Di masa tua nya, anak anak asih dengan tega nya membuang ibu nya ke tempat penitipan lansia. mereka tak ingin merawat ibu nya lagi. karena di anggap menyusahkan.
apalagi asih juga sakit sakitan, dan membutuhkan biaya pengobatan yang tak sedikit. bagaimana kisah cerita tentang asih. yuk simak bersama sama.....
kisah ini aku buat dengan penuh ketegangan, dan juga sedih ya. jadi kalau ga suka bisa langsung skip. selamat membaca!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putrinw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.27
Setelah melihat video yang ditunjukkan oleh rekan, sekaligus sahabat nya, Laksmi begitu kaget. Sebab dia mengenali wanita paru baya itu, dan tentu saja tak menyangka akan berakhir seperti itu.
"Ini kan, Bu asih?" gumamnya sambil meneteskan air mata nya yang tiba tiba mengalir deras.
sebab di bagian video singkat itu, Bu asih berteriak, sekaligus merasa sedih, atas kekecewaan nya terhadap perbuatan anak anak nya. Padahal dia sudah menegaskan bahwa tak ingin, ikut pada lembaga yayasan griya tersebut, tapi anak anak nya begitu tega, dan bahkan saat dia dia di Bawak pun, anak anak nya tak hadir untuk melihat terakhir kalinya.
"Gimana Laksmi, sedih banget kan cerita nya. Gimana kalau kita posting video itu, dan pastinya infomasi, yang kita bawa akan di ACC oleh ketua." saran teman nya, membuat Laksmi tak setuju. karena dia memikirkan konsekuensi nya, dan lebih baik, meminta izin terlebih dahulu, kepada pihak yang bersangkutan. Terutama lembaga yayasan griya lansia.
"Kita jangan gegabah ta, gue kenal ibu ini. Dia pernah satu kapal sama gue, rela pergi sendirian untuk melihat anaknya yang di kota. Gue sedih banget sama perjuangan nya untuk menyekolahkan anak anak nya semasa, mereka masih susah. gue ada ide, kita datang ke tempat yayasan itu, kita minta bantuan mereka, sekaligus minta izin, buat bikin cerita tentang buk asih ini, bagaimana pun, kita harus izin terlebih dahulu, kepada pihak yayasan nya, agar nantinya ga terjadi sebuah kesalahpahaman." ucap Laksmi dengan bijak nya
"Boleh lah, atur waktu aja mi, gue ikut ke sana. Kita siapkan dulu beberapa peralatan yang memadai. sekalian ambil beberapa dokumentasi yang lengkap."
Kedua nya sepakati, untuk menggali informasi yang lebih dalam lagi, tentang Bu asih ini, karena kisah hidup nya, membuat Laksmi begitu tertarik, dan menjadi pelajaran penting untuk orang orang diluaran sana, yang masih tetap sibuk dengan dunia mereka masing masing, padahal ada orang tua yang menunggu dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
...***...
Asih yang telah sampai di griya lansia itu, langsung ditempatkan di sebuah kamar yang tak besar, dan tak juga kecil. Satu ranjang, satu lemari pakaian, satu meja kecil, dan di sebelah nya berisi lampu tidur, dan ada AC juga. Untuk kamar mandi juga ada di dalam, sehingga seperti kos kosan elit, yang cukup layak ditempati, dari pada rumah nya yang lama.
Asih termenung, sambil tersenyum miris, berulang kali dia membasuh air mata nya, dan berulang kali dia begitu sedih melihat Poto keluarga nya yang kebetulan selalu dia bawa kemanapun ia pergi. didalam poto, anak anak nya masih sangat kecil kecil, dan Mereka tersenyum begitu lebar dan begitu polos sebelum mengenal dunia masing masing
"Tok...tok...
"assalamualaikum." ucap seseorang wanita paru baya yang terlihat lebih muda menghampiri nya, sambil tersenyum manis.
"Walaikumsalam." ucap asih dengan suara yang serak, dan lemah nya.
"Ini ibu asih ya. penghuni baru di rumah griya ini?" ucap Halimah degan penuh kelembutan. Dia sudah mendengar cerita singkat tentang Bu asih ini, karena pak Arif sudah memberitahukan kepada seluruh pengurus.
Asih hanya mengangguk, dengan pandangan mata yang kosong. terlihat jelas, bahwa dia terlihat tak semangat hidup.
"perkenalkan, nama saya Halimah ibu. Saya pengurus di ruang griya ini. Kalau ibu butuh sesuatu, bisa pencet bel ini. kami akan selalu datang dan siap mengurus ibu dengan baik." ucap Imah sambil menjelaskan beberapa detail, tentang kamar para penghuni baru.
