NovelToon NovelToon
MAWADDAH

MAWADDAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Keluarga
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: Saidah_noor

Jika perselingkuhan, haruskah dibalas dengan perselingkuhan ...

Suami, adalah sandaran seorang istri. tempat makhluk tersebut pulang, berlabuh dan tempat penuh kasih nan bermanja ria juga tempat yang sangat aman.

Namun, semua itu tak Zea dapatkan.

Pernikahannya adalah karena perjodohan dan alasannya ia ingin melupakan cinta pertamanya: Elang. teman kecilnya yang berhasil meluluh lantahkan hatinya, yang ditolak karena sifat manjanya.

Namun pernikahan membuat zea berubah, dari manja menjadi mandiri, setelah suaminya berselingkuh dengan wanita yang ternyata adalah istri dari teman kecilnya.

Haruskah zea membalasnya?
Ataukah ia diam saja, seperti gadis bodoh ...

Novel ini akan membawamu pada kenyataan, dimana seorang wanita bisa berubah, bukan saja karena keadaan tapi juga karena LUKA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

utang dan pernikahan.

Jalan yang ku lalui terasa sempit, semakin aku melangkah jauh justru semakin terlihat buntu. Peringatan yang om Dibjo katakan tadi siang membuatku gelisah, satu sisi ada keluargaku disatu sisi ada perasaan yang campur aduk dihatiku.

Kenapa baru sekarang aku tahu bahwa perasaan yang dulu itu terbalaskan? Kenapa?

Kepalaku berdenyut, pusing dan bingung berputar dikepalaku seakan menusuk-nusuk meminta kepastian. Dalam pikiran itu tak sengaja aku melihat kebawah, dimana ada kaki lemah yang tak sanggup berjalan, aku tersadar oleh kenyataan yang sangat jelas bahwa aku hanya akan jadi beban Elang.

Wajar jika om Dibjo tak menyukaiku, aku miskin dan sekarang aku wanita cacat.

Entah lah kepalaku pening, luka bekas mantan suamiku saja belum kering, jika aku menerima Elang masalah pasti akan semakin rumit. Tapi ...

Kulihat ibuku menjahit, lalu ada dua adik yang masih sekolah dibangku SMP dan SMA, juga putraku. Keluargaku juga butuh makan, adik-adikku dan anakku harus sekolah, Aku harus bagaimana?

Aku hanya jadi beban bagi ibuku, jika aku tak punya penghasilan. Aku diam membisu, tak ada jawaban yang harus aku putuskan sekarang. Dalam sekejap mataku berair dan buliran bening itu akhirnya jatuh.

"Mamah kenapa?" suara Arsya tiba-tiba membangunkan aku.

Segera ku hapus air mataku, aku tak ingin terlihat rapuh didepannya maupun keluargaku.

"Mamah kayak lagi nangis," ucapnya melirik ku dalam.

Dua adikku dan ibu mulai melirikku, aku tersenyum berpura-pura bahwa aku baik saja. Ya ... Mending aku pendam dari pada mereka ikut menangis.

"Kaki mamah sakit, mau Arsya pijat biar enakan," tawar anak lelakiku.

Aku menggelengkan kepalaku, "Mamah baik-baik saja, kok."

"Besok kan libur, kamu ajak mamahmu buat jalan-jalan ditaman sekitar sini. Biar kejemur matahari sekali-kali, siapa tahu bisa jalan lagi," titah ibuku pada Arsya.

"Iya Ar, kita temenin biar ramean," ajak adikku yang pertama.

"Sambil joging bareng," timpal adikku yang bontot.

"Boleh juga," cetus Arsya dengan tersenyum.

Aku dan ibuku tertawa pelan, melihat dua paman dan keponakannya begitu akur. Mereka adalah tiga laki-laki yang membuatku dan ibu berusaha untuk kuat walaupun kami hanyalah wanita biasa.

"Amin," gumam ku pelan.

Ditengah perbincangan keluargaku sebuah ketukan membuyarkan kami, kami yang tengah berada di ruang keluarga mulai berhenti dan saling diam. Bertanya-tanya siapa yang datang malam begini?

"Itu pasti om Elang!" cetus Arsya yang langsung beranjak dari kursinya diikuti oleh adik bontotku.

Entah itu benar Elang atau bukan, tapi mendadak hatiku tak enak. Jadilah aku memutar kursi rodaku dan membuntuti dua bocah didepan.

