NovelToon NovelToon
Foresta

Foresta

Status: tamat
Genre:Teen / Action / Fantasi / Tamat / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Novel ini menceritakan tentang makhluk aneh dan menakutkan bernama Foresta. Sesuai namanya, Foresta merupakan makhluk aneh yang tinggal di hutan. Bentuknya bermacam-macam dan mirip dengan hewan biasa. Bedanya, mereka tak kasat mata atau tak terlihat oleh manusia biasa. Hanya orang-orang spesial atau dengan keistimewaan tertentu yang dapat melihat Foresta. Mereka adalah orang-orang terpilih yang berpotensi menjadi seorang pemburu Foresta. Namun itu adalah misi rahasia. Artinya, orang-orang pada umumnya tidak mengetahui bahwa adanya Foresta dan adanya para pemburu Foresta. Orang-orang umum tidak menyadari bahwa pemburu Foresta hidup di sekitar mereka dan seperti menjalani hidup normal. Padahal, ketika malam tiba. Mereka akan keluar tanpa jejak dan menuju tempat misi, yaitu memburu Foresta.

Ada pun bagi orang-orang yang tidak menyadari bahwa dirinya berpotensi menjadi seorang pemburu Foresta, ada bagian pusat markas pemburu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Bunga Daisy

"Hari ini, Ibu akan membagikan hasil ulangan harian kemarin. Bagi yang nilainya di bawah 80, akan Ibu berikan soal tambahan."

Suasana tegang langsung menerpa. Lagipula mengapa tinggi sekali KKM-nya. Mana sulit semua lagi mata pelajaran biologi yang banyak materi. Menuntut hafalan dengan istilah-istilah rumit di dalamnya.

"Pertama, Ibu akan membagikan hasil ulangan harian yang mendapatkan nilai tertinggi. Nilai sempurna, yaitu 100. Ghava, silakan maju."

Argh! Dia lagi.

Seisi kelas bertepuk tangan. Selama hampir tiga tahun menjadi teman sekelasnya, tak ada yang pernah melampaui peringkat Ghava. Selalu saja dia yang mendapat peringkat satu.

"Selanjutnya, Ibu akan membacakan siswa-siswa dengan nilai mencapai standar. Sedikit sekali yang memenuhi standar nilai. Apa yang kalian lakukan sebelum mempersiapkan ujian? Harusnya kalian lebih giat lagi. Ingat, kalian sudah kelas XII. Ibu nggak mau kalau sampai nanti di ujian akhir sebelum kelulusan, nilai kalian malah kayak gini. Hampir semua anjlok. Ini hanya pelajaran Biologi. Bukan Fisika atau Kimia."

Guru Biologi bernama bu Ira itu melangkah menuju mejanya setelah beberapa saat berdiri. Ia mengambil kertas-kertas sobekan buku yang tidak lain dan tidak bukan adalah lembar jawaban ulangan harian.

"Ini kertas kamu. Pertahankan ya, Ghava. Silakan kembali ke tempat dudukmu," ujar bu Ira lembut pada Ghava.

Setelah Ghava kembali ke tempat duduknya, raut wajah bu Ira kembali serius.

"Karin, Fadel, Nadia dan Azalea. Silakan maju. Kalian berempat yang mendapatkan nilai di atas KKM berikutnya."

Rasanya hatiku teriris. Bersanding perasaan iri. Juga malu. Lihatlah, dua sahabatku berhasil mendapatkan nilai di atas standar. Sedangkan aku, namaku tidak disebutkan. Artinya, aku gagal. Sudah kelas XII tapi masih saja menjadi yang terendah dibanding mereka berdua. Namun memang tidak mengherankan. Bagaimana tidak, aku memang tidak rajin. Ditambah otak pas-pasan. Biasanya aku mendapatkan peringkat 12-14. Sudah bolak-balik di sekitar sana dari kelas X sampai sekarang. Ya, walaupun sebenarnya itu tidak buruk-buruk amat sebab jumlah teman sekelasku adalah 37 siswa. Namun tetap saja. Itu menyedihkan bukan, jika dibandingkan dua sahabatku yang selalu berada di 10 besar.

"Selebihnya, kalian gagal!"

Aku menerima kertas hasil ulangan harianku. Nilaiku 70. Itu buruk! Masih jauh dari standar nilai yang ditetapkan bu Ira.

