Rosa Casario, meninggalkan semua kemewahan dari keluarganya demi menikahi pria yang sangat dia cintai, Andre. Namun Lima tahun berlalu tanpa ada masalah berarti, Rosa mendapatkan pesan dari seseorang, memintanya datang ke sebuah hotel bahkan memberikan kartu kamar hotel.
Ternyata, dia memergoki suaminya Andre sedang bercumbu dengan Sandra. Teman baiknya dan juga anak ibu asrama tempat dia tinggal saat kuliah dulu.
Bak disambar petir. Hati Rosa sungguh hancur. Namun dia berusaha memberi suaminya kesempatan, hanya saja ternyata sang suami benar-benar menyembunyikan perselingkuhan itu. Rosa pun memutuskan untuk pergi, dan merencanakan sesuatu yang akan membuat suaminya menyesal sepanjang waktu, dengan bantuan seseorang yang pernah menyatakan cinta padanya saat mereka kuliah dulu. Meski sempat menghilang beberapa tahun, pria itu kembali datang membantunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Rumah Steven
"Selamat datang nyonya! saya Elis. Kepala pelayan di rumah ini. Jika nyonya butuh apapun, jangan ragu untuk segera katakan pada saya. Saya stand by 24 jam untuk nyonya dan nona kecil"
Seorang wanita yang usianya mungkin sekitar 40 tahunan terlihat bersikap sangat sopan dan juga ramah kepada Rosa.
Wajah wanita itu tersenyum, jelas sekali kalau tidak ada kepura-puraan di dalam ekspresi wajah yang terlihat dari wanita itu. Dia benar-benar seperti sangat menyukai dan menyambut sekali kedatangan Rosa di rumah itu.
Bagaimana tidak? selama beberapa tahun dia bekerja di rumah ini memang tuannya sama sekali tidak pernah membawa wanita lain kemari. Bahkan perintah khusus banyak sekali dilakukan di rumah ini dari mulai merombak taman yang tadinya adalah tempat tuannya itu bermain badminton dan juga golf, menjadi sebuah taman bermain yang bisa digunakan dan aman untuk anak-anak.
Lalu, dua kamar yang tidak pernah ditempati sebelumnya juga disulap jadi sebuah kamar yang sangat elegan dan sangat indah. Lengkap jangan berbagai pernak-pernik dan juga kebutuhan seorang wanita tentu saja dengan brand dan merek terkenal. Baik itu tas, sepatu, pakaian ataupun make up dan juga parfum. Bahkan perlengkapan lain seperti sabun dan segala macam kebutuhan Rosa, benar-benar disiapkan dengan sangat teliti.
Elis, tentu saja tahu dan paham siapa wanita yang dibawa oleh Tuannya itu. Pastilah seseorang yang sangat berarti dan sangat penting bagi Steven.
"Terimakasih" kata Rosa.
"Aku akan tunjukkan kamar Violet!" kata Steven yang masih menggendong Violet memang sejak tadi turun dari dalam mobil.
Rosa mengangguk, dia mengikuti langkah Steven menuju ke kamar yang pintunya dihiasi berbagai hiasan pintu dengan bentuk dan gambar Barbie.
"Barbie!" teriak gadis kecil itu.
Terlihat sekali, kalau Violet tengah suka dengan apa yang ada di depan pintu kamarnya itu.
Steven tersenyum lalu membuka pintu itu. Dan benar saja, kamar Violet sangat luas. Begitu luas, sampai sebuah tenda mainan berwarna pink dengan gambar Barbie, perosotan kecil dan sebuah istana Barbie ada disana.
Violet tampak terperangah dengan apa yang ada di depan matanya itu. Steven menurunkan Violet, membuat garis ke situ langsung berlari ke arah istana boneka yang memang terlihat seperti harta karun bagi anak perempuan seperti dirinya.
"Uncle terimakasih" kata Violet yang segera berlari ke arah Steven. Memeluk pria itu dengan mata terpejam.
Violet memang selalu memimpikan memiliki istana boneka seperti ini. Tapi, dia tidak pernah berani mengatakan kepada ayahnya. Ayahnya sangat sibuk. Dan jika dia mengatakan pada ibunya, dia tahu ibunya juga sangat sibuk. Banyak hal yang ibunya kerjakan di rumah ayahnya, mengurusnya, mengurus ayahnya, bahkan nenek dan kakeknya juga.
"Aku sayang uncle!"
Cup
Mata Steven melebar, dan senyuman di bibir pria itu mulai terlukis dengan begitu indah. Pertama kalinya, ada anak kecil yang mencium pipinya.
Rasanya begitu lembut, hangat dan perasaannya sangat tersentuh.
Rosa yang melihat apa yang dilakukan oleh putrinya itu juga cukup terkejut. Karena Violet juga tipikal anak-anak yang cukup sulit sebenarnya untuk bersikap seperti itu sangat akrab kepada orang yang bahkan baru beberapa waktu dia kenal.
