NovelToon NovelToon
First Love

First Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Bulbin

Beberapa orang terkesan kejam, hanya karena tak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Kata-kata mengalir begitu saja tanpa mengenal perasaan, entah akan menjadi melati yang mewangi atau belati yang membuat luka abadi.

Akibat dari lidah yang tak bertulang itulah, kehidupan seorang gadis berubah. Setidaknya hanya di sekolah, di luar rumah, karena di hatinya, dia masih memiliki sosok untuk 'pulang' dan berkeluh kesah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bulbin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25. Sebuah janji

Aksara terlihat merenung sendiri di sebuah bangku perpustakaan. Buku tebal yang diambil, dibiarkan terbuka di meja. Tersapu lembut oleh angin dari jendela. Tanpa dibaca, barang satu kalimat saja.

Matanya terpejam dengan tubuh duduk tegak, namun bukan tertidur. Dia hanya berusaha meredam segala kebisingan yang muncul di benak tanpa ada tanda-tanda mendapat jawab.

Beberapa siswi berbisik dengan wajah merona, kala mereka tak sengaja melewati tempat di mana Aksara berada.

Salah seorang mendekat dan berbisik pelan, hampir tak terdengar. Membuat Aksara membuka mata dan menoleh. Selang beberapa detik kemudian, dia kembali membuang muka ke barisan buku yang berjejer rapi di rak kayu.

Tak mendapat balasan, gadis itu nekat menarik kursi di sebelah Aksara. Tanpa suara, namun menimbulkan perasaan tak nyaman bagi beberapa orang yang ada di sana.

Aksara bangkit, menutup buku dan mengembalikan lagi ke tempatnya. Dia tak mengindahkan panggilan tertahan di belakangnya.

Dengan langkah mantap, Aksara keluar ruangan yang kemudian diikuti oleh seorang gadis berambut panjang.

"Aksara, gue mau ngomong sama lo."

Tak menghiraukan suara itu, Aksara terus melangkah menuju kelas. Hingga di koridor yang lengang, tiba-tiba saja lengannya ditarik, dipaksa untuk berhenti.

"Plis, gue mau jelasin sama lo perkara Nayna."

Derap langkahnya terhenti saat nama itu masuk di telinga. Aksara berdiri diam, tanpa sedikit pun menoleh, namun tetap mengharap penjelasan.

Gadis di belakang Aksara tersenyum kecil, dia semakin mengikis jarak di antara mereka. Lalu berhenti tepat di hadapan laki-laki yang sejak lama ada di hatinya.

"Gue tahu, lo suka Nayna. Gue akan bantu lo deket sama dia dan tentu saja, gue akan bawa jauh-jauh si Melda dari kalian. Nayna juga sebenernya suka sama lo, bukan ke Yoga. Gue berani jamin, cintanya buat lo, dari dulu dan mungkin sampai sekarang."

Aksara masih tak merespons, lalu gadis itu kembali mengatakan beberapa kalimat hasil bualan semata.

Kali ini, Aksara menatap wajah di hadapannya lalu berkata tegas dan pergi begitu saja, meninggalkan Vita seorang diri.

Sedangkan di ruang kelas, Nayna berulang kali mengamati jam di layar ponsel. Tania menghela napas. "Kamu kenapa sih, Nay? Dari tadi kelihatan gelisah banget."

"Bel pulang kok lama bener ya," balas Nayna.

"Nay, ini aja masih istirahat. Habis ini ada dua jam pelajaran lagi baru bisa pulang. Emangnya kenapa?"

Tania mengedikkan bahu saat Nayna tak membalas dan sibuk mengetik sesuatu di handphone-nya.

Nayna tak lagi menghiraukan perkara Sandy yang kemarin sempat membuatnya penasaran. Gadis itu juga tak mengindahkan tatapan Aksara dari meja seberang. Pikirannya dipenuhi oleh keadaan ayah di rumah. Meski sudah membaik, tapi dia merasa ada sesuatu yang akan terjadi pada orang tuanya. Mengingat semalam, tak sengaja dia mendengar percakapan mereka.