"Saya hanya merasa kecewa nak, Imah. kenapa anak anak saya tega membuang saya disini. Apa salah saya, sehingga mereka tega membiarkan saya tinggal disini. rumah saya bahkan di jual oleh putri kandung saya sendiri, saya tak memiliki harta peninggalan suami lagi, saya begitu sedih dan sekaligus merasa begitu bersalah. karena tak bisa menjaga amanah suami saya, menjaga rumah kenangan kami." ucap nya dengan wajah bergetar
Halimah yang mendengar, langsung mengusap usap pundak Bu asih dengan penuh kasih sayang. semua yang berada di tempat ini, memiliki kisah yang hampir serupa,di tinggal anak anak mereka. Dan dianggap sebagai beban.
"Ibu, sudah ya. Jangan menangis lagi. Ibu berhak bahagia, tempat ini sekarang rumah ibu. ruang kedua ibu, anggap saya sebagai anak ibu ya. Jangan bersedih lagi, semua orang yang berada disini memiliki kisah yang serupa. Mereka juga sempat kecewa, marah, sedih dan bahkan ada yang menangis berhari hari. Tapi tak lama, Mereka sadar, bahwa percuma untuk bersedih hati, karena anak anak mereka, tak pernah peduli lagi. Ibu sekarang ga sendirian, ibu disini bersama banyak orang yang mendukung ibu asih. sekarang istirahat dulu ya. Besok kita berkumpul bersama, dengan teman teman ibu yang lainnya." ucap Imah dengan tersenyum tipis.
Asih menuruti ucapan Imah, dan langsung terbaring sambil menatap langit langit dan kembali meneteskan Air matanya yang begitu sedih.
"Semoga ibu selalu ikhlas, dengan takdir tuhan ya. Dan saya akan mendukung ibu untuk terus maju, dan membuktikan bahwa Bu asih adalah orang yang kuat." gumam Imah sambil menutup pintu kamar bu asih setelah mengecilkan AC nya, agar tak kedinginan.
Pagi harinya...
Asih yang sudah lumayan sehat pun, akhirnya di suruh keluar menggunakan kursi roda yang didorong oleh Imah.
Imah ini, sudah menikah dan menjadi seorang janda yang mengabdi di griya lansia ini, dia juga tak memiliki anak, sehingga lebih memilih bekerja bersama pak Arif, untuk memenuhi kebutuhan hidup nya sendiri.
Asih yang masih terlihat asing dengan beberapa orang yang menatap nya, merasa sedikit gugup dan takut. beberapa dari mereka, berumur lebih tua darinya, dan terlihat begitu kompak, sambil memakai celana olahraga serentak dan melaksanakan senam bersama. Tapi sebelum itu, Mereka diminta berkumpul oleh Arif sebagai ketua yayasan.
"Bu, kita gabung di lapangan ya. Pak Arif ingin membicarakan hal yang penting." ucap Imah sambil tersenyum tipis ke arah asih yang terlihat gugup
"Saya, takut." ucap asih dengan suara yang pelan.
"Jangan khawatir ya Bu, ada saya. Masing masing pengurus juga merawat para penghuni, disini dengan sangat baik jadi jangan takut ya."
Arif berdiri sambil memegang sebuah microphone di tangan nya. Dia tersenyum lembut dan tulus ke arah mereka semua. Asih yang awalnya takut, kini mulai perlahan hati nya sedikit menghangat, dia merasa menemukan dunia baru, yang mungkin saat ini adalah rumah baru nya.
"Selamat pagi para penghuni, griya lansia ini." ucap pak Arif dengan tatapan ramah, dan tatapan menghangat nya.
"Pagi nak Arif." ucap mereka dengan serentak.
"Sebelum saya memotivasi, kata kata untuk para penghuni griya ini, kita kedatangan personil baru ni. namanya Bu asih, ayo Bu asih silahkan kesini, saya kenalkan Sama para pahlawan pahlawan tampan dan cantik disini."
mereka yang mendengar candaan dari Arif, langsung terkekeh kecil, dan sudah biasa Arif suka bercanda, dan suka bermain bersama dengan para orang tua disini.
Asih yang awalnya takut, langsung tersenyum tipis, dan Imah pun mendorong kursi roda nya, untuk maju ke depan, sambil memperkenalkan Bu asih ke semua penghuni, disini.
Kasian wita suster yg baik semoga suatu saat wita bisa ktmu ma bu asih..