Dinikahi Kakak Mantan Pacarku

"Ibu terkena serangan jantung lagi pak, karna benturan di kepala juga Ibu mengalami pendarahan di otak. Untuk itu kami memindahkan bu Yulia ke ruangan ICU untuk perawatan lebih intensif lagi," ucap dokter.

"T-- tapi bisa sembuh kan dok? Tanya pak Fery.

"Kita berdoa saja pak , bu Yulia mampu melewati masa kritis ini. Nanti jika sudah pulih, beliau benar benar harus di kelola lagi stressnya , karena ini sudah terjadi yang kedua kali.

Pria paruh baya itu keluar dari ruangan dokter dan berjalan di lorong rumah sakit dengan tatapan kosong.

Apa sebenarnya yang terjadi dengan Galih dan Bagas sampai kamu jadi seperti ini sayang , batin pak Fery.

"Pah, mama gimana ? Apa kata dokter ? Mama baik baik aja kan?" Galih mencecar pertanyaan saat melihat papanya.

"Mama kamu kena serangan jantung lagi, dan bonusnya pendarahan di otak akibat benturan. Sekarang mama kamu sedang kritis. Kamu dan Bagas sudah berhasil membuat Mama seperti ini, sampaikan keberhasilan ini kepada adik kamu." Pak Fery memberi sindiran menyakitkan pada Galih.

Galih mematung mendengar ucapan papanya. Andai saja dia tidak berkelahi dengan Bagas, mamanya mungkin tidak akan seperti ini. Masih teringat jelas di ingatan Galih, saat mamanya dan dirinya mengobrol sebelum kejadian perkelahian itu.

"Pah, Galih mau menceritakan yang sebenarnya, mohon dengarkan dulu sebentar."

Pak Fery hanya menjawab dengan gumaman singkat "Hm."

Galih menceritakan dari awal sampe akhir, tidak di lebihkan atau di kurangkan. Dia juga mengungkapkan rasa penyesalannya melawan emosi Bagas. Harusnya dia mengalah saja pada waktu itu.

Pak Fery menggelengkan kepala, sambil lengannya masuk ke dalam saku celannya. "Tidak ada guna nya penyesalan kamu Gal, mama kamu sudah terbaring lemah di ICU. Kita berdoa saja agar mama bisa melewati masa kritisnya."

"Pah, Bagas minta maaf Pah, Bagas gak bisa jaga mama." Bagas datang langsung memeluk pak Fery dengan tubuh bergetar.

"Mama kamu kritis. Dalam waktu dekat, kamu berhasil memasukan mama dua kali ke rumah sakit Gas." Pak Fery menepuk kedua pundak Bagas dan sedikit mendorong ke tembok.

"Pukul Bagas Pah, Bagas pantes dapetin hukuman." Membawa telapak tangan pak Fery ke wajahnya.

"Buat apa? Kalau memukul kamu bisa membuat mama kamu sadar dan sehat seperti sedia kala, papa akan lakukan, dan mungkin bakal lebih dari itu !" Ucap pak Fery sambil menepis pegangan tangan Bagas.

"Papa tidak mau ada keributan disini, kalau kalian mau lanjut bertengkar bahkan saling bunuh sekalian, lanjutkan di luar ! Papa udah gak peduli lagi."

Galih dan Bagas saling menatap, wajah emosi masih terpancar di kedua wajah pria itu.

~

"Sus papa kok lama banget pulangnya. Ini udah malam harusnya suster kan sudah pulang."

"Oma nya Sheina sakit, jadi papa harus nemenin dulu di rumah sakit, sementara suster nginep dulu disini nemenin Sheina."

Galih sudah mengabarkan pada suster yang menjaga Sheina lewat chat , dan meminta untuk menginap menjaga Sheina,sampai suasana kondusif.

~

"Cobain deh Nad , browniesnya ibu kasih toping strawberry utuh, seger banget nih kalau langsung di makan dari chiller."

Seketika Nadya ingat kepada Sheina. Ya ... Anak itu sangat suka strawberry dan coklat.

"Bu boleh gak Nadya sisakan untuk Sheina sedikit?" Tanya Nadya.

"Sheina siapa Nad , temen kampus ?"

"Bukan Bu , dia anaknya kak Galih . Kakaknya Bagas yang tempo hari kesini."

