Apa jadinya, ketika hubungan rumah tangga jauh dari rasa saling memperhatikan? Apakah Laras akan mampu terus menahan jeritan-jeritan batin-nya yang selama ini ia pendam?
Simak keseruan konflik etika yang terjadi dirumah tangga Laras! Jangan lupa dukung karya baru ini, ya. See you~
Update: Setiap hari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imen Firewood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Titik Balik Awal
Ketika Andi dan Dina sudah tiba di rumah mereka. Dina langsung berlari ketika melihat sang Ibu yang sudah menunggu kepulangan mereka. Sambil teriak, lalu berlari kecil.
"Ibuu .. Aku pulang~!" -Dina
Dina langsung mendapat pelukan hangat sang Ibu. Mendapat cium*n kasih sayang karena sudah menjadi anak yang pintar. Andi menyaksikan kemesraan mereka. Sebelum akhirnya, Laras berjalan untuk mecium tangan suaminya.
"Terimakasih, yaa .. Sudah membelikan-ku bubur tadi siang .." -Laras
Kalimat itu keluar ketika Laras ingin memastikan-nya dengan penuh kepercayaan diri. Namun Andi, ia merasa terlalu malu untuk jujur kepada Laras. Entah apa yang jadi penyebabnya, ia menyembunyikan dan ingin Laras tidak tahu bubur itu dari siapa.
"Bubur? .." -Andi
Setelah diam beberapa detik dan memalingkan wajahnya, Andi kembali menatap Laras. Menjawab pertanyaan itu, lalu bergegas meninggalkan Laras yang masih berdiri.
"Aku tidak membeli bubur hari ini." -Andi
Deg!
Perasaan Laras kembali ter-tekan. Membentur sesuatu yang membuatnya diam tidak lagi ingin membahas perihal ini. Ketika Andi sudah pergi melewatinya, Laras berkata pelan. Suaranya mengikuti Andi yang baru berjalan beberapa langkah.
"Oh. Aku kira .." -Laras
Tiba-tiba, Dina berkata dengan penuh keriangan dan perasaannya yang bahagia karena telah di belikan ayam goreng oleh Ayah-nya.
"Ibu .. Ayah membelikan aku ayam goreng! Mau makan bersama?" -Dina
Laras mengangguk. Tersenyum kepada Dina sebelum mereka pergi ke meja makan. Selama menyiapkan keperluan Dina untuk menyantap ayam goreng itu, pikiran Laras tidak bisa lepas dari siapa yang telah memberikannya bubur siang tadi. Walau sebenarnya itu Mas Andi yang membelinya, Laras tapi merasa bingung setelah mendengar ucapannya tadi.
Hingga, dalam hati Laras bergumam sendiri.
"Jelas-jelas, kurir itu mengatakan pesanan itu atas nama Andi .. Apa aku salah baca? Atau kurir itu salah alamat?" -Laras
Keesokan harinya ..
Setelah melewati proses yang memakan waktu berbulan-bulan. Akhirnya acara perusahaan Aoin yang bekerja sama dengan salah satu hotel mewah terkini berjalan sukses tanpa halangan.
Beberapa produk yang menjadi jargon dari perusahaan juga terlihat banyak di minati para pengunjung-pengunjung hotel tersebut.
Beberapa karyawan dari pusat atau cabang Aoin juga hadir untuk melihat jalannya proses pemasaran hari ini. Termasuk Laras dan Riko berada di sana.
Laras menuai pujian dari Bos perusahaan karena memiliki gagasan konsep ide yang menarik bagi investor. Kini, perusahaan tempat Laras bekerja sedang mendapat perhatian dari publik dan media. Khususnya media-media yang meliput tentang desain sampai seni.
Ketika Laras keluar dari ruangan besar tempat acara itu berlangsung. Laras tidak sengaja bertemu Bos perusahaan di lantai atas.
"Terimakasih Laras .. Berkat-mu, perusahaan kita menuai banyak pujian dan mendapat eksposur yang besar akan hal ini. Saya senang!" -Bos
Laras tertunduk malu. Karena, semua ini terjadi bukan semata-mata kerja keras ia. Ini adalah hasil dari semangat-semangat karyawan Aoin yang kompeten dalam bekerja.
