kinandayu gadis cantik tapi tomboy terlihat semaunya dan jutek..tp ketika sdh kenal dekat dia adalah gadis yang caring sm semua teman2 nya dan sangat menyayangi keluarga nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon happy fit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 25- 2 bulan menuju perpisahan
Pagi itu, halaman SMA Harapan Bangsa terasa lebih ramai dari biasanya. Spanduk besar bertuliskan “TRYOUT AKHIR NASIONAL – SEMANGAT SISWA KELAS 12!” tergantung di depan gerbang, dan setiap siswa yang lewat menatapnya dengan campuran semangat dan deg-degan.
Kinan berjalan santai sambil memeluk buku di dada, rambutnya diurai dan dihiasi bando putih yang bikin wajahnya makin bersinar. “Dua bulan lagi lulus, ya… rasanya cepet banget,” gumamnya.
Maya di sebelahnya justru bersuara lantang, “Cepet gimana, Kin? Aku ngerasa tiap tryout tuh kayak setahun!” katanya sambil melipat tangan di dada. “Andi aja udah hafal aku bakal ngeluh tiap malam sebelum ujian!”
Kinan tertawa kecil. “Tapi kamu kan tetep nilainya bagus, May. Aku yang deg-degan, soalnya passing grade kedokteran tuh tinggi banget.”
Maya menepuk pundaknya. “Tenang, calon dokter bedah tercantik se-Indonesia Raya. Aku yakin kamu keterima di UGM! Lagian Danu pasti dukung kamu terus.”
Nama Danu disebut, dan wajah Kinan refleks memanas. “Apaan sih… dia juga sibuk kok. Kan mau arsitek. Jadi sama-sama berjuang.”
“Hmm~” Maya menggoda. “Jadi nanti kalian LDR dong, Jakarta–Yogyakarta. Wah, siap-siap nangis di video call tiap malam nih.”
“Mayaaa!” protes Kinan sambil mencubit lengannya, membuat Maya menjerit dan tertawa keras.
---
Di sisi lain sekolah, Danu duduk di lapangan basket sambil menggambar sketsa kecil di buku gambarnya. Lapangan itu selalu jadi tempat dia berpikir — tempat di mana semuanya terasa tenang.
Riko datang membawa dua botol minuman dingin. “Bro, lo gak belajar dulu? Tryout tinggal tiga hari lagi.”
Danu tersenyum lemah. “Lagi istirahat, kepala gue mumet. Gue baru nyelesain simulasi soal arsitektur kemarin. Pusing liat gambar bangunan terus.”
“Lo pusing? Lah gue yang liat coretan lo aja udah migrain.” Riko tertawa dan duduk di sampingnya. “Eh, tapi lo udah tau mau daftar universitas mana?”
“ITB, fakultas arsitektur,” jawab Danu tanpa ragu. “Tapi ya, masih pengen banget nganterin Kinan ke UGM. Pengen liat dia keterima.”
Riko menatapnya lama lalu nyengir. “Wah, cinta banget, bro. Keterima di UGM aja belum, lo udah rencana ngekos di Yogya juga kali.”
Danu hanya tertawa. “Enggak lah, gue realistis aja. Tapi kalo dia bahagia di sana, gue juga tenang.”
---
Hari tryout pun tiba.
Kelas terasa sunyi. Suara pensil menulis di kertas ujian jadi satu-satunya yang terdengar.
Kinan duduk di barisan tengah, wajahnya serius, jemari terus menari di atas kertas.
Sesekali Danu melirik dari sisi lain kelas, melihat wajahnya yang fokus dengan poni sedikit menutupi alis.
“Dia beneran keren pas serius begini,” batin Danu, mencoba menahan senyum.
Setelah ujian selesai, semua siswa keluar kelas dengan ekspresi kelelahan campur lega.
Maya langsung merangkul Kinan dari belakang. “Kin, aku butuh bakso! Otak aku udah panas.”
Andi datang sambil mengacungkan dua tiket. “Daripada bakso, gimana kalau kita double date sore ini? Aku udah booking tempat di kafe baru deket taman kota.”
Maya menjerit senang, “YES! Akhirnya pacar aku berinisiatif juga!”
Kinan terkekeh. “Wah, double date, ya? Aku harus izin ke Danu dulu.”
“Ngajak aja sekalian,” sambar Maya cepat. “Biar gak cuma aku sama Andi yang romantis.”
---
Sore itu, empat sahabat itu duduk di sebuah kafe terbuka dengan lampu gantung kecil yang berkelap-kelip. Udara sore terasa sejuk, langit oranye keemasan, dan suasana begitu santai setelah tryout panjang.
Maya dan Andi sibuk bercanda di sisi kiri meja — Andi ngotot bilang dia lebih jago matematika, Maya malah protes kalau dia cuma jago ngitung diskon baju.
Sementara itu, Danu dan Kinan duduk berhadapan di sisi kanan, lebih tenang tapi juga… lebih manis.
“Gimana tryout kamu tadi?” tanya Danu pelan.
Kinan menarik napas. “Lumayan, tapi matematika-nya… susah banget. Aku takut nilainya turun.”
Danu menatapnya dengan lembut. “Kamu tuh jangan kebanyakan takut. Kamu selalu belajar sungguh-sungguh, Kin. Aku yakin kamu bisa keterima di UGM.”
“UGM ya…” gumam Kinan, pandangannya menerawang. “Berarti aku bakal jauh dari kamu.”
Danu terdiam sesaat, lalu tersenyum kecil. “Jauh tuh cuma jarak, bukan alasan buat berhenti sayang.”
Kinan menatapnya, pipinya memerah. “Ih, kamu bisa aja ngomong gitu.”
Danu tertawa, lalu menggenggam tangannya di bawah meja — cepat tapi penuh makna. “Beneran, Kin. Aku bakal selalu dukung kamu, di mana pun.”
Dari sisi lain meja, Maya langsung nyeletuk, “Woi! Ini kafe, bukan drama Korea! Tangannya udah tuh, Danu!”
Kinan langsung menarik tangannya dan menunduk, wajahnya merah padam. Danu malah ngakak, sementara Andi dan Maya tepuk tangan jahil.
---
Malamnya, di rumah, Kinan duduk di meja belajarnya. Buku catatan terbuka, tapi pikirannya melayang.
Dia membuka pesan dari Danu.
> Danu: “Belajar jangan lupa, ya, calon dokter. Aku pengen jadi pasien pertama kamu nanti 😁”
Kinan: “Aku juga pengen liat kamu bangun gedung tinggi. Biar bisa aku rawat kalo kamu jatuh dari situ 😏”
Danu: “Deal. Tapi kalau aku jatuh, tolong tangkep hatiku dulu.”
Kinan: “🙄 Aku blok kamu 5 menit.”
Kinan terkekeh kecil, meletakkan ponselnya di meja. Tapi senyumnya tak bisa hilang.
Dia menatap buku catatan itu lagi, lalu berbisik pelan pada dirinya sendiri.
“UGM, aku pasti bisa… buat aku, buat orangtuaku, dan buat Danu.”
Di luar, langit malam tampak jernih, bintang-bintang berkelap-kelip seakan tahu —
bahwa kisah mereka baru saja akan memasuki bab baru yang lebih besar.
✨🌠To be continued