Aluna seorang gadis bercadar terpaksa harus menikah dengan ketua geng motor atas wasiat dari mendiang ayahnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izza naimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
" Aku harap juga begitu Al"
" Lo kenal dekat sama jayden? "
Anisa mengangguk pelan.
keluargaku dan keluarganya sangat dekat. karena orang tuaku telah meninggal, orang tua jayden mengangkatku sebagai putrinya" balas Anisa.
ya, itu memang benar. Orang tua jayden Memang mengangkatnya sebagai putri dalam tanda kutip, menantu. tapi Anisa tak akan menjelaskannya secara rinci. biarlah dari lidah jayden sendiri yang mengatakannya.
" oh, pantes gue lihat jayden perhatian banget sama lo. kalian kayak punya ikatan batin gitu. BTW Lo sudah punya pacar belum?"
" Astaghfirullahaladzim dosa!"
" Hehehe, siapa tahu cewek kayak lo bisa khilaf" Altaf sambil terkekeh.
" apaan, sih!
Ceklek!
Radit keluar dari ruangan IGD dengan wajah sendu. Anisa dan Althaf kemudian mendekati Radit di sana.
" Ada apa Dit?" katanya Altaf dengan raut wajah serius. Begitu juga dengan Anisa.
" jayden harus dipindahkan ke ruangan ICU"
" what? kok bisa? lukanya parah banget?" tanya Altaf.
Radit mengangguk pelan.
" Dokter bilang jahitan bagian dalam yang ada di perut jayden terbuka. Dan luka jayden semakin lebar karena kerasnya pukulan yang dilayangkan Rio. dokter langsung mengambil tindakan operasi. jayden.. kritis. dia belum ciuman. dia harus segera dipindahkan ke ruangan ICU. kata dokter di sana peralatan sangat lengkap" jelas Radit.
Anisa tercengang. dadanya seperti dihantam batu besar bertonton.
" ya Allah.." lirih Anisa cemas.
seketika kaki Anisa terasa tak bertulang. subuh Anisa ambruk ke lantai dengan tangan yang berpegangan pada sisi permukaan tembok. melihat reaksi Anisa yang seperti seorang yang sangat terpuruk, membuat Radit yang melihatnya Sampai mengernyit heran.
" Anisa, lo masih di sini? " tanya Radit.
bukan jawaban yang keluar dari bibir mungil Annisa, melainkan suara isap kecil yang terdengar. ya, Annisa menangis. Hati ini terasa amat menyakitkan mendengar seseorang yang saat ini sudah berlabuh di hatinya dalam keadaan kritis.
Altaf berjongkok menyamai posisinya dengan Anisa.
" Nis, lo yang sabar, ya. sebaiknya lo hubungi Om Jonathan dan tante Giselle" ucap Altaf.
Anisa masih bergeming. Iya seakan belum bisa memfokuskan dirinya terhadap situasi. Iya masih syok dengan semuanya. baru saja Anisa merasakan hal romantis makan berdua seperti pasangan suami istri pada umumnya. Anisa sangat menantikan itu kembali. Namun, jayden justru tertimpa musibah.
" ya Allah.. " lirih Anisa kembali, dengan tangan yang memegang dada.
" It's oke. lo tenangin diri lo dulu, terus telepon orang tua lo sekarang, biar gue yang nemenin jayden dipindahkan" usul Althaf.
Althaf berdiri lalu melirik ke arah Radit yang masih berekspresi bertanya-tanya.
" Sebenarnya ada hubungan apa mereka? gue yang kudet atau kalian yang main rahasia-rahasiaan?" tanya Radit.
Althaf menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan cepat.
" jayden dan Anisa kakak beradik. gue juga baru tahu kemarin. sekarang Lo temenin Anisa. biar gue yang urus kepindahan jayden "
Radit membeku untuk sesaat. Iya tak menyangka Anisa merupakan saudara dari jayden. padahal yang ia tahu, jayden Tak memiliki saudara kandung. jayden anak tunggal. ini aneh, pikir Radit. Radit masih bertanya-tanya.
" udah lo jangan bingung. nanti gue jelasin secara rinci" imbuh Altaf Seraya menepuk-nepuk pundak Radit.
Altaf kemudian berjalan ke arah teman-temannya yang masih setia berdiri tak jauh dari ruangan. otak memasang wajah serius.
" tangkap Rio! bawa dia ke markas" perintah Altaf.
