Selama ini, Rambo mengutuk diri dalam kehidupan nikah paksa yang terjadi antaranya bersama Erin 3 bulan belakang. Sayang, tak ada ruang untuk Erin dalam kehidupan Rambo yang masih memendam cinta lama.
Hingga semua berubah ketika waktu mempertemukannya kembali dengan sang pujaan hati di masa lalu, Marwah.
Dipertemukan kembali dalam keadaan yang sama-sama telah menikah, Rambo yang tak bisa menahan rasa cintanya pada Marwah, akhirnya terjebak dalam konflik terlarang dalam kehidupan rumah tangganya. Dengan ancaman yang semakin banyak, terutama pada Marwah yang sering mendapat kekerasan dari suaminya, juga Erin yang tak mau melepaskan Rambo, mampukah Rambo melindungi wanita yang dicintainya... Atau haruskah ia menerima hidup bersama Erin selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon unchihah sanskeh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28 - Selangkah Meninggalkan Istri Rambo
Erin tidak mendengar langkah Rambo saat dia telah menunggu air hangat tadi hampir 10 menit lebih, tapi ia yakin Rambo telah mendengar teriakannya tadi. Panas matahari mulai berpijar, masuk lewat kisi jendela kamar mandi. Karena mulai kesal, Erin akhirnya keluar dari kamar tanpa cuci muka lebih dulu.
"Kamu sudah selesai mandi?" Tanya Rambo.
Erin meletakkan tangannya di atas pagar tangga, tangannya menggenggam kuat ke permukaan tiang sambil mengkerut kan bibir.
"Aku membutuhkan kamu untuk bantu bawakan air hangat Mas. Aku kan sudah teriak tadi, aku yakin sekali kalau kamu dengar. Kok lama sih! aku nunggu sampai kedinginan di kamar mandi."
"Oh, maaf. Air nya masih ku panaskan, tadi aku buat sarapan juga." Rambo bicara tanpa menatap Erin sedikitpun. "Turunlah."
Perintah Rambo barusan, agaknya telah meyakinkan Erin bahwa pria itu pada akhirnya telah kembali seutuhnya, memberi Erin kesempatan untuk menarik napas lega pertamanya sejak berminggu-minggu. Sambil meredam emosinya, dia kembali melanjutkan langkahnya menuruni tangga.
"Kamu masak sarapan apa?" Erin mengatakannya sambil menyilang tangan di atas kursi makan.
"Nasi goreng." Dua kata dari Rambo, singkat.
Satu ujung bibir Erin menyungging, senyumnya hilang begitu melihat piring yang dibawakan Rambo ke meja makan. "Kok nasi sih? Aduh Mas, sepertinya aku tidak ikut sarapan denganmu ya!"
"Kenapa? Memangnya kamu sudah makan?"
"Belum," Kata Erin, masih dengan ekspresi masam. "Aku tidak mau sarapan nasi. Nasi itu makanan berat, kurang cocok jadi menu sarapan untuk perempuan sepertiku. Nanti aku gemuk!"
"Tidak bisa. Aku sudah buat lumayan banyak, porsi untuk dua orang. Terus siapa yang mau habiskan, kalau kamu tidak mau makan?!" Ucap Rambo.
Dia melirik Erin tajam, kemudian berpaling. Jujur saja, menatap mata istrinya itu benar-benar membuat Rambo kesal dan kerasan. Tapi, ia tak boleh menunjukkan marah, sebab ini adalah bagian dari rencananya saat ini.
"Kamu makan sendiri saja, Mas. Kalau ada sisa tinggal simpan ke kulkas. Nanti bisa dipanaskan untuk kamu makan malam." Jawab Erin sambil mundur ke belakang, dan berjalan ke arah kompor.
Cukup menyakitkan sebenarnya, tapi Rambo tidak terkejut dengan perlakuan semacam ini. Justru ini hal yang bagus, kan? Erin malah memberinya ide untuk nanti malam. Saat temannya datang menginap, lalu makan nasi goreng sisa sarapan. Bagaimana reaksi mereka? Ini ide yang brilian.
Erin bergerak mematikan kompor dan menuang air ke dalam baskom, dan mencampurnya dengan air dingin dari keran wastafel. "Aku cuci muka dulu ya, Mas! Piring kotor kamu nih, banyak. Jangan lupa cuci loh Mas. Terima kasih ya sayang, sudah bantu panaskan air untukku. Walau agak lama... " Ia tertawa kecil, tapi tidak terkesan meremehkan Rambo.
Ia berbalik dan menghadap Rambo, sementara pria gondrong ini berusaha keras untuk bersabar. Jika momen ini mampu meyakinkan Erin bahwa suaminya telah kembali, sebaliknya momen ini malah meyakinkan Rambo untuk mantap bercerai dari istrinya.
"Ya. Sama-sama." Rambo mengembuskan napas.
Tawa pendek tiba-tiba keluar dari mulut Erin dan ia menutup mulut dengan sebelah tangan agar tidak histeris. Ketika selesai mencuci wajahnya di wastafel dapur, ia tersenyum tipis pada Rambo dan menatap mata pria itu dengan nakal. "Aku cantik tidak?"
