3 tahun menikah, Yusuf selalu bersikap dingin terhadap Hazel.
namun saat Hazel memutuskan untuk pergi, Yusuf seperti orang gila mengejar cinta sang istri mati-matian.
Ikuti kisahnya hingga akhir ya!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Papa baru
Lima tahun kemudian...
Tawa riang tak pernah berhenti menghiasi wajah cantik gadis kecil berusia 5 tahunan, netranya yang indah sesekali menyipit seiring dengan suara tawanya yang renyah.
"Papa Nino aku mau naik wahana yang ini." jemari mungil gadis kecil itu menunjuk sebuah wahana permaianan yang menarik perhatiannya.
"Boleh, ayo kita ke sana." balas Nino.
Keduanya berjalan beriringan sembari bergandengan tangan. Seperti ayah dan anak pada umumnya.
Setelah puas mencoba wahana permainan yang ada di sana satu persatu, akhirnya mereka merasa lelah dan memutuskan untuk beristirahat.
"Papa Nino apa boleh aku minta ice cleam lagi?" pinta gadis kecil itu dengan wajah menggemaskan.
"Untuk hari ini tidak boleh karna Tiffany sudah memakan lima ice cream hari ini. Kalau mommy sampai tahu kalau Tiffany makan begitu banyak ice cream, mommy pasti akan marah." Nino terpaksa menolak permintaan gadis kecil bernama Tiffany itu.
"Yah. Gak jadi makan ice cleam lagi." lirih Tifanny dengan wajah kecewa.
"Ya sudah boleh, tapi janji dulu kalau ini yang terakhir ya." pada akhirnya Nino merasa tidak tega melihat wajah sedih Tiffany.
"Yeay, papa Nino baik. Semua selba boleh, tidak sepelti mommy." Tiffany kembali masang wajah cerianya.
"Papa Nino, telima kasih ya sudah mengajak aku jalan-jalan ke taman belmain. Papa Nino baik, tidak sepelti mommy yang selalu mengingkari janji." adu gadis kecil itu seraya membandingkan kebaikan papa Nino dan sang mommy.
Setelah menunggu cukup lama akhirnya keinginan gadis kecil itu untuk bisa berkunjung lagi ke taman bermain terbesar di kota mereka akhirnya terwujud juga.
"Sama-sama sayang, tapi Tiffany tidak boleh berkata seperti itu tentang mommy." papa Nino mengingatkan.
"Kenapa?" tanya Tiffany dengan dahi yang mengkerut.
Gadis kecil itu menengadahkan kepalanya ke atas, agar bisa melihat dengan lebih jelas wajah seseorang yang menjadi lawan bicaranya.
"Mommy tidak bisa ikut jalan-jalan dengan kita karna mommy sedang sibuk. Lain kali kita pasti bisa jalan-jalan bertiga ok." ucap Nino dengan nada yang sangat lembut.
"Tapi yang sudah-sudah mommy selalu mengingkali janji. Satu bulan yang lalu, aku, mommy dan papa Aska gagal dinner di restoran bintang 5 tempat papa Aska bekelja kalna mendadak mommy halus dinas ke luar kota." Tiffany menghirup nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan kata-katanya.
"Minggu lalu juga, aku, mommy dan papa Bima gagal pergi ke pantai kalna mommy mendadak ada pekerjaan." adu gadis kecil itu lagi masih dengan ekspresi wajah yang sama. Namun tetap terlihat menggemaskan di mata orang-orang yang melihatnya.
Nino menghentikan langkahnya sejenak, pria bertubuh atletis itu jongkok untuk mensejajarkan tinggi badannya dengan tinggi gadis kecil berambut coklat keemasan tersebut. Telapak tangannya mengelus kepala Tiffany dengan sayang.
"Tiffany sayang, jika Tiffany ingin mommy punya banyak waktu luang dan tidak sibuk bekerja lagi. Maka Tiffany harus mencari papa baru." Nino sengaja mencari kata-kata yang mungkin bisa dipahami oleh bocah seusia Tiffany dengan mudah.
"Untuk apa cari papa balu? Aku kan sudah punya 5 papa. Papa Nino, papa Aska, papa Bima, papa Sakti, dan papa Junot. Walaupun akhil-akhil ini papa Sakti dan papa Junot jalang beltemu kalna papa Sakti sibuk tulnamen di lual negli, dan papa Junot kuliah di lual kota."
Tiffany mengerutkan dahinya karna merasa bingung kenapa papa Nino menyuruhnya untuk mencari papa baru, sedangkan Tiffany sudah mempunyai 5 orang papa.
"Kami berlima memang papamu sayang. Tapi papa yang ini berbeda. Papa yang ini adalah papa selalu ada setiap kali Tiffany butuhkan, papa yang bisa menemani mommy dan Tiffany tidur saat malam hari, dan papa yang memberikan mommy banyak uang hingga mommy tidak usah bekerja lagi. Dan yang paling penting, papa yang bisa memberikan adik untuk Tiffany." Nino menjelaskan dengan begitu detail tetang sosok papa yang Tiffany butuhkan.
Gadis kecil itu terdiam sejenak, otaknya sedang mencerna kata-kata yang diucapkan papa Ninonya. Hingga akhirnya sebuah senyuman merekah di wajah cantik gadis kecil bermata biru itu.
"Aku mau papa balu!" serunya sambil meloncat kegirangan. Kuncir rambutnya ikut naik turun seiring dengan lompatan gadis kecil itu.
Tapi tawa Tiffany tak berlangsung lama, gadis kecil itu mendadak terdiam disertai dengan bibirnya yang mengerucut.
"Tapi dimana aku bisa cali papa balu?" tanya Tiffany dengan sendu. Tiffany baru sadar kalau papa baru bukanlah mainan yang bisa ia beli di toko mainan.
"Tidak usah mencari kemana-mana. Karna orang yang Tiffany cari ada di sini." Nino menunjuk dirinya sendiri.
"Jadi papa balu Tiffany adalah papa Nino?" tanya Tiffany memastikan. Sorot matanya menatap papa Nino dengan tajam dari ujung kaki hingga ujung kepala. Menelisik apakah papa Nino layak di sebut dengan papa yang sebenarnya.
"Benar sayang. Asal Tiffany bisa membujuk mommy agar mau menikah dengan papa Nino. Maka papa Nino akan menjadi papa Tiffany yang sebenarnya. Setelah papa Nino dan mommy menikah. Mommy tidak perlu bekerja lagi, mommy akan punya banyak waktu untuk menemani Tiffany bermain." ucap Nino dengan nada meyakinkan.
"Kalau begitu aku mau papa Nino dan mommy segela menikah." balas Tifanny dengan wajah sumringahnya. Saking bahagianya Tiffany sampai memeluk papa Nino dengan erat.
"Tidak bisa!" tepis suara seseorang yang sangat mereka kenal.
Nino dan Tifanny melerai pelukan mereka, kemudian menatap ke arah sumber suara tersebut.
Bersambung.