Berselang dua minggu sejak dia melahirkan, tetapi Anindya harus kehilangan bayinya sesaat setelah bayi itu dilahirkan. Namun, Tuhan selalu mempunyai rencana lain. Masa laktasi yang seharusnya dia berikan untuk menyusui anaknya, dia berikan untuk keponakan kembarnya yang ditinggal pergi oleh ibunya selama-lamanya.
Mulanya, dia memberikan ASI kepada dua keponakannya secara sembunyi-sembunyi supaya mereka tidak kelaparan. Namun, membuat bayi-bayi itu menjadi ketergantungan dengan ASI Anindya yang berujung dia dinikahi oleh ayah dari keponakan kembarnya.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka, apakah Anindya selamanya berstatus menjadi ibu susu untuk si kembar?
Atau malah tercipta cinta dan berakhir menjadi keluarga yang bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon De Shandivara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. [Flash Back] Suara Hati Arsatya
Pagi itu Arsatya benar-benar terlupa jika akan kedatangan tamu yang tidak lain sahabatnya–Ryan Irawan. Sahabatnya sejak masa kuliah dulu di satu program studi yang sama yakni kedokteran umum, sebelum akhirnya berpisah karena lulus dan mendalami spesialis di bidang masing-masing.
Kedatangan teman karibnya yang merupakan seorang dokter spesialis kulit dan kelamin itu, ternyata di luar dugaan karena rupanya Ryan mengenali Anindya.
“Dia mirip dengan mantan kekasihku,” ujar Ryan di ruang tamu rumah Arsatya kala itu yang membuat tuan rumah tercengang.
Sebenarnya pertemuan mereka akan membahas agenda penting yakni terkait bisnis suplier alat kesehatan yang akan mereka rintis bersama dan sudah terencana sejak lama.
Namun, melihat ada topik lain yang menarik untuk dibahas oleh Ryan, yakni tentang Anindya–sang mantan kekasihnya. Mereka malah melupakan pokok pembahasan sebelumnya sampai sesuatu tidak terduga yakni terjadi bencana kecil yang mencelakai Anindya dan membubarkan semua rencana.
Ryan bahkan memperhatikan setiap gerak-gerik Anindya. Di saat itu juga, jiwa pria mana yang berstatus seorang suami yang akan terima jika sang istri dilirik oleh pria lain walaupun sebenarnya belum cinta.
Harkat dan martabat seorang suami di diri Arsatya bergejolak. Sebagai seorang suami, cinta atau tidak cinta pada istrinya bagi Arsatya tidak boleh ada pria lain yang menatap penuh harap pada sang istri (entah siapa pun orangnya) dan tidak ada yang lebih berhak daripada dirinya.
Namun, posisi Arsatya serba salah karena sejak awal dia mengenalkan Anindya sebagai adik iparnya karena memang kenyatannya begitu, tapi itu dulu sebelum dia menikahinya tiga bulan lalu.
“Anindya lebih pantas kusebut adik,” pikirnya pendek sebelum menjawab pertanyaan Ryan.
Melihat Ryan yang tidak bisa teralihkan saat melihat Anindya, sejujurnya Arsatya pun turut memperhatikan wanita muda yang terlihat sangat cantik, feminim dengan balutan gaun putih bersih sepanjang lutut dan sendal jepit rumahan ala kadarnya.
Anindya berbeda dengan kakaknya, dia tidak memakai hijab, dan seringnya dia biarkan rambutnya tergerai atau paling tidak dikuncir setengah. Anggun, itu yang terpikirkan di kedua otak pria yang tidak bisa berpaling saat menatap sosoknya.
Anindya memang sempurna walau dengan penampilan sekadarnya, sangat disayangkan bagi siapa saja yang menyia-nyiakannya. Namun, perkara kecantikan itulah yang kemudian membawa dia pada beberapa masalah besar.
“Sial, dia tidak berhenti menatap Aninda,” ujar Arsatya di dalam hatinya saat sahabat yang terkenal dengan sebutan buaya darat itu menganga kala menatap Anindya yang sedang fokus membuat teh di dapur.