Pelajaran berikutnya, dilalui Nayna setengah hati. Soal demi soal yang dia kerjakan asal-asalan, sukses mendapat nilai dan teguran dari guru. Karena tak biasanya, Nayna mendapat nilai di bawah KKM.

Ketika bel panjang berdering nyaring, Nayna buru-buru merapikan alat tulisnya dan berlalu pergi setelah mengucapkan beberapa kata pada Tania.

Langkahnya cepat, bahkan hampir menabrak orang-orang yang bergerombol di depannya.

Tingkah Nayna yang tak biasa, membuat tatapan Aksara dan Sandy penuh tanda tanya.

*

Sesampai di rumah, Nayna melihat dua mobil terparkir di halaman. Dia tahu, siapa pemiliknya. Dengan cepat, gadis itu melangkah mendekati pintu. Dari kaca jendela, samar-samar terlihat sang ayah tengah duduk di apit ibu dan tante Mila. Sementara di hadapannya, ada dua adik ayah yang lain.

Gadis itu mematung di tempat. Sementara suara dari dalam terdengar saling bersahutan, lalu diam. Hening dan menegangkan.

Nayna mengurungkan niat dan mengendap-endap ke samping rumah, lalu masuk dari sana.

Sambil menahan nafas, dia berusaha tak membuat suara, sekecil apa pun. Bukan ke kamarnya, namun gadis itu diam-diam melangkah ke arah ruang tamu, bersembunyi di balik dinding dengan telinga siap menerima segala info yang ada.

"Mas, Mbak! Pokoknya jangan sampai dia tahu tentang ini semua. Aku nggak mau pisah sama Mas Sigit, aku nggak mau jadi gembel seperti kalian!"

Suara Fitri terdengar penuh emosi. Tak lama setelahnya, dia kembali membuka suara.

"Aku lakuin ini semua demi kedudukanku di keluarga Bramantyo. Aku capek miskin, Mas. Aku capek hidup sama kalian yang nggak bisa nurutin keinginanku. Aku juga pengin hidup enak tanpa perlu susah payah gali lubang tutup lubang, hampir setiap hari."

"Tapi, tidak dengan berbohong juga, Fit. Apa jadinya, kalau keluarga suamimu tahu fakta yang disembunyikan? Kamu juga harus memikirkan, bagaimana perasaan Dio saat tahu ini semua. Kalau Nayna ... "

Tiba-tiba, suara Mila terhenti. Dia menatap kakaknya dalam. Siti menggenggam tangan suaminya saat Rahmat menarik napas sebelum berkata.

"Dia sudah tahu, tapi bukan dari kami. Dia bilang, tak sengaja mendengar percakapanmu dengan seseorang di telepon saat kau datang ke rumah. Terkejut? Tentu saja. Kami sengaja tak membuka padanya karena kami sudah menganggap dia sebagai buah hati sendiri. Aku pikir, dia akan marah atau apa, tapi tidak. Nayna cukup bijak dan kami sangat bersyukur atas sikapnya."

Ruangan kembali hening, sementara di balik dinding. Nayna bersimpuh di lantai, menekan dadanya untuk meredam debar jantung yang semakin cepat.

Kali ini, suara Ratna memecah keheningan.

"Aku nggak ikut campur urusan kalian ya. Jangan bawa-bawa aku kalau ada masalah datang. Apalagi kalau si tua Bramantyo itu tahu semua."

Dari tempat persembunyian, Nayna melihat tante Fitri menatap kesal ke arah kakaknya.

"Apa? Nggak ikut campur? Kamu yang rebut Handoko dari aku, Mbak!"

"Haha, kamu harusnya berterima kasih sama aku, karena setelahnya kamu dapet Sigit yang lebih tajir. Bukan begitu, Nyonya sigit?" balas Ratna yang menekankan dua kata terakhirnya. Sedangkan ayah, ibu dan tante Mila, hanya diam menatap kedua adiknya yang bertengkar.

