Kata orang, beda antara cinta dan benci itu sangat tipis. Kita bisa begitu mencintai dan sangat mudah berubah menjadi benci, begitu pula sebaliknya.
Begitupun kisah Cinta Arjuna, dimana benci mengalahkan logika. Namun, berubah menjadi cinta yang tidak terkira dan sangat pas rasanya disebut budak Cinta.
Zealia Cinta yang harus menderita dengan mengorbankan hidupnya menikah dengan Gavin Mahendra agar perusahaan yang dirintis oleh Omar Hasan (ayahnya) tetap stabil. Hidupnya semakin kacau saat dia menggugat cerai Gavin dan menjadi kandidat pengganti CEO di perusahaan tempatnya bekerja.
Arjuna Kamil, putra pemilik perusahaan menuduh Zea ada main dengan Papanya. Berusaha mendekati Zea untuk membuktikan dugaannya.
Siapa dan bagaimana rasa benci dan cinta mereka akhirnya berbalik arah? Simak terus kelanjutan kisah Zea, Arjuna dan Gavin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belum Ada Judul
“Juna, kalau bicara itu jangan sembarangan.”
“Bagian mana yang sembarangan,” ujar Arjuna masih menatap wajah Zea. “Aku serius,” ucap Arjuna lagi sambil meraih tangan Zea dan meletakan di dada sebelah kirinya. “Ada sesuatu di sini yang tidak biasa ketika melihatmu atau bersamamu, bahkan amarahku serasa tidak bisa dibendung saat melihat kamu dibawa oleh laki-laki lakn*t itu.”
“Tapi aku ....”
“Aku tidak bisa tawarkan hidup yang berlebihan, kamu tahu sendiri aku ... ya beginilah,” jelas Arjuna. Zea meraih tangannya dari genggaman Arjuna, berusaha mengatur nafas dan debaran jantungnya juga.
Zea bingung untuk merespon apa yang Arjuna sampaikan, karena dia sendiri sepertinya merasa berbeda ketika bersama pria itu. Lebih nyaman dan merasa terlindungi. Namun, dengan kondisi hubungannya dengan Gavin membuat Zea ragu untuk menyambut Zea.
“Diam aja sih, kamu nggak suka dengan apa yang aku katakan.”
“Bukan, bukan begitu. Tapi ....”
“Tidak usah menjadikan alasan perceraian kamu dan Gavin jadi alasan. Aku akan tunggu jandamu,” ujar Arjuna dan meringis karena mendapatkan cubitan dari Zea.
“Aku mau balik ke kantor,” usul Zea yang sudah berdiri.
“Baru juga mau mulai adegan romantis, kita belum sempat kissing. Biasanya setelah pernyataan cinta terus ....”
“Juna,” tegur Zea. “Kamu omes terus dih. Ayo ke kantor, mobil Pak Leo pasti mau dipakai,” ajak Zea sambil menarik tangan Arjuna karena pria itu masih duduk.
“Aku nggak bisa gerak kalau belum dapat moodbooster,” sahut Rangga sambil menepuk pipinya.
“Dasar aneh.” Zea malah meninggalkan Arjuna.
“Hei, Cinta,” panggil Arjuna. “Cinta, kok ngambek sih.”
“Apaan cinta-cinta.”
Arjuna sudah berhasil mensejajari langkah Arjuna. “Nama kamu ‘kan Cinta. Cinta karena Cinta. Mulai sekarang aku akan panggil kamu Cinta.”
“Juna, tolong jaga sikapmu di kantor. Jangan sampai mereka membuat berita miring tentang hubungan kita, paling tidak sampai ....”
“Perceraianmu selesai, setelah itu aku tidak menjamin. Karena aku tidak bisa menahannya."
Arjuna dengan percaya diri mengajak Zea menggunakan mobil Leo. Tentu saja sepanjang perjalanan, Zea terus mengoceh agar Arjuna lebih berhati-hati dengan mobil mewah yang mereka naiki.
“Hati-hati Juna,” pekik Zea saat Arjuna hampir menyerempet motor. “Kalau sampai baret sedikit saja, bisa-bisa kamu puasa sebulan.”
Arjuna hanya tersenyum mendengar keluhan dan kekhawatiran Zea. Akhirnya mobil yang dikemudikan Arjuna sudah terparkir di area VIP khusus petinggi perusahaan. Bahkan Leo ada di lobby saat Zea dan Arjuna tiba.
“Siang Pak,” sapa Zea.
“Hm.”
Leo menatap Arjuna yang mengekor langkah Zea. Tidak ingin terlibat dengan urusan Leo dan Arjuna, Zea memilih bergegas menuju lift.
“Ini yang kamu bilang urusan hidup dan mati,” ejek Leo.
“Yoi mamen,” sahut Arjuna lalu memberikan kunci mobil pada Leo. “Kedepannya gue akan lebih sibuk, sibuk dengan mencintai Cinta.”
“Dasar playboy cap badak,” ejek Leo.
...***l...
“Belum pulang?” tanya Arjuna yang sudah duduk di sofa ruang kerja Zea.
“Belum, ada yang harus aku selesaikan hari ini karena besok aku harus menghadiri sidang,” jelas Zea lalu kembali fokus pada layar komputernya.
Arjuna melihat kemasan coklat yang dia berikan tercecer di bawah meja Zea, artinya wanita itu menyukai dan menikmati pemberiannya.