Bagaimana jika habis pertarungan adalah hari ujian dan aku belum mempersiapkan apa pun, bisa lebih anjlok lagi nilaiku.

***

"Jangan murung gitu, dong. Aku lolos aja karena sebuah keberuntungan. Lagipula, nilaiku benar-benar pas standar. 80 pas. Nggak lebih," ujar Lea mencoba menghiburku.

"Siapa yang murung. Lagipula siapa yang memikirkan masalah nilai tadi. Biasa aja."

Lea dan Dea saling tatap. Sepertinya mereka benar-benar tidak ingin bergurau lagi kali ini. Lebih terlihat seperti sosok sahabat yang kasihan kepadaku.

Hasil ulangan harian tersebut memang membuatku kecewa dan bersedih. Namun bukan itu penyebab utama aku murung. Lagipula sebenarnya bukan murung, namun melamun sambil berpikir.

Beberapa saat lalu sebelum bel istirahat berbunyi, tanpa sengaja aku melihat Ghava yang melewati bangkuku setelah mengacungkan tangan untuk menjawab soal di papan tulis. Karena tempat duduk kami memang bersebelahan. Sekilas terlihat ia melirikku. Lagi-lagi dengan ekspresi serius. Persis pada waktu itu. Ketika aku semakin curiga dengan identitas aslinya. Seketika firasat itu muncul lagi. Ingin sekali aku kali ini bertanya tentang sesuatu yang disembunyikan. Seperti menjadi seorang pemburu foresta. Sekali jawaban iya berarti aman. Namun sekali jawaban tidak berarti nyawa terancam. Andai di pusat tidak ada kemampuan yang bisa mendeteksi pemburu foresta yang melanggar aturan untuk tidak membongkar ke orang biasa. Sudah sejak awal akan aku tanyakan pada Ghava.

Aku teringat teman-teman pemburu. Mereka bisa merasakan energi supranatural. Sedangkan aku tidak tahu bagaimana cara perasaan itu bekerja. Sebab dalam diriku juga tak ada yang bisa mendeteksi itu. Jika aku bisa, sudah pasti langsung terdeteksi pada Ghava.

"Ke kantin yuk, Kea. Aku yang traktir," ucap Dea.

"Serius?" tanyaku langsung sumringah.

Sejenak membuatku melupakan kecurigaan itu.

"Iya, Kea. Yang penting, Kea yang ceria kembali lagi."

"Aku juga, 'kan?" tanya Lea.

"Nggak! Ini khusus buat Kea!"

Mendengar jawaban Dea, Lea manyun dan mencekik leher Dea. Tentunya dengan candaan.

"Traktir aku juga, nggak!" Lea berseru.

Kali ini ia menggelitik Dea. Membuat Dea tertawa geli.

"Iya, Lea. Hentikan! Baiklah, kamu juga aku traktir."

Kelakuan mereka berdua memang selalu bikin geleng-geleng kepala. Hm, maksudku sebenarnya kelakuan kami bertiga. Namun karena aku sedang banyak pikiran, itu membuatku tidak selera melakukannya.

Sebelum berangkat ke kantin, aku izin untuk ke toilet terlebih dahulu. Hanya sebentar. Setelah itu aku langsung kembali.

"Eh?" ujar Lea dan Dea serempak.

Mereka menatap heran kepadaku.

"Kenapa kalian melihatku seperti itu?"

Lea menatap wajahku lebih dekat. Seperti sedang menahan tawa.

"Kamu tadi ke toilet buat dandan?" tanya Lea.

"Dandan? Nggak."

Gurauan macam apa lagi ini? Jelas-jelas aku hanya buang air kecil. Tidak lebih.

Namun untuk memastikan, aku langsung merogoh cermin kecil dari ranselku. Sesuatu yang tidak terduga muncul begitu saja.

Ya, ampun! Bagaimana mungkin dua tato bunga daisy ini muncul? Padahal aku tidak mengaktifkan mode bertarung. Bukankah aku bisa mengendalikan semauku. Kenapa sekarang malah muncul sendiri? Atau, jangan-jangan mode bertarungku lepas kendali?

"Kayaknya, aku mau ke toilet lagi," ucapku langsung melesat keluar kelas dalam keadaan panik.

"Tunggu!" Lea berseru dan mengejarku.

