DILARANG DIBACA SEBELUM TIDUR!!!
Hanya untuk kalian yang sudah dewasa, yang sudah bisa tidur sendiri tanpa lampu😏
Cerita dalam novel ini akan membawa kalian pada malam mengerikan tanpa akhir. Malam panjang yang dingin dengan teman sekamar yang tanpa tahu malu tidak perlu patungan biaya kamar kos.
Bersama Penghuni kos lain yang tidak tercatat dalam buku sewa. Begitu sepi saat siang tapi begitu ramai saat malam. Dengan bayang-bayang penghuni sebelumnya yang sebenarnya tidak pernah pergi darisana.
Seakan mendapat diskon untuk sebuah keberanian sia-sia. Karena bayaran mahal yakni nyawa setiap malamnya.
Setiap inci gedung kos begitu tipis untuk menghalangi antara yang Hidup dan Mati. Dimana pagi adalah harta terindah yang telah kalian lupakan. Karena memang hanya untuk mereka yang sudah tidak punya pilihan lain.
Cerita horor ini sangat berbeda dari yang kau bayangkan.
Apakah Calista bisa melunasi atau masih berutang nyawa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ittiiiy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27 : Mengenali Pola
Elvara masih terlihat tidak mempercayai Calista yang menurutnya jika memang seorang manusia sepertinya, seharusnya saat berhasil keluar dari kamarnya dia secepatnya lari bukannya pergi ke kamar lain dan menolong orang lain setelah apa yang dialaminya, Elvara tidak mengerti dengan Calista yang tetap membawa sifat alamiah seorang manusia untuk menolong. Padahal jika dia berhasil pergi dari sana, dia akan berlari tanpa mau menengok kebelakang lagi.
Hal yang belum diketahui oleh Elvara adalah semuanya tidaklah semudah itu, bahkan setelah apa yang dilaluinya masih ada banyak tahapan untuk bisa mengklaim kebebasan yang mahal itu.
"Aku percaya denganmu yang mengatakan sudah merasa sangat lama disini, aku saja yang hanya di pintu masuk seperti sudah bertahun-tahun ...." Calista menyimpan kalimat akhirnya karena setelah melihat perjuangan Elvara apa yang dilakukannya itu sangatlah memalukan untuk dibagikan, biarkan hantu saja yang tahu.
"Aku hanya bisa mempercayaimu jika sudah keluar dari sini. Sementara ini, kau tetaplah orang asing yang bisa saja menjadi musuhku kapan saja." Elvara tidak mau menurunkan kewaspadaannya. Walau Calista tahu jika Elvara menyimpan kenangan yang khusus dengannya karena ingatannya yang bisa ditiru oleh Amara. Meski Calista mengerti kalau itu bukan karena dirinya tapi semua kenangan di kos itu pasti menjadi kenangan besar yang menyakitkan dan sulit dilupakan atau menjadi ingatan yang terus diulang-ulang sebagai kesalahan terbesar dalam hidup.
"Tentu saja, harapanku tidak lain adalah membawamu keluar dari sini agar bisa mengurusi hutang nyawa dengan benar." Calista melihat sekelilingnya dan merasakan akan ada badai besar yang datang, "Kau tahu apa yang akan terjadi? Kurasa ini bukanlah sebuah hal kecil ...." Calista merasakan tubuhnya bergeser dengan dorongan angin disana dari berbagai arah yang membuat keseimbangannya goyah di dalam sepetak tanah kecil itu. Bahkan untuk dirinya yang bukan target disana tapi bisa merasakan itu, tidak bisa dibayangkan bagaimana yang dirasakan oleh Elvara.
"Mengurusi hutang nyawa?" Elvara seakan tidak peduli dengan angin kencang yang sudah menyapa dengan kasar.
"Disini tidaklah sesederhana yang kau pikirkan, hanya karena bisa keluar dari sini bukan berarti kita sudah bebas. Masih ada hal lain yang harus dilakukan untuk benar-benar bebas. Dan saat ini kau dalam perjalanan untuk melunasi hutangmu ...." Calista yang mendapat pertanyaan dari Elvara tidak punya pilihan selain menjawab meski bukan waktu yang tepat tapi dia butuh membangun kepercayaan pada Elvara dan mengabaikannya bukanlah pilihan yang tepat.
"Jadi, kau mengatakan penderitaanku masih panjang ...." Elvara menggenggam bahu Calista dengan erat sambil bersembunyi dibelakangnya.
"Jangan khawatir, aku tidak akan meninggalkanmu." Calista meyakinkan kalau saja Elvara tiba-tiba ingin menyerah.
Nyatanya Calista salah, Elvara bukannya ingin menyerah tapi kini tersenyum dibalik punggung Calista dengan sejuta harapan.
"Kau mendengarku atau tidak?!" Calista kini berteriak karena angin seakan meniup suaranya menjauh.
"Berbaring disana!" Elvara memerintah Calista dengan menunjuk.
"Apa?!" Calista jelas mendengarnya tapi masih tidak mau mempercayai.
"Kau bilang sendiri, aku bisa menggunakanmu ...." Elvara mengembalikan kalimat tulus Calista yang kini disesalinya sendiri.
"Oh, okey ...." meski dengan berat hati, Calista tahu apa yang akan dilakukan Elvara.
"Aku bilang berbaring, apa yang kau lakukan?" Elvara bingung melihat Calista yang hanya membungkukkan badan, "Kau tidak mendengarku dengan baik ya?" Elvara menyalahkan angin.