“Sampai jam berapa? Aku sudah lapar,” keluh Arjuna.
“Pulanglah duluan, aku belum selesai.”
“Ck, mana bisa aku pulang dan membiarkan cinta ku sendirian di sini.”
“Gombal,” ejek Zea.
Semua karyawan di lantai itu sudah pulang, hanya menyisakan Zea dan Arjuna, serta Ucup yang tadi masih di pantry dan saat ini Ucup ikut bergabung ke ruang kerja Zea.
“Ibu Zea, nggak masalah saya tinggal hanya berdua dengan Arjuna?”
“Eh, kampr*t emang gue kenapa kalau hanya berdua dengan Bu Zea.”
“Khawatir kamu macam-macam, nanti Ibu Zea malah takut,” jelas Ucup.
Zea tersenyum melihat perdebatan Ucup dan Arjuna.
“Sudah-sudah, saya nggak masalah kok ditinggal. Sudah hampir rampung nih,” ujar Zea.
Benar saja tidak lama kemudian, Zea membereskan meja kerjanya. Ucup dan Arjuna masih setia menunggu dan ngobrol yang sesekali terbahak karena Arjuna berhasil mengejek Ucup.
“Waduh Bu, ini coklatnya enak banget.”
“Owh, enak ya. Itu pemberian pengagum rahasia saya,” jawab Zea.
“Walah, kalau nanti dia kasih lagi jangan lupa dengan saya ya Bu.”
“Jangan, nanti makan begini lo kena diare. Kaget perut lo, ngerasain makanan mahal,” ejek Arjuna.
“Sudah, aku mau pulang. Kalian masih mau tetap di sini?”
“Ya nggak dong Bu. Istri saya sudah menanti di rumah,” jawab Ucup.
“Eh, ini bawa saja untuk istrinya Mas Ucup.” Zea memberikan dua batang coklat pada Ucup. Tentu saja pria itu sangat senang menerima pemberian Zea dan bergegas pulang.
“Kenapa di kasih Ucup?”
“Kebanyakan kalau untuk aku sendiri, nanti aku sakit gigi. Lagian pake ngasih coklat segala kayak ABG aja.”
Zea dan Arjuna sudah berada di dalam lift, kalau tidak melihat ada CCTV rasanya Arjuna ingin merengkuh tubuh Zea.
“Bawa mobil?” tanya Arjuna.
“Iya.”
“Hati-hati ya, malam ini aku nggak ke tempatmu ada urusan dulu.”
Walaupun sebenarnya Arjuna ingin bersama Zea termasuk menemani cintanya makan malam, tapi dia harus menemui beberapa kepala bagian di perusahaannya untuk membicarakan urusan yang harus ditangani langsung olehnya.
“Siapa juga yang mau nungguin kamu.”
“Ah, suka pura-pura. Jadi tambah gemes, pengen makan kamu.”
Zea tidak merespon dan segera masuk ke dalam mobilnya. Arjuna melambaikan tangannya saat Zea sudah mulai melaju.
Esok Pagi.
Zea tersenyum saat membuka ponselnya, ada pesan cinta dari Arjuna. Benar-benar merasa seperti ABG yang sedang jatuh cinta. Sesuai dengan jadwalnya, hari ini Zea harus menghadiri kembali sidang perceraian dengan Gavin.
Saat ini, Zea sudah tiba di pengadilan Agama menunggu jadwal sidangnya. Gavin terlihat baru saja tiba didampingi pengacaranya. Pengacara Gavin yang memang perempuan, terlihat interaksi mereka tidak biasa. Zea hanya tersenyum sinis, karena tahu mereka bukan hanya terlibat urusan pengadilan tapi ada hal lain dari bahasa tubuh keduanya.
Gavin saat ini sudah berdiri di depan Zea.
“Kamu yakin kita akan lanjutkan ini?”
“Tentu saja,” jawab Zea.
“Semoga kamu tidak menyesal.”
“Tidak akan,” sahut Zea dengan semangat lalu berdiri berhadapan dengan Gavin. “Aku tahu kamu memang brengs*k tapi kalau ditempat umum seperti ini, jangan pamerkan hubungan selingkuhmu dengan pengacara murahan itu,” lirih Zea.
Gavin terkekeh mendengar ucapan Zea.
“Apa kamu cemburu?”
“Tidak, hanya saja miris melihat kelakuanmu. Perempuan itu sudah berkeluarga, apa targetmu sekarang adalah istri orang?”
Percakapan Gavin dan Zea terhenti karena panggilan sidang. Zea juga didampingi pengacaranya tidak perlu menggunakan effort lebih untuk menghadapi persidangan.
Bukti perselingkuhan Gavin tidak dijadikan materi gugatan tapi menjafi kesepakatan agar Gavin tidak memperlama proses persidangan. Tentu saja hal itu ditawarkan Zea agar nama Gavin tetap baik dimata publik.
"Shittt," maki Gavin saat keluar dari ruang sidang. "Zea, kamu akan rasakan sendiri akibatnya karena sudah berani melawanku," ancam Gavin.
"Semakin kesini aku semakin meragukan kalau kamu seorang laki-laki sejati," ejek Zea.
"Kenapa, kamu ingin aku membuktikannya?"
kpn kira2 zea bisa bahagia thor...
angel wes..angel..
piye jun....
bersambung....