NovelToon NovelToon
Transmigrasi Menjadi Gundik

Transmigrasi Menjadi Gundik

Status: sedang berlangsung
Genre:Era Kolonial / Time Travel / Fantasi Wanita
Popularitas:10.5k
Nilai: 5
Nama Author: indah yuni rahayu

Kembali hidup setelah dirinya mati terbunuh. Itulah yang dialami gadis jenius bisnis bernama Galuh Permatasari. Ia bertransmigrasi ke era kolonial menjadi seorang gundik dari menheer tua bernama Edwin De Groot. Di era ini Galuh bertubuh gendut dan perangainya buruk jauh dari Galuh yang asli.

Galuh memahami keadaan sekitarnya yang jauh dari kata baik, orang - orang miskin dan banyak anak kelaparan. Untuk itu ia bertekad dengan jiwa bisnisnya yang membludak untuk mengentaskan mereka dari keterpurukan. Memanfaatkan statusnya yang sebagai Gundik.

Disaat karirnya berkembang, datanglah pemuda tampan yang tidak lain adalah anak dari menheer tua bernama Edward De Groot. Kedatangannya yang sekedar berkunjung dan pada akhirnya jatuh cinta dengan gundik sang ayah.

Lantas, bagaimana kisah kelanjutannya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penyerangan

"Nyai, aku bersamamu!" seru Kasminah yang sudah menunggu di luar pintu.

"Kasminah, aku bisa pergi sendiri. Kamu beristirahat saja di kamar." Nyai Galuh tersenyum melihat Kasminah yang sudah menunggu dengan lampu minyak di tangan.

"Tidak apa-apa, Nyai. Lebih baik saya mengantar. Malam ini agak gelap," jawab Kasminah sambil tersenyum. Nyai Galuh hanya tersenyum dan mengangguk, merasa bersyukur memiliki Kasminah yang setia.

"Terimakasih Kasminah, maaf merepotkan mu." kata Nyai Galuh dengan lembut. Lalu, Kasminah berjalan di sampingnya.

Nyai Galuh tidak tenang jika terus berdiam diri dan tidak melakukan apa pun, mumpung malam belum terlalu larut, ia ingin bertemu Sarinah.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di rumah Sukri.

"Sarinah, ini aku nyai Galuh!" seru Nyai Galuh sembari mengetuk pintu.

"Iya !" Seru Sarinah dari balik pintu rumahnya.

"Silakan masuk, Nyai!" kata Sarinah sambil membuka pintu dengan senyum. Nyai Galuh tersenyum dan mengangguk sebagai tanda terima kasih sebelum memasuki rumah Sarinah.

"Maaf mengganggu mu Sarinah. Aku hanya ingin memberikan ini padamu," kata Nyai Galuh sambil menyerahkan bungkusan kecil.

Sarinah menerima bungkusan itu dengan penasaran. "Apa ini, Nyai ?" Sarinah menggiring mereka untuk duduk.

"Sedikit rezeki untuk kebutuhanmu dan Sri. Sarinah menerima bungkusan berupa uang sebesar 5 gulden.

"Banyak sekali, Nyai !" Sarinah berseru.

"Tidak apa, apa kalian sudah makan ?" tanya Nyai Galuh dengan penuh perhatian.

Sarinah menggelengkan kepala. "Belum, Nyai. Tapi tidak apa-apa. Kami sudah terbiasa," jawab Sarinah dengan suara lembut.

Nyai Galuh mengangguk dan meletakkan bungkusan makanan di atas meja. "Makanlah dulu, Sarinah. Aku tidak ingin kamu dan Sri kelaparan," kata Nyai Galuh dengan hangat. Nyai Galuh sengaja menyisakan bagian makan malam nya tadi dan membungkusnya dengan rapi dan menyembunyikan dari semua orang.

Sri memanggil ibunya dari dalam kamar, "Ibu..."

Sarinah langsung menyambut panggilan Sri dengan senyum. "Sri, Ibu ada di sini. Tunggu sebentar, ya," jawab Sarinah sambil berdiri dan menuju ke arah Sri.