"Kau tidak lihat aku terluka? Aku tidak bisa kena air!" Calista menunjukkan tangannya lagi, "Aku hanya bisa membantumu begini sebagai jembatan agar kau bisa menyebrang, jadi pergunakan aku sebaik mungkin tanpa mengeluh bagaimana aku melakukannya." Calista tidak mau memberitahu Elvara jika dia bersentuhan langsung dengan kulit aslinya disana kemungkinan dia akan bergabung bersama Elvara sebagai target karung tinju. Dia juga tidak bisa mengungkapkan kebenarannya pada Elvara, bukan karena soal privasi tapi memang lebih memilih menyimpannya sendiri dulu.
Karena alasan menyedihkan itu, Elvara melihat Calista dengan tatapan merendahkan, "Itu hanya luka kecil!"
"Kau mau aku bantu atau tidak?!" Calista mulai sebal juga dengan Elvara meski tahu jika memang tindakannya itu sangatlah memalukan mencerminkan pengecut dan tuan putri manja. Sosok yang sangat dibenci oleh Calista untuk disamakan.
"Kau tidak bisa menggendongku saja? Bukankah itu akan lebih mudah dan aman?" Elvara mulai meminta hal lain yang dibenci Calista.
"Kau tinggal saja di pulau kecilmu itu!" Calista mulai muak dan tidak akan mau memberitahukan juga soal kakinya yang masih lelah dan tidak mungkin untuk menggendong seseorang.
"Baiklah, bersiaplah!" Elvara akhirnya setuju juga karena sepertinya dia sudah terdesak.
Tapi Calista tiba-tiba pergi tanpa sepatah kata apapun, Elvara berteriak mengira akan ditinggalkan, "Sudah kuduga ...."
Ternyata Calista kembali dengan membawa beberapa potongan kayu, "Hanya aku disini, tidak usah berteriak sekencang itu!" Calista sambil melempar kayu disusun untuk menjadi jalan untuk Elvara bisa jadikan sebagai pijakan karena dirinya sendiri tidaklah cukup.
"Ayo!" Calista kembali di posisinya tanpa melihat senyuman Elvara yang kini langsung disembunyikan karena tidak mau terlihat bahagia di depan Calista yang sepertinya kurang bisa akur dengannya. Tapi kenyataan dia membantunya bagi Elvara sangat lucu.
Elvara melompat menuju punggung Calista seakan punya pegas di kakinya karena bisa melompat begitu tinggi, "Akkkk! Cepat!" Calista merasa punggungnya akan patah, bahkan sebuah keajaiban bagaimana dia bisa bertahan dengan berat tubuh Elvara yang hampir sama dengan dirinya.
Elvara menggunakan punggung Calista seperti pohon yang dipanjat sesuka hati, "Tunggu!" Elvara merasakan Calista yang mulai tidak seimbang langsung melompat ke arah kayu yang disiapkan oleh Calista tadi.
Tapi sayangnya potongan kayu itu bergerak sendiri seperti menolak keberadaan Elvara, Calista yang melihat itu sigap langsung datang menahan Elvara dan memposisikan kakinya didekat Elvara agar tidak terkena air juga. Meski tidak terlalu membantu karena jarak air yang dihilangkan oleh Calista sebatas bagian kakinya saja. Elvara merasakan sakit yang menusuk dari kakinya. Melepaskan pegangan Calista dan mulai melompat dengan cepat kali ini. Potongan kayu yang memberontak tidak sempat menjatuhkan Calista ke dalam air.
Calista tersenyum melihat Elvara yang sudah ada di daratan tapi beberapa saat kemudian suara langkah kaki berlari dari dalam hutan terdengar.
"Memang sudah waktunya dia datang!" Elvara seakan mengenali suara langkah kaki itu tanpa harus melihatnya.
"Apa ada sebuah pola yang terjadi disini?" Calista tertarik karena mengetahui bagaimana Elvara yang sepertinya sudah familiar dengan hal disana seakan semuanya punya susunan acara yang terstruktur.
"Pola?" Elvara mencoba mengingat, "Kalau dipikir-pikir benar, ada sebuah pola. Meski tidak selalu sama persis karena tindakan yang kulakukan mungkin memicu variabel baru tapi untuk garis besarnya aku tahu bagaimana dan siapa yang akan muncul sehingga aku sudah tahu bagaimana mempersiapkan diri untuk melawan." Elvara juga baru menyadari karena tidak punya teman selama ini untuk diajak berdiskusi dan berpikir bersama. Yang dilakukannya hanya terus berlari dan berlari.
"Tempat ini seperti dengan aktor yang siap dengan naskah yang berulang sepertinya. Dari situ kita bisa menemukan misi tersembunyi yang tidak diketahui ...." Calista senang Elvara bisa diajak berbicara tanpa emosi sekarang. Sementara Shavira begitu senang melihat siapa yang datang mendekati mereka berdua.
"Apa tidak bisa mencari jalan keluar lain? Yang ilegal yang kau maksud ...." Elvara cukup pesimis dengan misi yang dimaksud Calista. Menurutnya itu bukanlah jalan yang mudah dan sudah pasti akan menjadi perjuangan panjang lainnya.
...-BERSAMBUNG-...
Laporan mingguan sudah tiba🥳
Terimakasih kepada Jan yang menjadi Pembaca Teraktif dan Pembaca dengan Bacaan Terbanyak Minggu Ini. Sepertinya Jan menjadi satu-satunya pembaca disini🥺🙏
"jiwamu akan tinggal dan tubuhmu akan jadi makan malam mereka"
aku sampai merinding
Ini kyk smacam misi yg harus di ungkap