NovelToon NovelToon
Pembalasan Anak Korban Pelakor

Pembalasan Anak Korban Pelakor

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Cerai / Keluarga / Balas dendam pengganti / Balas Dendam
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Tiga Dara

"Aku akan menghancurkan semua yang dia hancurkan hari ini."
Begitulah sumpah yang terucap dari bibir Primordia, yang biasa dipanggil Prima, di depan makam ibunya. Prima siang itu, ditengah hujan lebat menangis bersimpuh di depan gundukan tanah yang masih merah, tempat pembaringan terakhir ibunya, Asri Amarta, yang meninggal terkena serangan jantung. Betapa tidak, rumah tangga yang sudah ia bangun lebih dari 17 tahun harus hancur gara-gara perempuan ambisius, yang tak hanya merebut ayahnya dari tangan ibunya, tetapi juga mengambil seluruh aset yang mereka miliki.
Prima, dengan kebencian yang bergemuruh di dalam dadanya, bertekad menguatkan diri untuk bangkit dan membalaskan dendamnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiga Dara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keluarga Bahagia Primordia

15 TAHUN YANG LALU

Prima kecil menggeliat di atas pembaringan, dua orang pengasuhnya bergantian membangunkannya sembari membuka jendela dan membereskan kamar tidurnya yang bernuansa hello kitty.

"Nona Primor, ayo bangun. Sudah waktunya sekolah."

Prima kembali menggeliat, dengan malas ia berusaha untuk membuka matanya. Tuan putri kecil yang manja ini memang harus selalu dibangunkan setiap pagi. Dan dua pengasuh yang sudah mengurusnya sejak kecil akan dengan setia membangunkan Primordia. Mereka adalah Asih dan Ratna.

"Ayo non kita, bangun. Mandi. Mama sama Papa non Primor sudah menunggu di meja makan"

Masih mendekati Prima dan membuka pelan selimut yang menutupi tubuh.

"Sebentar lagi bi Asih. Prima masih ngantuk."

"Papa Non kan pagi ini mau terbang ke Swiss, Non tidak mau sarapan sama papa?"

Seketika ngantuk Prima hilang. Hampir saja ia lupa kalau semalam ia sudah berjanji akan menemani ayah dan ibunya sarapan sebelum mereka terbang ke Swiss untuk urusan bisnisnya.

"Pqpa sudah menunggu di meja makan?"

Asih mengangguk dan tersenyum. Kedua pengasuhnya tahu bahwa Prima memang sangat dekat dengan ayahnya. Tuan Pramudya, ayah dari Primordia adalah seorang pebisnis yang sangat sibuk, beliau memiliki banyak perusahaan kolega di berbagai negara. Dalam satu minggu pasti selalu ada jadwal ya untuk gerbang ke luar negeri 2 sampai 3 hari. Seperti hari ini Tuan Pram akan terbang ke Swiss untuk beberapa hari bersama istrinya Nyonya Anita.

"Ayo, bi Ratna sudah siapkan air hangat. Segera mandi ya non."

"Bi Asih akan siapkan baju seragam yang non Prima pakai hari ini ya?"

Prima mengangguk girang, iya bergegas turun dari kasur dan berlari kecil ke kamar mandi di dalam kamarnya. Prima masih duduk di kelas 5 SD di sebuah sekolah internasional yang berada tak jauh dari komplek rumahnya. Namun jika sudah berurusan dengan ayah dan ibunya, Prima akan bertingkah seorang balita yang akan sangat manja.

"Pagi mama, pagi Papa."

Prima menuruni tangga dari lantai 2 menuju ruang makan dengan berlari-lari kecil. disambut senyum kedua orang tuanya Prima duduk di samping ibunya. Di meja makan sudah tersaji aneka hidangan untuk sarapan keluarga kecil ini. Meja makan berbahan marmer yang dihiasi dengan vas bunga kristal serta tempat lilin yang megah terasa penuh oleh berbagai sajian pagi itu.