Nyai Galuh tersenyum melihat interaksi antara Sarinah dan Sri. "Ajak Sri kemari," kata Nyai Galuh dengan lembut.

Sarinah mengangguk dan masuk ke dalam rumah untuk menemani Sri. Tak lama kemudian kembali dengan Sri.

Mata anak itu langsung berbinar melihat makanan yang diperlihatkan ibunya. "Wah, Ibu, makanan apa itu? Sri lapar sekali!" kata Sri dengan suara ceria.

Sarinah tersenyum dan menuntun Sri untuk duduk. "Makanlah, Sri. Ini Nyai Galuh yang bawakan," kata Sarinah sambil membimbing Sri makan. Sri langsung menghabiskan makanannya dengan lahapnya, sementara Sarinah memperhatikan dengan senyum bahagia.

Setelah melihat dan memastikan keadaan Sri, Nyai Galuh hendak permisi pulang.

"Terima kasih banyak, Nyai Galuh. Bantuan Nyai sangat berarti bagi kami," kata Sarinah dengan tulus. Sri yang sudah selesai makan juga mengucapkan terima kasih, "Terima kasih, Nyai Galuh."

Nyai Galuh tersenyum hangat dan membalas, "Sama-sama, Sarinah. Jaga kesehatan kalian, ya. Aku pamit dulu." Dengan senyum, Nyai Galuh berpamitan dan meninggalkan rumah Sarinah.

Nyai Galuh berjalan beriringan dengan Kasminah melewati jalanan yang gelap dan sunyi. Bulan sabit di langit hanya memberikan sedikit cahaya, membuat bayangan pepohonan di sekitarnya tampak bergerak-gerak. Meskipun merasa sedikit takut, Nyai Galuh dan Kasminah terus berjalan dengan langkah tegap, fokus pada langkah kakinya agar tidak tersandung. Tiba-tiba, ia mendengar suara langkah kaki di belakangnya...

Nyai Galuh berhenti melangkah dan menoleh ke belakang, mencoba melihat siapa yang ada di sana. "Siapa?" tanya Nyai Galuh dengan suara tegas, meskipun sedikit getar. Langkah kaki di belakangnya berhenti sejenak.

"Siapa di sana !"

Tidak ada jawaban, tapi langkah kaki itu semakin dekat dan lebih jelas terdengar. Nyai Galuh merasa jantungnya berdegup kencang, dia mencoba untuk berjalan lebih cepat, tapi langkah kakinya terasa berat. Tiba-tiba, sebuah tangan kasar menutup mulutnya dari belakang, sementara tangan lainnya menariknya ke dalam kegelapan. Nyai Galuh mencoba untuk berontak dan melepaskan diri, tapi cengkeraman orang itu terlalu kuat...

Kasminah yang menyadari hal itu langsung berteriak. "Tolong! Tolong!" Ia melihat Nyai Galuh ditarik ke dalam kegelapan.

"Kamu hanya seorang Nyai, tapi tingkahmu seperti seorang pejabat. Rasakan ini !"

Nyai Galuh terhuyung-huyung dan jatuh ke tanah setelah menerima pukulan keras dari salah satu pelaku.

Suara teriakan Kasminah menggema di jalan yang sunyi, membuat para pelaku kejahatan terkejut dan melarikan diri.

Kasminah berteriak melihatnya dan berlari menghampiri Nyai Galuh dengan panik. "Nyai! Nyai Galuh!" teriak Kasminah, sambil membantu Nyai Galuh duduk dan memeriksa lukanya.

Nyai Galuh memegang kepalanya yang sakit dan mencoba untuk mengingat apa yang terjadi. "Kas...minah...," gumam Nyai Galuh dengan suara lemah.

Kasminah memeluk Nyai Galuh erat-erat, "Jangan bergerak, Nyai. Saya akan pergi mencari bantuan!"

Kasminah berlari mencari bantuan dan kebetulan bertemu dengan Edward yang sedang mencari Nyai Galuh. "Tuan Edward! Tolong! Nyai Galuh diserang!" teriak Kasminah dengan panik.

