Drabia tidak pernah di sentuh suaminya selama menikah. Karena sebelumnya Ansel mendengar gosib tentang dirinya yang pernah tidur dengan pria lain sebelum menikah.
Di saat Ansel akan menceraikannya, Drabia pun meminta satu hal pada Ansel sebagai syarat perceraian. Dan setelah itu jatuhlah talak Ansel.
Apakah yang di minta Drabia?, akan kah Ansel memenuhi permintaan Drabia?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Semua milikmu
Ansel memandangi wajah Drabia yang sudah tertidur di sampingnya. Tadi sore pulang kerja, dia membawa Drabia pulang ke rumahnya. Untuk membina rumah tangga sebagai mana mestinya. Meski Ansel belum tau, apakah dia mencintai Drabia atau tidak. Tapi dia akan berjanji akan memberi gadis itu cinta dan kasih sayangnya.
Ansel tersenyum melihat bibir Drabia terbuka perlahan, terlihat lucu menurut Ansel." Ternyata kamu masih suka tidur dengan mulut terbuka" gumamnya.
Ansel pun menghela napasnya, mengingat tadi Drabia mengatakan kalau belum siap untuk melakukan ibadah suami istri. Drabia masih trauma dengan rasa sakitnya. Entah sampai kapan, Ansel harus sabar menunggu. Dan juga mereka baru berbaikan, mereka butuh waktu untuk saling mendekatkan.
Ansel yang mulai di serang ngantuk pun memejamkan matanya, setelah mengecup kening Drabia.
**
Kevin yang sudah mengetahui Drabia rujuk dengan Ansel, mengeraskan rahangnya.
'Aku sudah mengorbankan rumah tanggaku demi mendapatkanmu Drabia' batin Kevin.
Ia sudah mengincar Drabia sudah lama. Namun dia tidak punya keberanian mendekatinya selama ini. Untuk menjebak Drabia di malam itu, adalah rencana yang sudah di siapkannya matang matang. Dialah dalang di balik penjebakan itu.
'Aaakh! seharusnya malam itu aku benar benar menyentuhnya. Kenapa aku bodoh sekali, menyuruh Sofyan membiusku juga.' Kevin merutuki kebodohannya di dalam hati.
"Sepertinya aku harus menjebaknya lagi" gumam Kevin meniupkan asap rokok dari mulutnya, lalu tersenyum mengingat bagaimana s*ksinya tubuh Drabia saat meliuk liuk di dalam club. Dan tangannya pernah merem*s bok*ng dan gunung kembar Drabia saat mabuk.
Tapi bagaimana caranya?, sedangkan Drabia tidak pernah lagi masuk ke dalam club. Dan Drabia sudah berubah menjadi gadis rumahan.
Seketika mendapatkan ide cemerlang, Senyum Kevin semakin mengembang. Bagaimana pun caranya, dia harus menjadi miliknya.
**
Drabia yang berkutat di dapur refleks mengarahkan pandangannya ke arah Ansel yang baru datang ke dapur. Drabia tersenyum melihat Ansel memakai baju yang di siapkannya.
"Aku membuatkan telur dadar kesukaanmu" ucap Drabia wajahnya berbinar bahagia di pagi itu.
"Semenjak kapan kamu bisa memasak?. Aku gak yakin untuk mencicipinya" ujar Ansel mendudukkan tubuhnya di kursi meja makan, lalu memotong telur dadar di depannya dengan sendok, lalu menyuapkannya ke dalam mulut.
"Aku belajar dari Mama Nimas" Drabia mengerucutkan bibirnya.
Uhuk uhuk uhuk!
Tiba tiba Ansel terbatuk, kaget mengunyah sebiji cabe di dalam telur dadar. Drabia pun dengan sigap meraih gelas dan memberikannya pada Ansel.
"Ayo minum dulu" ucap Drabia.
Ansel segera meminumnya dan menghembuskan napasnya kasar. Lalu memicingkan matanya ke arah Drabia yang tersenyum padanya.
"Kau mengerjaiku lagi?" dengus Ansel. Ternyata sifat jahil istrinya itu belum berubah.
Drabia menggeleng gelengkan kepalanya, dan langsung menjauhi Ansel.
"Awas kamu ya" gemas Ansel merapatkan gigi giginya.
Drabia memeletkan lidahnya lalu berlari dari dapur. Langsung di kejar Ansel ke ruang tamu. Dengan mudah Ansel menangkap tubuh itu. Ia pun mengagkat tubuh Drabia membawanya ke sofa.
Sontak wajah Drabia memucat, apakah Ansel akan memperk*sanya lagi?. Drabia menelan susah sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya. Sepertinya sofa ruang tamu itu sudah menjadi tempat yang angker bagi Drabia.
"Ja- jangan" gugup Drabia ketakutan.
Cup
Ansel mendekap tubuh Drabia ke dalam pelukannya." Aku minta maaf" ucapnya.
Setelah Drabia mulai tenang, Ansel melepas pelukannya. Lalu mengangkat tubuh Drabia kembali ke meja makan untuk sarapan bersama.
Selesai sarapan, Drabia pun mengantar Ansel yang akan berangkat kerja ke depan pintu.
