Anya Safira adalah gadis berusia 20 tahun. Ia bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah hotel. Suatu hari Anya tengah membersihkan kamar hotel yang sudah ditinggalkan oleh tamu. Namun, Seketika seorang pria masuk dan menutup pintu serta menguncinya. Pria itu mabuk dan tidak sadar kalau ia salah masuk kamar.
Melihat tubuh seksi Anya pria tersebut tidak tahan dan segera mendorong tubuh Anya ke atas ranjang. Pria itu pun naik dengan hasrat yang tidak tertahankan. Anya yang ketakutan hendak berteriak. Namun, pria itu segera membekap mulut Anya sambil berbisik.
"Jangan berteriak. Aku akan memberimu satu miliyar asal kau layani aku, " bisiknya.
Anya yang memang sedang membutuhkan uang, tidak pikir panjang dan menerima tawarannya. Dan disitulah awal dari semuanya.
Anya tidak tahu, kalau pria itu adalah tuan Elvaro. Duda kaya raya seorang Presdir perusahaan ternama YS.
Lalu, apakah yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rustina Mulyawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Surat Ancaman
Anya bersiap untuk tidur. Tetapi ia tidak bisa tidur dan masih kepikiran tentang rasa mualnya. Ia terus saja memegangi perutnya sambil mencari tahu tentang kehamilan di internet. Dan untuk memastikan Anya berniat untuk membeli tespack besok pagi.
"Jika aku benar-benar hamil, apakah aku akan tetap diterima oleh keluarga ini? Walaupun memang Mamah Dita ingin segera punya cucu, tapi kehamilanku ini akan menjadi pertanyaan semua orang. Aku harus jawab apa nanti? " gumam Anya merasa sangat risau dan gelisah.
Untuk menenangkan diri, Anya pergi untuk membuat susu hangat. Ketika Anya sedang duduk di meja makan dan minum susu hangat. Bima datang dan duduk di sampingnya.
Anya melirik Bima dengan tatapan bertanya-tanya apa yang mau Bima katakan kali ini kepada Anya.
"Ada apa? "
Anya akhirnya bertanya setelah Bima duduk dan tidak mengatakan apapun.
"Tidak papah. Emang gak boleh aku duduk disini? Ini kan bukan rumahmu, " ketus Bima mengambil gelas yang berisi setengah susu hangat milik Anya dan meneguknya.
"Eh, itu kan susu punya ku, " ucap Anya.
"Susu ini dibeli oleh uang Ayahku. Jadi ini juga punyaku, bukan punyamu, " sergah Bima nyolot.
Anya menghela nafas kasar. Ia pun beranjak bangun dari duduknya berniat pergi ke kamar untuk tidur. Tapi, Bima menghentikannya dengan menarik lengan Anya.
Anya menatap Bima dengan heran. Sebenarnya apa sih, maunya Bima itu? Pikir Anya.
"Aku sudah menyelidiki orang yang bersamamu tadi siang, " ucap Bima.
Anya pun kembali duduk dan berniat untuk mendengarkan Bima.
"Jadi? "
Bima memberikan tatapan bersalah kepada Anya. "Sorry, aku udah nuduh kamu. Tapi, tetap saja kalau kamu memang cinta sama Ayah. Jangan dekati pria manapun. Termasuk pria itu, " sahut Bima.
Anya tertawa. "Kamu cukup lucu yah. Bukannya awalnya, kamu ingin menyingkirkan ku? Bukankah ini kesempatan mu untuk mengusir ku dari keluarga ini. Kamu bisa memanfaatkan situasi ini untuk menyudutkan ku. Tapi, kenapa tiba-tiba kamu berubah pikiran? " ungkap Anya.
Bima menatap kosong sambil menunduk. "Karena, untuk pertama kalinya lagi setelah Bunda meninggal Ayah terlihat sangat bahagia. Dia sering tertawa dan tersenyum. Seakan, kebahagiaan yang dulu, hadir kembali dalam hidupnya. Aku tidak se egois itu. Walaupun aku tidak suka Ayah menggantikan posisi Bunda olehmu, tapi bagiku kebahagiaan Ayah adalah yang paling penting, " jelas Bima curhat.
Anya sejenak terdiam menatap lekat sosok Bima. Entah kenapa ucapan Bima itu membuatnya sedih dan terharu. Anya menyungging senyum kecil di wajahnya. Ia mengelus lembut rambut Bima.
"Anak yang baik. Pak El beruntung sekali memiliki kamu. "
Bima menoleh ke arah Anya dan menatapnya dengan mata yang membulat dan berkaca-kaca. Sejenak ia melihat Anya seperti ia melihat Bundanya. Tidak terasa kedua mata Bima menjatuhkan air matanya.
[Kenapa dia mirip sekali dengan Bunda? ] Bathin Bima.
Anya yang melihat Bima menangis. Segera menarik tangannya dan bertanya.
"Kenapa kamu menangis?"
Bima segera sadar dan mengusap air matanya canggung.
"Bukan apa-apa. Mataku hanya kelilipan. "
Anya berdecih sambil tersenyum lebar. Lalu, ia berdiri dan menepuk pelan punggung Bima.
"Sudah.Tidur sana. Sudah malam tidak baik buat kesehatan kamu. Kamu kan, masih anak-anak, " ujar Anya sambil pergi meninggalkannya.
"Apa? Kamu juga masih anak-anak! " seru Bima sedikit berteriak.