"Siapa yang datang?" tanyaku pada dua laki-laki yang masih ingusan itu.

Mereka diam tak ada yang menjawab, pintu pun tak dibuka sepenuhnya. Aku makin tak karuan, aku menghampiri mereka untuk mengetahui siapa yang datang.

Pintu ku buka lebar, agar aku tahu siapa yang berada diambang pintu rumah orang tuaku. Kaget, tentu aku rasakan dengan mata membulat dan tangan yang menggenggam roda dengan kuat. Kala yang datang adalah mantan suamiku, bukan lelaki yang dua anak itu harapkan.

"Ngapain kamu kesini?" tanyaku dengan dingin.

"Aku kangen Sama Anakku," jawab mas Reza, melirik pada anak semata wayang kami.

Dia hendak masuk untuk mendekati anak kami, namun Arsya segera pergi dari ruang tamu disusul adikku. Kini hanya ada aku dan mas Reza diambang pintu ini, karena aku tak ingin mempersilahkannya untuk masuk, ia bukan lagi siapa-siapa aku.

"Zea, aku mau bicara sama kamu," ucap Reza yang terdengar sungkan.

"Diteras saja," sahutku yang langsung memutar roda untuk keluar.

Ia duduk dikursi yang tersedia diteras, sementara aku berusaha menjaga jarak.

Tak ada suara yang memulai percakapan diantara kami, dia diam begitu pun aku yang enggan berbicara apa-apa lagi. Suasana terasa canggung, seperti saat peetama kami bertemu dahulu.

Aku meliriknya sejenak, "Apa yang ingin kamu katakan?" tanyaku mempercepat proses pertemuan ini.

"Ini soal perjanjian pranikah kita, soal utang keluargaku ke ayah kamu. Aku ... Bisa membayarnya," ucapnya.

Aku diam sejenak memikirkan nasibnya juga nasibku, utang itu tak sedikit tapi aku juga butuh. Apa aku bisa mempercayainya?

Sebelum menikah badami keluarga dilakukan, karena kami dijodohkan jadilah ayahku membuat perjanjian pranikah untuk kami. Isinya bahkan tak ku mengerti, yang jelas jika kami akhirnya bercerai utang itu harus dibayar dengan lunas.

"Emang kamu sudah punya uang 50 miliar, berikan saja langsung padaku. Aku butuh untuk berobat, jadi lunasi utang itu segera, toh istrimu janda kaya, kan," ujarku.

Kulihat ia menatapku dengan muka keberatan, tak ada yang salah memang utangnya sebanyak itu dan itu bekas utang perusahaan ayahnya mas Reza yang bangkrut. Ayah kami saling kenal, bahkan terbilang dekat. Ayahku lah yang mencicil utangnya di bank, agar rumah mereka tak disita.

Selain itu, pernikahan dan rumah semua diatur ayahku bukan keluarganya. Memang ayahku niat banget agar aku tak berharap lagi pada Elang, namun kenyataannya semua berubah. Pada akhirnya, akulah yang terluka.

Pernikahan yang dipaksakan faktanya hanya sebuah drama yang tercipta demi sebuah utang yang dianggap lunas.

"Aku gak punya uang sebanyak itu, Ze. Kalau pun Alana istriku kaya, uang dia bukan uangku," ujar Reza membela diri.

"Anggap saja lunas, sebagai gantinya aku akan menjaga Arsya selamanya, aku janji," paparnya membuatku ngeri.

Aku tersenyum miris, perjanjian macam apa ini? Menjaga anak demi utang lunas, sama saja dengan pernikahan konyol yang membuat hidupku tercekik.

"Sebelum kamu punya anak dengan Alana, memang Arsya yang kamu sayang. Tapi setelah kalian punya anak, satu menit saja kamu membuatnya tersenyum pun enggak. Lalu, bagaimana kamu mau merawat Arsya?" ujarku menolak dengan tegas, perjanjian aneh yang tak bisa membuatku tenang.

Apalagi aku harus memberikan Arsya padanya, tentu aku menolak demi kebahagiaan anakku.

"Utang tetep utang, jangan jadikan anak sebagai pelunasnya," ucap ibuku dengan gamblang yang menyela obrolan kami.

Dia berdiri diambang pintu menatap kami secara bergantian, wajah judesnya melihat mantan suamiku begitu kental. Aku tahu betapa ia tak menyukai mas Reza, semenjak lelaki itu jarang menemui bahkan menengoknya segitu rumah kami hanya terhalang 3 rumah.