" apa nggak sebaiknya kita bawa ini ke jalur hukum?" tanya salah satu dari mereka.
Altaf menggeleng.
" tidak perlu. itu bisa membuat geng motor kita terancam. kita hanya perlu membalas perbuatan Rio. untuk urusan polisi, biar kita rundingkan jika jayden Telah sadar" ucapnya.
" ok! " seru mereka.
Mereka serempak beriringan pergi dari rumah sakit.
Altaf kemudian menyusul jayden yang baru saja keluar dari ruangan IGD dibantu suster yang mendorong brankar Jayden.
sementara itu Radit masih setia memperhatikan Anisa penuh arti. pikirannya tenggelam mengingat kejadian-kejadian, di mana jayden yang tertangkap basah terlihat diam-diam memperhatikan sosok Anisa walaupun mulutnya selalu berkata kasar.
Radit tersenyum tipis, ia merasa sinyal dirinya untuk memantapkan hatinya pada Anisa semakin melambung tinggi. pikir Radit, jika jayden dan Anisa bersaudara, itu akan memudahkan dirinya untuk mendapatkan Hati Annisa.
" Jadi lo saudaranya jayden? "
Anisa reflek menoleh ke arah Radit yang baru saja berjongkok di hadapan Anisa.
" k-kamu tahu dari mana?" tanya Anisa yang terdengar serak.
" Altaf. Kenapa lo nggak bilang kalau lo Adiknya jayden? "
" eh? aku... anu-"
" Ya udah, kalau lu nggak mau cerita, nggak apa-apa. lo udah telepon Om Johan? "
Anies menggeleng.
" aku takut papa sama mama akan khawatir "
" justru mereka akan sedih jika enggak mendengar kabar ini, sa. orang tua itu selalu mencemaskan keadaan anak-anaknya, apalagi mereka sedang berpergian jauh, perasaan mereka pasti nggak tenang. lo kasih tahu aja. mungkin jika jayden merasa ada keberadaan orang tuanya, jayden " jelas Radit.
Anisa terdiam, lalu ia mengangguk setuju. tangannya kemudian meraih ponsel yang ada di sakunya. Iya cari nomor kontak Johan saja. Anisa khawatir jika mama Giselle akan syok mendengarnya.
" Assalamualaikum" siapa Annisa saat panggilan tersambung.
{ Waalaikumsalam. Ada apa nak? tumben Telepon Papa. Ada hal penting? }
" penting sekali, Pa"
{ bicara saja, nak }
" mana dimana sekarang pa? "
{ Mama kamu sedang di kamar hotel, Papa lagi meeting, jadi Mama Kamu nunggu di kamar hotel }
" eh? aku gak ganggu kan pa? "
{ tidak apa kok, putriku. sekarang Kamu bicara apa }
Anisa menetralkan, sebelum memberitahu keadaan jayden.
" jayden.. dia kritis, pa. dia di larikan ke ICU untuk penanganan yang lebih serius "
{ apa?! ya Allah.. papa dan mama akan pulang sekarang }
" Papa dan Mama hati-hati. di sini ada Anisa dan teman-teman jayden yang menunggu. Papa jangan terlalu Cemas ya"
{ iya putriku. tetap jaga jayden, ya. doakan suamimu bisa melewati masa kritisnya }
" eh, i-iya pa"
{ Papa tutup dulu. Papa ingin menghubungi Mama dulu agar bersiap-siap }
" Baik Pa Assalamualaikum"
{ Waalaikumsalam }
setelah sambungan sudah diakhiri, Anisa menaruh kembali ponselnya ke dalam sakunya.
" sa" Panggil Radit.
" ya? "
" lo ada niat nikah muda nggak ?" tanya Radit.
" eh? kenapa kamu nanya begitu?"
Anisa jadi gelisah mendengar pertanyaan Radit. Anisa bertanya-tanya apa Radit mulai curiga dengan kedekatannya bersama Jayden?
Radit tersenyum tipis.
" gak kenapa-napa. gue cuma tanya aja, sa. jadi lo mau jawab pertanyaan gue apa gak? "
" eh? anu.. "
" lo gak suka nikah muda? "
" nikah itu ibadah paling panjang. jika jodohku datang cepat, aku gak bisa menolaknya" ungkap Anisa.
" ucapan ku benarkan? aku gak bisa nolak jayden " batin Anisa.
.
.
.
.
BERUNTUNG BUKAN ADHEK Q😡😡😡😡