Erin menutup jarak di antara mereka dengan meletakkan tangan putihnya yang kurus ke bahu Rambo. Lalu mendekat lagi, sampai melingkarkan kedua tangannya di leher si gondrong.
Rambo berusaha menyingkir selagi tangan Erin tak lepas dengan jarak sedekat itu. Mata istrinya itu begitu menggoda seakan ada gairah luar biasa yang membuat Erin tiba-tiba meneriakkan nama Rambo. Wajahnya semakin maju, mulutnya mendekat hendak ******* bibir Rambo dengan keliaran yang belum pernah ia rasakan dan berikan sebelumnya. Napas wanita itu begitu dekat di kulit Rambo.
Cepatlah malam. Cepatlah malam, aku ingin segera bercerai. Gumam Rambo, tubuhnya cepat menyentak tangan Erin sampai ia jauh, sebelum melakukan ciuman itu.
"Ada apa Mas?" Tuntut Erin sambil mengernyitkan dahi. Tindakan tersebut membuyarkan lamunan yang membuat tubuh Rambo terbakar dan pikirannya kacau.
"Oh, Maaf. Aku hampir terlambat, sedangkan piring belum ku cuci. Dan di wajahmu---ada banyak kotoran hitam." Rambo mundur dan menjauh dari Erin. Kepalanya sibuk menggeleng, Tuhan, ini terlalu tak kerasan bagi Rambo, kalau sampai itu terjadi malah rasanya aneh, Rambo malah merasa seperti telah bermain api dari Marwah. Seperti ia telah berselingkuh dengan Erin di belakang Marwah.
"Hah? Mana mungkin, Aku sudah cuci muka dengan benar. Sial! jangan lihat aku Mas, aku harus bereskan kotoran ini dulu." Erin segera menutupi wajahnya, kemudian ikut menjauh dan meninggalkan Rambo di dapur sendirian.
Rambo mendesis dalam satu helaan napas dan mengangkat kepala, matanya menyipit menatap langit setelah tiga puluh menit berlalu. Erin sudah berangkat kerja, sementara Rambo baru memanaskan mobil.
"Mulai malam ini, akan terbuka jalan." Katanya pelan.
Hingga saat waktu yang dinantikan Rambo itu tiba, malam setelah patroli Ia pulang bersama dua orang anggota, temannya satu divisi. Ia minta mereka untuk menginap, dan tentu disambut baik.
Padahal malam belum terlalu larut, masih sekitar pukul 23.00 malam. Tapi Erin, masih belum membuka pintu bahkan setelah Rambo berkali-kali mengetuk. Pasti tidur.
Hampir 15 menit Rambo duduk di luar dengan anggotanya. Padahal ia memiliki anak kunci sendiri, tapi Rambo sengaja menunggu Erin. Agar yang lain berpikir, bahwa ini sudah menjadi keseharian Rambo menunggu lama di luar setelah pulang.
"Maaf ya. Istriku memang tidur jam segini, aku sendiri sudah terbiasa menunggu agak lama. Tadi aku lupa kabari dia kalau mau ajak rekan menginap. Maaf kalau buat kalian kurang nyaman, ya." Ucap Rambo, sedikit memanipulasi. Walau tak bisa juga sepenuhnya disebut bohong.
"Siap Ndan! tidak masalah."
"Kalau di luar tugas, kita bukan sekedar rekan. Jangan panggil formal begitu lagi. Kita teman, dan saya adalah kakak kalian." Ucap Rambo diplomatis.
"Siap, Mas. Terima kasih banyak." Dua anggota itu menjawab serempak, masing-masing bernama Zico dan Davin. Rambo belum mengajak sahabat karibnya, masih banyak yang ia pertimbangkan. Mungkin besok atau lusa.
Kemudian, setelah menunggu sekitar 25 menit. setelah Rambo berkali-kali berusaha untuk membangunkan Erin lewat panggilan telepon, akhirnya pintu rumah terbuka. Erin muncul dari balik pintu menyambut mereka dengan mata berat.
"Rekan ku menginap, Rin. Kami baru selesai patroli." Ucap Rambo sambil melangkah masuk.
"Eemm?" Erin masih berusaha menaikkan mata, "Oh, iya tak masalah Mas. Rapikan saja kamar tamunya ya. Syukurlah ada mereka temani kamu, jadi aku bisa langsung tidur, Mas. Ngantuk!"
Zico dan Davin saling pandang. Merasa sedikit aneh bin terkejut dengan kata Erin barusan. Entah memang biasa saja bagi sebagian orang atau bagaimana, ini sedikit tak lazim bagi Zico dan Davin sendiri, tapi mereka tetap berusaha menghormati komandan dan istrinya itu.
...****************...
Haloo... Author Sanskeh di sini.
Jangan lupa tinggalkan like-nya ya zeyeng
(*´︶`*)♡Thanks!
Terima kasih sekali lagi untuk dukungan kalian semuaaa!!! ayo kita kawal bareng-bareng kisah Om gondrong sampai akhir huhu...
have a great day, semoga hari kalian selalu menyenangkan, bahagia selalu luppp ♡*( ͡˘̴ ͜ ʖ̫ ͡˘̴ )*♡
author sayang kalian semua... ٩(๑꒦ິȏ꒦ິ๑)۶