"Jadi Galih itu sudah menikah dan punya anak ya , sekilas tidak terlihat karena masih muda dan tampan." Bu Rosa terkekeh dengan ucapannya sendiri.

"Ih si ibu nih ... Nadya aduin ayah loh."

"Yaudah cepat ambil box kue nya untuk Sheina." Kata bu Rosa.

~

Sebelum ke kampus, Nadya menyempatkan berkunjung ke rumah Galih mengantarkan kue brownies untuk Sheina.

Nadya tahu pasti di rumahnya hanya ada suster yang berjaga, karena kemungkinan Sheina dan Galih sudah berangkat sekolah dan bekerja.

Nadya menekan bel rumah Galih, karena type rumah galih cluster, jadi Nadya bisa langsung memarkirkan motornya.

Pintu rumah di buka menampilkan suster jaga dan Sheina berada di belakangnya sambil memeluk boneka.

"Eh mba Nadya , silahkan masuk."

"Tantee ..." lirih Sheina yang langsung memeluk Nadya.

"Sheina kok ga sekolah ? Libur atau izin Shein?"

"Pak Galih lagi di rumah sakit dari kemarin mba, jadi Sheina gak mau sekolah . Kata papanya gak apa apa untuk sementara." suster menjawab pertanyaan Nadya.

"Kak galih sakit ?"

"Bukan bapak, tapi Oma Sheina."

"Sakit apa sus kalau boleh tau?" Tanya Nadya penasaran.

"Saya kurang tahu detail nya mba, saya ga berani nanya."

"Oh iya , nanti saya tanya langsung kak Galih deh. makasih infonya sus."

Nadya memeluk Sheina erat , "Oma baik baik aja sayang, jangan sedih ya cantiknya Tante. Tante pamit kuliah dulu ya Shein, gak apa apa kan? Nih Tante punya kue brownies buatan Ibunya Tante, rasanya coklat dan ada strawberry nya seperti kesukaan Sheina."

Anak itu mengangguk patuh , masih dengan muka yang sedikit menunduk. "Hati hati Tante , terimakasih kuenya."

"Anak pintar." Nadya mengelus rambut Sheina.

Nadya melajukan motornya menuju kampus, sebenarnya dia ingin menghibur Sheina dan menemaninya bermain. Di karenakan kelasnya hari ini sangat penting jadi kali ini Nadya tidak bisa absen.

~

Galih bersandar di bangku taman rumah sakit , perutnya belum di isi sedari kemarin, tapi anehnya pria itu tidak merasa lapar.

Sedangkan pak Fery, Bagas dan Bu Yani sudah mengisi perut di kantin rumah sakit.

Ponsel Galih:

(Nadya) : Kak maaf mau bertanya, tante Yulia sakit apa ? Tadi aku mampir ke rumah mengantar kue untuk Sheina, dan di infokan suster seperti itu.

(Galih) : Serangan jantung dan pendarahan kepala. Terimakasih kuenya Nad, Sheina pasti senang.

(Nadya) : Kalau boleh aku mau jenguk nanti pulang dari kampus, rumah sakitnya dimana kak?

Galih belum membalas chat Nadya, pria itu masih menimbang jawaban apa yang harus dia ketik. Mamanya masih di ruang ICU dan tidak di izinkan orang membesuk, tapi disisi lain dia ingin Nadya datang ke rumah sakit, entah apa tujuan Galih. Dirinya sendiri pun bingung dengan perasaannya sendiri.

(Galih) : Rumah sakit harapan kasih. Nanti saya chat lagi untuk info ruangannya.

**

Siang itu ...

"Nadya memarkirkan motor di parkiran rumah sakit. Dia lupa mengabari Galih jika sudah sampai. Nadya memutuskan untuk bertanya pada resepsionis saja soal ruangan bu Yulia.

Nadya berjalan menyusuri tiang tiang rumah sakit dengan sedikit pemandangan taman yang lumayan tertata.

Matanya menangkap sosok yang di kenalnya sedang terduduk dengan tatapan kosong.

Nadya memberanikan diri untuk berjalan ke arah pria itu.

"Kak Galih ... "

Kesan bersih rapi dan wangi yang di lihatnya dari Galih saat bertemu terakhir kali di mall kemarin berbanding jauh terbalik dengan saat ini. Pria itu terlihat sangat kacau dengan beberapa luka lebam di wajah dan darah yang mengering di ujung bibirnya.