"Denger ya, Reza. Kau itu dari awal tak pernah menyukai anakku, aku tahu kau mau menikah agar utang bapakmu dianggap lunas. Seharusnya kau bersyukur bukan malah selingkuh, mulai sekarang bayar utang bapakmu," ujar Ibuku dengan lantang ia menggertak.

"Enak saja, main lunas-lunasan dibayar kagak. Istrimu yang sekarang kaya, kan. Pasti duitnya banyak, jangan jadikan cucuku sebagai pelunasnya. Kau sendiri tahu rasanya jadi pelunas utang itu seperti apa!" ibu ku berdecih, menatap mas Reza dengan muak.

Kulihat mas Reza mengepalkan kedua tangannya, ada amarah yang terpendam dengan jelas. Marah yang selalu ia tahan didepan orang tuaku, tapi citra lebih baik baginya sebgai menantu yang sholeh.

"Tenang saja, Bu. Aku akan lunasi utangku, tapi kalian juga harus membayar penghinaan ini," ujarnya yang kemudian pergi begitu saja.

"Baguslah kalau begitu," ujar Ibuku, yang langsung masuk kedalam rumah.

Sedangkan aku, masih diam menghembuskan nafas diluar sembari melirik mobil mewah yang mulai melaju pergi dari depan halaman rumah.

....

Baru saja aku hendak tidur, ibuku datang menghampiriku dikamar. Muka judesnya masih saja menempel lekat, saking muaknya pada mantan menantunya itu. Tangannya menggenggam sebuah kertas tebal yang terlipat untuk menaruh berkas penting, entah apa isinya.

Ia duduk ditepi ranjang, samping badanku yang sudah terkapar lelah dengan hari ini.

"Ze, kamu kalau ngobrol sama si Reza kudu tegas. Jangan lemah lembut lagi, dia itu sudah bukan suami kamu lagi. Kalian itu sudah cerai!" ujar ibuku.

Ia memberikan sebuah map berwarna merah tua, aku melirik pada barang itu lalu melirik pada wanita yang melahirkan aku.

"Ini akta cerai kamu, baru jadi tadi siang," ucap ibuku memberi tahukan.

Aku mengambilnya, membukanya pelan. Dalam selembar kertas itu tertulis namaku dan statusku yang sudah menjadi janda cerai hidup.

"Oh iya, ibu baru tahu kalau ternyata Elang dan Alana itu pernah punya anak, tapi sudah meninggal karena si Alana itu gak mau nyusuin," mulai lagi ibuku mengajakku mengghibah.

1
Nana Colen
dasar bos arogan dikerjakan salah tak dikerjakan juga salah 🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
Mimik Pribadi
Kira2 siapa tuh yng ingin mencelakai Zea,apakah itu mantan suaminya yng gak terima hutang orng tua nya ditagih???
Mimik Pribadi
Waduh?? Aku kira papa nya Elang jga baik seperti istrinya,tapi ternyata oh ternyataaa,,,,cobaan apalgi ini utk Zea??
Mimik Pribadi
Benarkah apa yng diucapkan Reza??
dia diancam apa sehingga seorng Reza akhirnya menalak Zea disaat sedang koma??
Erina Munir
yaahhh...apeesd deeh
Erina Munir
jngn2 arsya anak elang
Erina Munir
hhmmmm
Erina Munir
knpa tuh ibunyaa
Erina Munir
oohh ...pantesaan
Erina Munir
mustinya elang ada d ditu..mberani ga reza koar2...
Erina Munir
hahaa... sukurin luh penganten selingkuh...malu ga yaa udh ketauan belangnya...tpi klo otsng urat malu udh putus mah cuek ajaa
Erina Munir
cuma d tendang zeaa.... terlalu lemah kamu....
Erina Munir
waduuh s kunyuk reza slamet... enak2an mau nikah..bagus deeh...pezinah pasangan juga pezinah
Erina Munir
kunyuuk d mana2 muncul aja yaa
Erina Munir
ya Allah.... mulutnya laki kaya comberan...mulut luh tuh yg bau conberan reza
Erina Munir
😄😄😄😄
Erina Munir
hrs tegas kamu srbaga perrmpuan n seorang istri
Erina Munir
/Good//Good//Good//Good//Good/
Erina Munir
bisa begitu hei laki munafik
Erina Munir
punya 2 kepribadian nuh s reza gregetan jdinya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!