"Uncle juga sangat menyayangi kamu, nak" kata Steven yang memeluk Violet dengan mata berkaca-kaca.
Violet, memang bukan putrinya akan tetapi anak itu adalah anak dari wanita yang sangat dicintai. Maka, Steven juga sangat mencintainya.
Melihat dekatnya Violet dan Steven. Sebenarnya bagi Rosa itu seperti sesuatu yang sangat dia syukuri. Tapi, dia juga khawatir. Jika, suatu saat dia dan anaknya itu harus berpisah dari Steven, karena memang dia tidak berniat untuk menetap dengan Steven. Ada kekhawatiran rasa kalau nanti anaknya akan sangat sedih. Dia juga khawatir, kalau Steven akan terganggu kehidupan pribadinya, jika Rosa dan Violet lama-lama menjadi beban untuk pria yang sudah sangat baik itu.
"Selamat pagi tuan, nyonya"
Tiga orang wanita dengan seragam pelayan masuk ke kamar itu.
"Tuan, Nyonya. Ini adalah ketiga baby sitter nona kecil. Mereka akan bertugas selama tiga shift. Memastikan nona kecil akan memiliki seseorang yang mengawasi, menjaganya dan bermain dengannya setiap saat. Seperti perintah tuan" kata bibi Elis.
Rosa sedikit tertegun. Sebenarnya, dia merasa kalau memiliki 3 baby sitter sekaligus itu sesuatu yang agak berlebihan. Tapi, jika dia berkomentar saat ini sama saja artinya dengan dia tidak menghargai apa yang sudah dilakukan oleh Steven untuknya. Makanya, Rosa hanya mengangguk dan tersenyum.
"Aku tunjukkan kamarmu?" kata Steven di dekat telinga Rosa.
Membuat wanita itu sedikit terkejut dan agak mundur sedikit dari Steven.
"Violet biar bermain, dan beradaptasi di kamar ini. Aku antar kamu ke kamarmu" kata Steven lagi.
Rosa mengangguk dan mempersilahkan Steven menunjukkan jalan. Kamar Rosa ada di sebelah kamar Violet, hanya saja ada sebuah ruangan yang pintunya agak besar di tengah kedua kamar itu.
Rosa melihat ke arah pintu itu. Dan Steven menahan tangan Rosa.
"Ini kamarku, mau lihat?" tanya Steven.
Rosa sedikit merasa heran kenapa kamar Steven harus berada diantara kamarnya dengan putrinya. Tapi, karena mungkin kamar itu sudah ada sebelum dua kamar yang lainnya di siapkan. Rosa pun tidak jadi memikirkan hal itu.
Dan wanita itu juga segera menghilangkan kepalanya karena dia merasa tidak perlu mengetahui apa yang ada di dalam kamar Steven. Dia merasa itu agak lancang. Karena Steven adalah pemilik rumah ini dan privasinya harus dijaga. Setidaknya itu yang ada di dalam pikiran Rosa saat ini.
Tapi, bagi Steven. Sebenarnya penolakan dari wanita yang ada di hadapannya itu sedikit membuatnya merasa kecewa. Karena di dalam kamar itu, ada banyak hal. Yang sebenarnya dia ingin tunjukkan pada Rosa. Tapi, Steven juga berpikir waktu Rosa di sini masih sangat panjang jadi dia bisa menunjukkannya lain kali.
"Ini kamarmu!" kata Steven membuka pintu kamar Rosa.
Warna favorit Rosa ada di dalam kamar itu semua. Sejak dulu Rosa sangat suka warna merah dan biru. Dan benar saja, di dalam kamar itu, berbagai macam hiasan dan juga barang-barang warnanya memang merah dan biru. Sangat glamor tapi juga elegan. Segala jenis parfum yang memang di gunakan Rosa juga lengkap di atas meja rias.
Bahkan berbagai lukisan juga ada disana. Dan yang membuat Rosa terdiam, dan tak bisa berkata-kata, adalah potret kedua orang tuanya yang berukuran besar, terpajang di salah satu dinding kamar itu.
Rosa sungguh merasa terharu. Dia tidak dapat berkata-kata. Steven tahu banyak hal tentangnya. Bahkan tanpa bertanya pada Rosa.
Steven yang melihat Rosa sepertinya sangat tersentuh. Segera menghampiri wanita itu.
"Terharu?"
Rosa menyeka air matanya. Dia berbalik dan cukup terkejut karena Steven berada sangat dekat dengannya.
"Terimakasih Steven..."
"Tadi, Violet berterimakasih dengan mencium pipi kiri ku. Kamu, boleh kok yang sebelah kanan!" kata pria itu sambil menoleh ke arah kiri, berharap Rosa mau mencium pipi kanannya.
***
Bersambung...
blmagi yg godain, ngerasa g mau cape. mau enaknya aja. bege. pea
emang ga terngiang ngiang desahan dan teriak. mereka pas lagi bercinta
OMG