Anya tidak menggubrisnya dan pergi begitu saja ke kamar. Bima seketika meraba dadanya. Entah kenapa sentuhan Anya terasa begitu hangat. Rasanya tidak bisa Bima jelaskan. Tapi, memang Anya terlihat begitu mirip dengan Bundanya. Bima baru saja menyadarinya.
"Kak Bima? " panggil Syella yang baru saja datang dan tidak sengaja melihat mereka bersama tadi.
"Aish! Kamu membuatku kaget, " sahut Bima mengerjap. "Apa? " tanyanya kemudian.
"Kak Bima sama Kak Anya tadi ngobrol apa? " tanya Syella penasaran.
"Kamu ini kepo banget, sih! Lagian kamu masih kecil, gak usah kepo, sana tidur! Jam segini masih keluyuran! " seru Bima sambil mendorong punggung Syella pelan.
"Sebentar dulu Kak Bima! Ini... "
Syella memberikan sepucuk surat warna pink kepada Bima.
"Apa lagi ini? " ketus Bima.
"Itu surat dari temanku. Kayaknya dia suka sama Kak Bima. Kakak tolong balas yah surat nya. Di sekolah dia terus saja membuatku risih. Jadi, plisss! Tolong di jawab suratnya, besok kasih ke saya... "
Syella sampai merapatkan kedua telapak tangannya memohon kepada Bima. Setelah itu ia pun pergi terbirit-birit sebelum Bima menjawabnya.
Bima menghela nafas kecil sambil melirik singkat surat yang ia pegang kemudian ia pergi ke kamar. Bima menjatuhkan tubuhnya di atas kasur yang empuk dan menaruh surat itu diatas meja kecil dekat kasur. Ia sebenarnya malas membaca dan membalas surat seperti ini. Tapi ia juga merasa kasihan sama Syella. Jadi, mau tidak mau dia pun membuka surat itu dan membacanya.
Bima pikir itu surat cinta, tetapi ia terkejut setelah membacanya ternyata itu bukan surat cinta melainkan surat ancaman.
"Apa-apaan ini? " gumam Bima.
Bima sangat takut saat membaca surat itu bahkan ada photo dirinya yang coret oleh noda darah. Bima segera mencari tahu siapa teman yang di maksud Syella. Dan di ujung tulisan itu terdapat nama si pengirim.
'Salam manis dari Tasya'
"Tasya? Siapa Tasya? " Bima mencoba mengingat-ingat. Seketika kedua bola matanya membulat penuh.
"Mungkinkah orang yang bernama Tasya ini, adalah adiknya Raras?" gumam Bima sambil mengusap kasar wajahnya.
Seketika Bima menjadi sangat gelisah. Tubuhnya bergetar. Ia teringat akan masa lalunya yang sangat kelam. Raras adalah kekasih Bima waktu masih SMA. Tapi, sesuatu terjadi, yang menyebabkan Raras harus tewas mengenaskan.
Bima yang sudah lama berusaha untuk melupakan kejadian itu dan keluar dari keterpurukannya, kini kenangan itu kembali menghantuinya. Ternyata, Bima memang tidak bisa lepas dari insiden itu. Dan karena itu juga, Bima sampai sekarang masih menutup hati untuk orang lain.
***
"Kamu temani Amira disini. Ayah pulang dulu. Kalau ada apa-apa kamu hubungi Ayah, " ucap Elvaro.
"Iyah, Ayah."
Elvaro pun bergegas pulang. Rasanya ia ingin segera sampai di rumah. Entah kenapa ia sangat merindukan Anya saat ini. Elvaro sedikit mengebut. Hingga akhirnya ia sampai di rumah. Elvaro melihat rumah sudah sepi, itu artinya semua orang sudah tertidur.
Elvaro bergegas ke kamar. Ia membuka pintu perlahan. Ia dapati Anya sudah terlelap tidur. Elvaro membuka jasnya dan menggantungnya. Lalu kemudian dengan langkah pelan ia menghampiri Anya dan duduk di sampingnya. Elvaro menatap teduh wajah cantik Anya sambil membenarkan rambutnya yang menghalangi matanya.
Sentuhan kecil Elvaro itu membangunkan Anya. Elvaro terkesiap karenanya.
"Anda sudah pulang? " tanya Anya sambil bangkit duduk.
"Maaf, sudah membangunkan mu, " ujar Elvaro.
Anya hanya mengangguk kecil. Sementara Elvaro terus saja menatap wajah Anya dengan lekat. Anya merasa gugup karena tatapannya itu.
"Ada apa? Apa ada sesuatu di wajah saya? " tanya Anya sambil mengusap kedua pipinya.
Elvaro tersenyum. "Saya rindu sekali sama kamu. "
Anya terdiam sejenak mendengar kata itu keluar dari mulut Elvaro.
"Kenapa? Bukankah tadi kita juga bersama, " sahut Anya menjadi salah tingkah.
"Iyah, tapi tadi itu berbeda. Sedikit canggung karena ada Ibu dan Syella. Sekarang hanya ada kita berdua, " balas Elvaro.
Anya tidak berkutik apapun dan hanya menatap malu wajah Elvaro. Sementara Elvaro semakin dekat dan tanpa ragu Elvaro mengecup bibir Anya. Perlahan Anya mulai bisa menerima semua ini. Walau pun jantungnya berdegup tidak terkendali. Sikap penuh perhatian dan kasih sayang yang Elvaro berikan kepada Anya, membuat benih cinta mulai tumbuh dalam hati Anya.