Dea menyusul di belakang.

Aduh, mereka malah mengejar. Ayolah, jangan ikut! Ini demi keselamatan nyawa kalian!

Toilet terlewat. Padahal, aku niat masuk dan mengunci pintu dari dalam sementara aku mengurus mode bertarungku.

Aku terus berlari kencang menjauhi kejaran Lea dan Dea. Bahkan tidak sempat menengok ke belakang. Sebab teriakan mereka sudah cukup untuk membuatku tahu bahwa mereka masih mengejar.

"Berhenti, Kea. Kami tidak akan mengejekmu! Gambar bunga sangat indah," seru Lea yang terdengar di belakang.

"Benar. Aku bahkan tidak tahu kalau kamu bisa menggambar bunga!" sahut Dea.

Sialnya mereka malah memuji. Bukan itu masalahnya!

"Ayolah, Kea. Kali ini kami tidak akan mengejekmu. Kami tahu kamu sedang bersedih karena nilai Biologi itu. Jadi, kami akan bersikap baik padamu!" ujar Lea lagi.

Lobby sekolah yang terletak di tengah-tengah bangunan lantai satu terlewat. Lagi-lagi aku tidak sempat berbelok ke sana. Antara ragu dan tidak sempat melambatkan laju.

Padahal jika mereka tidak mengejar, aku cukup ke toilet untuk pura menghilangkan gambar dua bunga ini. Namun mereka malah mengejar.

Baiklah, aku akan mengambil cermin kecil dan memastikan mode bertarungku. Jika sudah hilang maka aku akan pura-pura menggosok pelipisku agar seolah aku menghapusnya ketika berlari.

Akhirnya, aku merogoh saku baju seragamku. Untungnya aku sempat memasukkannya ke sini, bukan lagi ransel.

Sialnya, saat berhasil terambil malah jatuh. Apes. Habis sudah harapan selain terus berlari.

Di saat aku sedang pasrah-pasrahnya, tiba-tiba Ghava muncul dan langsung menarik lenganku.

"Hei! Mau kamu bawa ke mana Kea!" teriak Lea.

"Berhenti, Ghava!"

Aku berhasil menjauh dari kejaran Lea dan Kea berkat bantuan dari Ghava. Lari kencangnya membuatku bisa lolos dari kejaran. Ya, kencang dalam artian kecepatan orang biasa. Tentunya tidak secepat Hil.

Setelah berlari beberapa saat hingga menjauh dari kejaran Lea dan Dea, akhirnya kami berhenti.

"Kenapa kamu menarikku?" tanyaku dengan raut wajah kesal.

Ghava mengangkat bahu.

"Kamu bisa melepaskannya, tapi kamu malah membiarkanku membawamu. Artinya, kamu membutuhkan bantuan semacam tadi, 'kan!?" ujar Ghava.

Bagaimana pun, aku memang membutuhkan bantuan itu.

Aku dan Ghava berada di dalam perpustakaan. Di paling pojok agar lebih sulit untuk ditemukan Lea dan Dea.

"Terima kasih," ucapku.

"Kamu bisa ke toilet perpustakaan sekarang. Sebelum mereka berdua datang ke perpustakaan."

"Hah?"

"Tanda dua kelopak bunga di pelipismu belum hilang, segera masuk ke toilet."

Setelah mengucapkan itu, Ghava langsung berlari keluar sebelum sempat aku cegah.

"GHAVA!"

Ia berbalik hadap sejenak ke arahku. Lantas meletakkan telunjuk ke bibirnya. Jangan berisik.

Sesaat, ia langsung keluar.

Sudah tidak diragukan lagi. Ia juga mengetahui bahwa tanda ini adalah mode bertarung. Dengan ini, mungkin aku benar-benar akan menanyakan soal itu.

1
Susi Nuryani
kenapa endingnya begini😭
Chira Amaive: sudah betul lah😭😭😭
total 1 replies
Selviana
ceritanya menarik
Selviana
Aku sudah mampir nih kak.Jangan lupa mampir juga di karya aku yang berjudul (Terpaksa Menikah Dengan Kakak Ipar)
Isolde
Enak banget karya ini, aku nggak sabar nunggu kelanjutannya!
Shion Fujino
Janggal tapi menarik.
Chira Amaive: Wkwkwk makasi
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!