Pada saat itu, Edward sedang tidak fokus di dalam kamarnya dan ingin mencari udara segar dan menyadari nyai Galuh yang tadinya pamit pergi belum juga kembali.

Edward langsung berlari menuju lokasi Nyai Galuh bersama Kasminah. Ketika mereka tiba, Edward melihat Nyai Galuh yang masih memegang kepalanya dan terlihat pucat. "Nyai Galuh! Apa yang terjadi?" tanya Edward dengan khawatir, sambil membantu Kasminah menopang Nyai Galuh.

Kasminah menjelaskan apa yang terjadi, dan Edward langsung memerintahkan Kasminah untuk membantu Nyai Galuh sementara dia pergi mencari pelaku penyerangan.

Karena keadaan malam yang gelap gulita, Edward kesulitan mencari mereka. Edward menghampiri nyai Galuh dan Kasminah.

Nyai Galuh memandang ke arah Edward dengan mata yang masih sayu karena sakit, tapi ada api dalam matanya. "Van der Meer," gumamnya dengan suara yang penuh kebencian.

Edward memandang Nyai Galuh dengan serius, "Apa yang kamu maksudkan, Nyai?"

Nyai Galuh mengangguk lemah, "Aku yakin dia yang berada di balik semua ini. Aku sudah tahu apa yang dia inginkan."

Edward mengertakkan gigi, "Van Der Meer, siapa dia dan berani sekali menyerang wanita ?"

Kasminah yang masih menopang Nyai Galuh, " Tuan Edward, kita harus membawa Nyai Galuh pulang."

Edward mengangguk, "Baik, aku akan membawanya." Lalu, Edward dengan hati-hati mengangkat Nyai Galuh ke dalam pelukannya. "Tahan dirimu, Nyai," katanya lembut.

"Kita harus berhati-hati, Tuan," kata Kasminah, mata tetap memandang sekitar. Edward mengangguk singkat, terus bergerak menuju rumah Nyai Galuh.

Cahaya lembut dari lampu minyak yang dibawa Kasminah menerangi jalan mereka, menciptakan bayangan-bayangan yang menari-nari. Suasana menjadi semakin intim dengan langkah Edward yang perlahan dan hati-hati saat membawa Nyai Galuh, sementara Kasminah berjalan di samping mereka dengan lampu minyak di tangan, memastikan jalan tetap terang. Suara langkah kaki dan nyala lampu minyak menjadi satu-satunya suara yang terdengar dalam keheningan malam itu.

1
Yusni
akhitnya ditangkap jg si semir hahHhhhaaaaa
Yusni
uda ngk sabar ne liat aksi galuh .. secara galuh dr dunia modern
Kam1la: oke, kakak mau imajinasi aksi nyai Galuh yang bagaimana ini ?
total 1 replies
Kam1la
iya. sabar ya Kak....
Yusni
lama bgt ne gebrakan nyai galuh.secara nyai kanndr dunua modern
Yusni
keren nyai
Yusni
mengerikan jmn belanda dulu ...semoga galuh bisa membantu kaum pribumj
Yusni
kapok edwin...hhhrhrhf
Yusni
menunggu aksi galuh yg bikin org melonggo..buat galuh jg nelayani sii edwin thor
Yusni
mgk galuh akan bukin kejutan lainnya
Kam1la
terima kasih, tolong dukungan nya...😍
Yusni
jg smpe ngk tamat thor..asliiii ceritanya kerennnnnnn
Yusni
tambah apik ceritanya
Yusni
suka cerita seperi ini....semangat thor
Yusni
keren ceitanya tpi kok sepi yg baca ...
Yusni
mampir baca semoga semakin menarik
Kam1la
selamat datang reader, semoga terhibur dengan cerita tentang nyai Galuh. sekian lama up, belum ada komentar nih dari kalian. Yuk, dukung terus author tercinta ini dengan memberi like, subscriber, hadiah dan yang paling ditunggu komentar kalian.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!