"Selamat pagi anak Papa, gimana tidurnya tadi malam?"

"Prima tidur nyenyak papa. Papa hari ini terbang ke Swiss ya? Mama ikut?"

"Iya hari ini Papa pergi ke Swiss, tapi kali ini mama tidak ikut. Jadi kamu ada temannya di rumah."

"Hore..."

Prima bersorak girang. Sementara di sebelahnya, Nyonya Anita justru tampak murung. Iya belum terbiasa melepaskan suaminya pergi sendiri dalam perjalanan bisnisnya ke luar negeri.

"Mama kenapa nggak jadi ikut?"

"Mama,"

"Mamamu memang papa yang minta untuk tetap tinggal di rumah, menemani kamu. Kamu kan sudah semakin besar. Papa tidak tega kalau kamu harus sering ditinggal. Jadi lebih baik kalau salah satu di antara mama sama papa ada di rumah menemani kamu."

Tuan Pram memotong bicara istrinya, menjelaskan sambil mengunyah makanannya, sementara Nyonya Anita hanya tersenyum, lantas menunduk sambil menyuapkan satu sendok makanan ke mulutnya.

"Kalau gitu, mulai hari ini Mama bakal sering ada di rumah?"

"Apa kamu senang kalau mama ada di rumah?"

"Tentu Mama, Prima senang sekali kalau ada Mama di rumah. Apalagi kalau mama sama papa semuanya ada di rumah."

Nyonya Anita tersenyum, membelai lembut rambut putri semata wayangnya. Mungkin keputusan suaminya untuk melarangnya ikut dalam perjalanan kali ini adalah keputusan yang benar, batin Nyonya Anita.

Iya dan suaminya sudah menghabiskan bertahun-tahun waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk menemani perkembangan putri mereka Primordia, untuk perjalanan bisnis ke luar negeri. Tuan Pram adalah seorang eksportir berbagai furniture yang cukup disegani dan diperhitungkan di dunia bisnis furniture dunia. Sementara Nyonya Anita istrinya, adalah seorang desainer interior yang juga menjadi desainer bagi furniture yang diproduksi oleh perusahaan Tuan Pram.

Usaha yang mereka bangun bersama ini membuat keduanya menjadi orang tua yang sangat sibuk dan jarang berada di rumah. Mungkin sudah waktunya Nyonya Anita memusatkan perhatian kepada putrinya yang sudah beranjak remaja.

"Papa berapa hari di Swiss?"

"Kali ini papa pergi agak lama, Mungkin sekitar 10 hari sampai 2 minggu."

"Wah, lama sekali apa kami boleh menyusul?"

"Tentu sayang, kalian boleh menyusul papa dua hari sebelum pekerjaan Papa selesai. Ma, kabari papa kalau mau nyusul ke sana. Papa aka siapkan tiketnya."

Anita mengangguk, senyum samar terlihat disana.

"Ayo selesaikan sarapanmu, papa akan mengantarmu ke sekolah."

"Papa ntar terima ke sekolah?"

"Ya tentu saja, ayo habiskan sarapanmu,nanti berangkat sama papa."

"Hore...."

Prima bersorak gembira, dengan semangat ia menghabiskan sarapannya tanpa sisa.

"Nanti pulang sekolah, bolehkah Prima minta Mama yang menjemput dari sekolah?"

"Iya nak, nanti mama yang akan jemput."

"Hore...."

Kembali Prima bersorak. Hari ini sepertinya ia diliputi dengan kebahagiaan bertubi-tubi. Jarang sekali Prima mengalami hal membahagiakan seperti ini. Diantar sekolah oleh Tuan Pram ayahnya, dan dijemput oleh Nyonya Anita ibunya, adalah suatu hal yang sangat langka. Biasanya ia harus puas diantar jemput oleh sopir pribadinya Pak Yusuf.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!