Jingga membenci kakaknya yang sudah berada di surga.
Kakak perempuannya itu sudah tiada sebelum Jingga lahir.
Membencinya adalah satu-satunya cara Jingga untuk menghadapi ibunya. Dia sering membandingkan dan mengira dirinya adalah mendiang kakaknya, Biru.
Jingga juga membenci Bagus dan Nadine, mereka adalah pacar dan sahabatnya yang tega mengkhianatinya.
Orang yang bisa mengerti Jingga hanyalah ayahnya, tapi dia jarang di rumah.
Sebenarnya masih ada satu orang lagi, meski terkadang menyebalkan, tapi sikapnya begitu baik dan pengertian terhadap Jingga. Dia adalah Langit.
Jingga butuh dukungan dari Langit, tapi Langit adalah mantan pacar mendiang kakaknya.
Langit jauh lebih tua darinya!
Tapi, daripada punya pacar seumuran yang mengkhianatinya, lebih baik punya pacar tua. Bukan?
Temui kisahnya hanya ada di Langit Jingga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit perut lagi
Setelah selesai makan, Langit pun segera membawa Jingga ke Apartment nya. Langit berfikir, bila Jingga sudah makan akan kembali aktif lagi seperti sebelumnya. Namun ternyata dugaan nya salah, masa aktif nya hanya ketika makan saja. Dan kini, gadis itu bahkan sudah tertidur dengan begitu nyenyak di dalam mobil, membuat Langit hanya bisa menghela nafas nya dengan kasar.
'Bodoh, gila! Sepertinya aku memang kurang kerjaan sampai mau bawa bocah rusuh pulang ke apartment ku!' umpat Langit berdecak kesal.
Setelah beberapa saat, kini mobil Langit sudah sampai di basement apartment nya.
"Jingga, bangun!" Langit mengguncang tubuh Jingga dengan pelan, namun tubuh nya malah semakin meringkuk.
Lagi-lagi langit hanya bisa menghela nafas dengan kasar, setelah beberapa kali ia mencoba untuk membangunkan Jingga, namun Gadis itu masih tak berkutik sedikitpun. Hingga akhirnya dengan terpaksa langit pun memilih untuk menggendong tubuh Jingga menuju kamar apartment nya.
"Sungguh merepotkan, ck!" gumam langit berdetak ketika setelah meletakkan jingga di atas tempat tidur.
Langit pun langsung menutup tubuh Jingga dengan selimut karena rok yang Jingga kenakan begitu pendek ketika sedang dalam posisi tidur. tak ingin berlama-lama berada di sana langit pun segera bergegas untuk keluar dan menuju kamar di sebelah.
Namun Baru beberapa langkah ia hendak keluar tiba-tiba ia mendengar suara lenguhan dari Jingga yang memanggil namanya.
"Om," Panggil Jingga lirih.
"Ada apa lagi sih!" serunya dengan kesal.
"Om perut Jingga sakit," rengek nya persis seperti anak kecil.
"Sakit kenapa lagi? Laper? jangan ngaco! Kamu tadi sudah makan tiga porsi sate, jangan bilang kamu masih laper!"
"Bukan laper!" keluh Jingga sedikit kesal, "Om... "
"Apalagi Jingga! cepat katakan? aku lelah dan ingin tidur!"
"Om punya pembalut gak?" tanya nya menggigit bibir bawah.
"Menurutmu, untuk apa aku mempunyai barang seperti itu?" seru Langit menggelengkan kepala nya begitu kesal, "Kau pikir aku laki laki apaan hah!"
"Iks om. jangan marah marah kenapa sih. Jingga kan cuma nanya, kali aja Om punya," lirih Jingga, "Kayaknya ini Jingga keluar deh Om sakit banget. Om." Keluh Jingga merintih sambil memeluk kaki nya.
"Kenapa kamu gak bilang dari tadi kalau datang bulan? Kita bisa mampir supermarket untuk membeli nya!" geram Langit menahan emosi.
"Sekarang juga om bisa kok beli ke supermarket 24 jam. Daripada sprei om jadi—" kata Jingga memanyunkan bibir nya.
"Cukup hentikan!" potong Langit dengan cepat.
Dengan terpaksa, akhirnya Langit kembali menyambar kunci mobil nya yang sudah ia letakkan di meja dan bergegas keluar apartment lagi.
Sementara itu, Jingga yang melihat Langit pergi, juga ikut menghela nafas berat. Ia berusaha bangkit dari tempat tidur dan segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri akibat menstruasi nya yang datang dadakan.
"Kau datang di waktu yang sangat tidak tepat," keluh Jingga sedikit kesal. Karena setiap kali Jingga datang bulan, maka dirinya akan merasakan sakit yang luar biasa pada bagian perut serta pinggang nya. Dan biasanya yang merawat nya ketika datang bulan adalah ayah Faris.
Dengan telaten yang penuh perhatian, ayah Faris pasti akan membantu mengusap pinggang Jingga hingga membuatnya tertidur. Dan kini, ayah nya sedang mengantarkan bunda terapi ke dokter Gunawan yang berada di luar kota. Maka dari itu, Jingga enggan pulang ke rumah, dan ia juga sudah mengatakan kepada sang ayah bahwa akan menginap di kosan Nadin.