“Aku tidak mencintainya, tetapi aku akan menjaganya karena dia sudah seperti adik,” sejujurnya Arsatya tidak terima jika Anindya ditatap penuh damba seperti itu oleh Ryan, which is dia pernah menjadi mantan.
Namun, hatinya terus mengatakan jika melindungi Anindya dari para mata keranjang tidak ada salahnya dan merupakan kewajiban bagi semua pria untuk menjaga kehormatan setiap wanita.
Yang sebenarnya selama ini Arsatya juga peduli pada Anindya, hanya saja ragu mengartikan apakah itu peduli karena cinta atau bentuk sayang seorang kakak? Entahlah.
Yang dia yakini, dia akan menyukai apa saja yang dulu mendiang istri sukai, termasuk Anindya yang dulu menjadi kesayangan Amelia. Begitu alasan klise-nya.
Sore hari. Pria itu dibuat tidak tenang saat Ryan ternyata masih mencecarnya terkait nomor ponsel Anindya, ikhlas tidak ikhlas Arsatya memberikannya daripada pria itu nekat datang ke rumah atau terus menerornya sepanjang waktu mengingat betapa ambisiusnya pria itu saat menginginkan sesuatu.
Arsatya pikir, Ryan bukan pria yang baik untuk wanita lugu seperti Anindya. Bagaimana pun, Anindya masih terlalu muda dan polos sampai mudah dibodohi hingga pernah dibuat mengandung oleh pria bejad setahun yang lalu.
Di tangannya terdapat segelas wine, malam ini dia memutuskan untuk menerima ajakan Ryan untuk minum sedikit alih-alih untuk mengusir kepenatan masalah duniawi.
“Naif sekali wanita muda itu,” ujar Arsatya spontan yang bersumber dari salah satu sisi hatinya yang tersembunyi.
“Siapa?” tanya Ryan.
“Anindya, tapi laki-laki brengsek sudah merusaknya, huh,” cicitnya mulai meracau.
Pria itu pulang dalam keadaan setengah sadar, tidak banyak yang dia munum, tetapi pada dasarnya Arsatya bukanlah penikmat alkohol yang andal. Sekali teguk saja bisa langsung pusing tujuh keliling alias puyeng.
“Boleh saja wanita mana pun digaet olehnya, tetapi jangan Anindya,” itu yang terpikirkan oleh Arsatya begitu dia mendapati seorang wanita bertubuh kecil yang tertidur pulas di atas ranjangnya.
“Sus, bawa mereka ke kamarnya. Aku mau istirahat,” pintanya pada Sus Anti.
Awalnya, Arsatya memerintahkan pengasuh itu untuk membawa pergi semua yang berada di atas ranjangnya, tidak terkecuali Anindya. Namun, Anindya sulit dibangunkan, tidak ingin mengacaukan istirahatnya karena dia pun sudah sangat lelah jika harus repot-repot membopongnya dan dia paham jika Anindya akan dibuat lelah saat bayi kembarnya terjaga nanti.
Biarlah dia yang mengalah dan berbaring ala kadarnya tanpa bantal tanpa selimut. Tidak masalah di sisi Anindya, asalkan bisa tenang dan nyaman berada di ranjangnya miliknya.
“Sayang, selamat malam. Apa kabarmu? Aku minta maaf pernah mengecewakanmu. Kuharap kamu senang karena aku menjaganya selayaknya adik dan bukan yang lain yang pernah aku katakan padamu sebelumnya. Maafkan aku, Amelia. Datanglah ke mimpiku malam ini, aku merindukanmu,” ujarnya lirih seolah sedang berkomunikasi dengan Amelia saat menjelang tidurnya.
Dia salah memperkirakan jika keputusannya tidur seranjang dengan Anindya akan aman-aman saja tanpa pernah mengira kejadian pada malam itu akan membuatnya, malu, marah, sekaligus merasa bersalah.
...🦋🦋🦋...
Tolong tinggalkan like, vote-nya. Terima kasih.
maaf ya thor
gak cmn mewek kak, gemes,kesel pokoknya nano nano