"Aku berangkat kerja dulu. Hati hati di rumah. Nanti aku akan pulang makan siang" pamit Ansel.
"Tapi aku harus bekerja, mungkin siang aku gak di rumah" ucap Drabia.
"Aku sudah menyuruh Lea memecatmu."
"Kenapa?" Drabia mengerucutkan bibirnya.
Cup!
Satu kecupan mendarat di kening Drabia.
"Cukup pekerjaanmu di dapur sama kasur aja" jawab Ansel tersenyum.
"Baiklah" pasrah Drabia.
Ansel pun mengeluarkan dompetnya dari saku celananya, Lalu mengeluarkan semua kartunya memberikannya pada Drabia.
"Ini semua milikmu, peganglah. Cukup kamu nanti memberiku uang bensin dan uang saku untuk jaga jaga" ucap Ansel. Membuat dirinya benar benar miskin.
"Gak perlu Ansel" tolak Drabia tidak enak hati.
"Semua itu milikmu, aku juga bekerja untukmu, untuk masa depan anak anak kita kelak" ucap Ansel lagi." Aku pergi dulu sayang." Ansel mengecup kening Drabia sekali lagi lalu pergi.
"Hati hati!" sahut Drabia sebelum Ansel masuk ke dalam mobil.
"I love you!" balas Ansel mengedipkan sebelah matanya.
Senyum Drabia merekah, setelah Ansel pergi, baru Drabia masuk ke dalam rumah.
Drabia pun mengibukkan diri membereskan rumah. Mulai dari kasur hingga ke dapur. Lumayan melelahkan, tidak ada yang membantu Drabia. Karna Bi Nina sedang cuti dua minggu. Terpaksa deh Drabia yang mengerjakan semuanya.
Usai membereskan pekerjaan rumah, Drabia kembali ke dalam kamar. Untuk memanjakan tubuh gerahnya di kamar mandi.
Setelah selesai mandi, Drabia langsung mengganti pakaiannya. Sebelum memasak untuk makan siang, Drabia harus berbelanja dulu, karna di kulkas bahan makanan sudah habis.
Drabia mengulas senyumnya saat mematut penampilannya di depan kaca. Penampilannya yang menutup aurat, ternyata membuatnya lebih cantik dan anggun. Pantas saja Ansel lebih menyukai wanita berpakain tertutup dari pada terbuka.
Drabia pun berjaji di kesempatan kedua ini, untuk lebih memperbaiki diri dan memantaskan diri untuk menjadi istri idaman Ansel.Drabia berpikir, di antara mereka, bukan hanya Ansel yang bersalah, tapi dirinya juga.
Seandainya saja dari dulu Drabia merubah penampilannya, mungkin Ansel juga akan menyukainya dari dulu. Tapi malah Drabia selalu melakukan hal yang tidak di sukai pria itu.
Puas memandangi dirinya di depan kaca. Drabia pun keluar dari dalam kamar, turun ke lantai bawah rumah itu. Tak lupa Drabia mengunci pintunya sebelum meninggalkan rumah itu, lalu masuk ke dalam mobilnya.
"Awasi wanita itu kemana pun dia pergi. Jangan sampai ketahuan" ucap seorang pria di dalam telepon.
Pria yang duduk di atas motornyanya pun mematuhi perintah bosnya.
"Baik, Bos"
Setelah mematikan sambungan teleponnya, pria yang menyamar sebagai pengumpul barang barang bekas itu pun melajukan motornya mengikuti kemana arah mobil Drabia melaju.
**
Ansel yang sibuk bekerja dari pagi, mematikan laptopnya lalu menutupnya setelah melihat jam di tangannya sudah menunjukkam jam istirahat siang. Ansel bergegas keluar dari ruangannya untuk pulang makan siang ke rumah. Yang kebetulan jarak rumah dari perusahaan sangat dekat. Hanya butuh lima menit berkendara.
"Kamu mau kemana?"
Suara bariton itu berhasil menghentikan langkah Ansel.
"Pulang Yah!" jawab Ansel ternyata si pemilik suara adalah sang mertua.
Pak Ilham pun diam dan melanjutkan langkahnya menuju musola perusahaan itu.
"Mertua aneh" gumam Ansel melanjutkan langkahnya masuk ke dalam lif untuk turun ke lantai bawah.
Ansel yang sudah berada di dalam mobil, perlahan melajukan kenderaannya menuju rumah. Tak butuh waktu lama, kini Ansel sudah memarkirkan mobilnya di halaman rumah dan langsung turun.
"Assalamu alaikum Drabia!" seru Ansel membuka pintu rumahnya dan langsung masuk. Namun tidak ada sahutan dari dalam rumah.
"Kemana dia?" gumam Ansel melangkahkan kakinya ke arah dapur.
Dapur terlihat berantakan, Drabia belum siap memasak, tapi kemana orangnya?. Ansel pun melangkahkan kakinya ke arah tangga rumah itu, mungkin Drabia berada di kamar, pikir Ansel.
Sampai di depan pintu kamar, Ansel mendengar suara Drabia berteriak samar samar dari dalam kamar.
Buarr !
"Drabia !!!" hardik Ansel menggema.
*Bersambung