksaan MRI otak serta CT scan pasien, dokter Devano." dokter tersebut menyodorkan hasil pemeriksaan milik ayahnya Inayah pada Devano. "Melihat kondisi ayah mertua anda saat ini, rasanya saya perlu merujuk pasien kepada anda selaku dokter spesialis bedah saraf, dokter Devano." Devano menangkup wajahnya dengan salah satu tangannya. Jika sebelumnya ia sama sekali tidak merasa berat jika ada pasien yang mengalami hal serupa, tapi kali ini rasanya sedikit berbeda mengingat pasien merupakan ayah mertuanya sendiri.
"Saya sangat paham dengan perasaan anda dokter Deva, mungkin kasus kali ini sedikit lebih berat bagi anda mengingat pasien memiliki hubungan kerabat dengan anda. Tetapi kita tidak punya pilihan lain, sebab sampai dengan dua bulan mendatang dokter spesialis saraf yang stay di rumah sakit kita hanya anda seorang, sementara pasien harus segera mendapatkan tindakan." sambung dokter.
Devano mengangguk paham.
Setelah membaca reka medik pasien, Devano pamit meninggalkan ruang dokter.
"Bagaimana kondisi papa, mas???." desak Inayah tak sabar.
Devano tak langsung menjawab, pria itu berusaha menenangkan istrinya yang begitu mencemaskan keadaan ayahnya, dan itu sangat wajar menurut Devano. Jika saat ini ia yang ada di posisi Inayah ia juga pasti akan secemas Inayah, apalagi pria itu merupakan satu-satunya anggota keluarganya yang tersisa setelah kepergian ibu kandungnya.
"Mas sudah bicara dengan dokter. berdasarkan dari semua hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, kini dokter spesialis neurologi merujuk papa pada dokter spesialis bedah saraf, Nay." ujar Devano.
"Bedah saraf???." ulang Inayah "Apa itu artinya _."
Devano mengangguk, paham kemana arah pertanyaan istrinya selanjutnya. "Saat ini hanya mas seorang dokter spesialis bedah saraf yang stay di rumah sakit ini. Sejujurnya hal terberat bagi seorang dokter adalah melakukan pembedahan pada pasien yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengannya, karena hal itu pasti akan mempengaruhi emosional seorang dokter. Tapi saat ini kita tidak punya pilihan lain nay, papa harus segera mendapatkan tindakan, sayang." Devano mengusap lembut puncak kepala Inayah.
"Mas, aku mohon selamatkan papa!!!." Dengan air matanya yang masih terus berlinang, Inayah mengatupkan kedua tangannya di hadapan Devano.
"Nay...mas hanya manusia biasa yang kebetulan berprofesi sebagai seorang dokter. Sebaiknya kita sama-sama berdoa untuk kesembuhan papa. Mas akan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan tugas mas sebagai seorang dokter. tapi sebelum itu, mas ingin kamu mendengar penjelasan dokter tentang kondisi papa saat ini."
Tak lama kemudian, Devano mengajak Inayah untuk kembali ke ruang dokter.
Setibanya di ruangan dokter, Devano pun meminta dokter spesialis neurologi yang sebelumnya menangani ayah mertuanya untuk memberikan penjelasan tentang kondisi ayahnya Inayah saat ini.
Air mata Inayah semakin mengalir deras setelah mendengar semua penjelasan dokter.
"Itulah alasan mengapa kami harus merujuk pasien kepada spesialis bedah saraf, Nona, agar pasien segera mendapatkan tindakan demi menyelamatkan nyawa pasien." lanjut jelas dokter.
Setelahnya, Devano dan Inayah pamit meninggalkan ruang dokter. sebelum meninggalkan ruangan dokter Inayah menanyakan apakah ia boleh menjenguk ayahnya, dan dokter yang tidak tega melihat kesedihan Inayah akhirnya mengizinkannya.
Inayah terisak ketika melihat kondisi ayahnya yang terbaring tak sadarkan diri di ranjang ruang ICU. "Pah...." Inayah menggenggam tangan ayahnya yang sama sekali tak merespon tersebut. "Kenapa papa bisa jadi seperti ini???." tentu saja semua pertanyaan Inayah tidak mendapat sahutan dari ayahnya yang saat ini dalam kondisi kritis.
Di luar ruangan ICU.
Devano tengah duduk di bangku tunggu bersama pak Darwis. Sebenarnya pertanyaan yang sejak tadi ada di benak Devano adalah tidak adanya Ibunya Laura di saat suaminya tengah berjuang untuk bertahan hidup.
"Sebenarnya seperti apa kronologi kejadiannya, sampai papa bisa terjatuh??." tanya Devano seraya menoleh pada pak Darwis yang tengah duduk di sebelahnya.
Pertanyaan Devano mampu mengalihkan perhatian pria itu ke arahnya. "Saya juga tidak tahu pasti sebab saat itu saya tidak ada di tempat kejadian. Tapi kata ART, tuan terpeleset hingga kehilangan keseimbangan sehingga membuatnya terjatuh dari tangga." jawab pak Darwis sesuai laporan dari ART yang bekerja di rumah ayahnya Inayah.
"Benarkah seperti itu kejadiannya????." dari intonasinya, sepertinya Devano tak begitu percaya, dan itu terlihat jelas oleh pak Darwis.
"Apa maksud anda, tuan???." pak Darwis belum sepenuhnya paham kemana arah dan maksud dari ucapan Devano.
"Sebelumnya saya minta maaf Pak....!! Berdasarkan hasil pemeriksaan MRI otak dan juga CT scan, sangat mustahil rasanya jika papa hanya sekedar terpeleset hingga terjatuh dari tangga, kecuali _." Devano sengaja tak menuntaskan kalimatnya.
"Kecuali apa???." desak pak Darwis.
"Kecuali jika ada seseorang yang dengan sengaja mendorongnya hingga terjatuh." sambung Devano. Ya, sebagai dokter spesialis bedah saraf tentu saja ini bukan kasus pertama yang ditemukan oleh Devano maka tak heran jika pria itu mencurigai hal itu, terlebih cedera otak yang di alami oleh ayah mertuanya terbilang sangat parah, mustahil itu semua terjadi jika hanya sekedar terpeleset hingga terjatuh, sementara semua hasil pemeriksaan menunjukkan jika pasien mengalami benturan yang sangat keras pada bagian kepalanya.
bikin judul sendiri mereka nya...