Merasa cukup, Nayna perlahan bangkit meninggalkan tempatnya, menuju kamar. Dengan hati-hati, dia menutup pintu agar tak berderit.

Ah, akhirnya.

Nayna menghempaskan tubuh di kursi belajar, menatap keluar jendela. Pikiran kacau, lelah fisik dan batin membuat diri ingin segera terlelap.

"Nak? Baru pulang? Kok Ayah nggak lihat kamu masuk?"

Nayna menoleh, tersenyum melihat wajah Rahmat yang menyembul dari sela pintu.

"Boleh Ayah masuk?"

Nayna menarik sebuah buku di meja, membuka cepat dan bertingkah layaknya tengah mengerjakan tugas.

Laki-laki itu membuka pintu saat putrinya mengangguk pelan. Dia melangkah, mendekati anak semata wayangnya.

"Maaf, Yah. Tadi Nay lewat samping. Nggak enak di depan ada tamu. Buru-buru mau kerjain tugas, nih."

Nayna mengulas senyum di bibir. Sesekali dia menatap ke arah buku untuk meyakinkan ucapannya.

Rahmat masih mengamati anaknya dalam diam. Wajah itu tampak gusar, hingga pena di tangan terjatuh ke atas buku.

"Nayna?"

Panggilan itu membuat si gadis menegang. Hatinya tersentuh dan dengan satu gerakan, tatapan mereka bertemu. Rahmat menarik anaknya ke dalam pelukan, mengusap lembut kepala gadis itu penuh sayang.

Nayna melepaskan genangan air di pelupuk mata. Isak tangis pecah, membuat tubuh lelahnya bergetar.

Rahmat tetap diam, hingga saat gejolak di hati anaknya mulai mereda, dia berbisik, masih dengan Nayna di pelukan.

"Kamu tetap anak Ayah dan Ibu, Sayang. Dulu, saat ini, selamanya. Tak ada yang berubah dari kasih sayang kami padamu. Ayah janji"

***

1
TokoFebri
yang kayak gini itu bacanya sedikit nyesek. Sandy cengengesan tapi sebenarnyaa hatinya raapuh.
TokoFebri: salam ke Sandy ya Thor. semangat. hihihi
total 2 replies
Yoona
siapa yang natap nanya dari jauh itu, penasaran 🤔🤔
Septi Utami
aku kok muak ya sama Melda!!!
Bulanbintang: Aku juga,😥
total 1 replies
Miu Nuha.
mau pinjem PR kok /Hey//Hey/
Miu Nuha.
pinisirin juga nih aku 🤔
Miu Nuha.
gara2 ketemu mantan
Miu Nuha.
jangan nakutin tooo /Sweat//Sweat/
Bulanbintang: Demi keselamatan sang anak,
total 1 replies
Miu Nuha.
berbakti banget kamu ih 🤏 #cubitdulu
Miu Nuha.
Sandy mah udah mandiri 😌 dia bijak bisa kontrol kehidupannya sendiri 👍
Miu Nuha.
mental breakdown, butuh sandaran /Cry//Cry/
Miu Nuha.
dan Nayna pun kena imbasnya /Sweat/
Miu Nuha.
definisi kata2 menyakitkan yg bakal diingat sampe maut menjemput 🤧
Bulanbintang: Apalagi memori cewek lebih hebat dan detail banget nyimpennya.
total 1 replies
Drezzlle
Alhamdulillah, masih ada saudara yang pikirannya normal
Drezzlle
Udah Rahmat, mending diem. Siti kalau panik bawaannya salah paham
Drezzlle
Bentar lagi nungguin bapak gue /CoolGuy/
Drezzlle
Emak gitu, kalau panik malah ngomel /Facepalm/
Pandandut
ngeri amat pah ngancemnyaaa
Pandandut
bapak bisa ajaa
Pandandut
ketemu cowo pak/Smile/
Dewi Ink
naahhh kan dateng anaknya 😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!