"Bapak terlalu memuji saya. Tanpa tim yang saja pegang .. Saya tidak bisa melakukan apa-apa." -Laras
Bos itu tertawa karena merasakan kebahagian yang amat senang. Bos tersenyum dan memuji Laras kembali sebelum benar-benar pergi.
"Tetap saja hari ini, kamu bintangnya! .. Haha, saya pergi dulu." -Bos
"Ba-baik Pak!" -Laras
Ketika sudah di tinggal pergi Bos perusahaan, Laras juga sebenarnya tidak menyangka. Bahwa acara ini akan berjalan sukses dan mendapat banyak perhatian seperti sekarang. Tiba-tiba saja, Laras sekarang ingin pergi ke toilet.
Setelah Laras telah selesai dengan urusan toiletnya, ia berjalan melewati lorong. Lorong yang menuju ke ruang besar lobby utama hotel megah itu. Selama di dalam lorong itu, Laras bisa melihat di bawahnya terdapat barisan mobil yang sedang melaju. Karena lorong itu terbuat dari kaca.
Ketika Laras sedang berjalan. Tiba-tiba mata Laras terpaku. Melihat seorang pria yang sedang berdiri dengan jarak yang cukup jauh darinya. Entah kenapa, setelah Laras berusaha ingin melupakan Riko. Pertemuan seperti ini selalu saja terjadi.
Mereka berdua sama-sama diam. Tidak bergerak dan hanya memandang satu sama lain dengan perasaan Laras yang tiba-tiba ikut membisu.
"Riko?"
Suara itu pelan. Hampir samar terlepas dengan sendirinya dari mulut Laras. Riko yang tidak bisa menghubungi Laras semenjak kejadian malam itu, merasa semakin bersalah karena Laras terlihat menjaga jarak dengannya.
Kini mereka berdua berjalan perlahan bersama. Hingga beberapa langkah mereka, membuat jarak itu semakin dekat. Tatapan Riko tidak pernah lepas memandang Laras yang kini terlihat mulai gugup. Merasa tidak enak karena tiba-tiba memblokir nomor Riko.
"Aku minta maaf." -Riko
Mendengar kalimat itu. Laras menundukan wajahnya. Mencari hal lain seperti melihat antrian mobil yang sedang berbaris di bawah lorong tempat mereka kini bertemu. Karena, Laras sendiri tidak yakin. Bisa menahan perasaannya lagi atau tidak. Karena rasa suka terhadap Riko, itu tetap ada. Walau hanya beberapa persen.
Karena Laras tidak kunjung menjawab dan enggan menatap Riko. Ia memegang kedua tangan Laras. Mengucapkan kalimat maaf lagi agar membuat Laras yakin untuk menerima permintaan maafnya.
"Maaf Laras .." -Riko
Laras yang kaget karena Riko tiba-tiba memegang kedua tangannya. Sontak menatap Riko. Lalu membuang pandangannya lagi ke bawah dan kesamping. Laras melepaskan pegangan itu seraya berusaha tersenyum kepada Riko. Ia kini merasa canggung dan malu.
Laras memberikan senyumnya yang manis dan mengangguk. Berusaha agar Riko paham bahwa ia telah memaafkannya.
Angin di dalam lorong itu tiba-tiba hadir. Memenuhi seluruh panjang jembatan isinya untuk memberitahu langit. Tentang masa depan yang seperti apa, ketika hubungan terlarang mereka ini jika berlanjut.
Malam hari.
Setelah melewati beberapa hari kedepan sejak pertemuan Laras dan Riko waktu itu. Kini Laras sudah berada di dalam kamarnya. Melihat Mas Andi yang sudah tertidur pulas di sampingnya.
Sambil memainkan ponselnya, Laras sebelumnya sudah kembali membuka blokiran nomor Riko. Dan beberapa saat kemudian, pesan itu muncul. Pesan yang membuat Laras merasa berga*rah kembali.
"Apakah kita bisa bertemu?" -Riko
Bersambung ..
