Terpaksa Menikahi Pria Belok

Luna menepis tangan Jeff dari dahinya, “aku baik-baik saja Jeff,” sahutnya datar.

“Oh, syukurlah kalau begitu,” ucapnya gugup, “tapi kau terlihat kelelahan.” terkanya.

“Ya, banyak pekerjaan di kantor. Dean menyuruhku mengerjakan semuanya,” decak Luna.

“Astaga, dia memang selalu seperti itu.”

“Jeff, Dean bilang kau menunda pekerjaanmu kemarin karena kau merawatku, apa itu benar?” tanya Luna.

“Dean bilang begitu?” Jeff mengangkat ujung alisnya. Luna hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Itu tidak benar, jangan percaya padanya.” dalihnya.

“Kau tidak berbohong bukan?” Luna melempar tatapan curiga, “Jeff, kau tidak perlu selalu mengurusiku aku bisa mengurus diriku sendiri. Terimakasih karena sudah merawatku kemarin, lain kali kau tidak perlu melakukannya.”

Jeff mematung di tempat, dia membiarkan Luna berlalu menuju lantai atas.

Taklama kemudian pintu depan kembali terbuka, menampilkan wajah kusut Dean yang baru saja pulang bekerja.

“Kenapa kau berdiri disitu Jeff?” tegurnya.

“Kenapa kau mengatakan itu padanya?” Jeff membalas pertanyaan Dean dengan pertanyaan pula.

Dean menatap tajam kearah Jeff, dia tahu kemana arah pembicaraan yang Jeff maksud “aku hanya mengatakan yang sebenarnya, pekerjaanmu kacau karena dia, kau mendapat teguran dari managermu karena dia.”

“Aku sendiri yang ingin merawatnya, aku bukan orang tak berperasaan sepertimu Dean. Apa kau sadar sikapmu padanya sudah keterlaluan, dia juga manusia dia juga punya hati, jangan sampai kau menyesali sikapmu ini suatu hari nanti.” Ujar Jeff.

Dean menghela nafas berat, “baiklah-baiklah, aku hanya sedang kesal mungkin tanpa sengaja aku melampiaskan kekesalanku padanya.”

“Minta maaflah padanya, aku ingin rumah ini tetap tenang selama kita tinggal bersama.”

“Baiklah,” ucap Dean lesu, dia kembali ke kamar sejenak untuk berganti pakaian kemudian naik ke lantai atas menuju kamar Luna, berniat untuk meminta maaf.

Dia berjalan dengan langkah pelan, Dean menarik napas dalam kemudian membuka pintu tanpa mengetuknya lebih dulu.

Ceklek... Pintu pun terbuka.

Deg...

Dean mematung seketika saat melihat Luna tengah berganti pakaian, tubuh bagian atasnya hanya tertutup bra sedang bagian bawahnya hanya ia tutupi area intinya saja. Glek... Saliva ia telan, tengkuknya tiba-tiba terasa panas, udara seakan berubah begitu saja.

“Ada apa kau kemari?” tanya Luna sinis.

“A-aku, sebenarnya... Aku...,” ucapnya gugup, tenggorokannya serasa tercekat.

“Kalau tidak ada urusan penting pergilah, aku sedang berganti pakaian,” ucap Luna dingin.

“Ah, ya silahkan,” ucapnya masih dengan nada yang sama, dia bahkan berusaha menghindari menatap Luna.

Luna mengerutkan kening, merasa heran dengan sikap Dean, “tutup pintunya.” tegurnya saat melihat Dean hendak berlalu tanpa menutup pintu kamarnya.

“Maaf-maaf,” dia pun langsung menuruti permintaan Luna dan menutup pintu tersebut.

Luna menatap aneh ke arah pintu, “dasar aneh, kenapa coba dia kemari.” Dia menatap tubuhnya sendiri yang separuh telanjang, dia tak merasa khawatir sama sekali mengingat Dean tidak pernah tertarik pada tubuhnya sejak awal.

Dean masih bergeming di balik pintu, untuk beberapa saat dia lupa bahwa niatnya sebelumnya ingin minta maaf pada Luna, tapi sekarang ingatan itu kembali, dia sedikit syok melihat wanita setengah telanjang tepat di hadapannya.

Dengan ragu dia mengangkat tangan dan mengetuk pintu kamar Luna, “siapa?” sahutnya dari dalam.

“Ini masih aku,” jawab Dean.

“Apa maumu? Kau ingin bertengkar denganku, sekarang aku lelah pergilah.”

“Bukan, bukan begitu, aku ingin minta maaf atas apa yang aku katakan tadi, aku memang sudah keterlaluan.” ujarnya.

“Kau juga tahu kan apa penyebaran, Ayahku.” terangnya.

Kamar itu tiba-tiba hening sejenak, namun beberapa saat kemudian Luna membuka pintu, dia berdiri disana sudah dengan pakaian lengkap tangannya ia lipat di dada.

“Apa kau bilang barusan?” tanyanya sembari mendekat, hingga Dean mampu mencium aroma shampo yang Luna pakai.

“A-aku minta maaf,” ucapnya gugup dengan pandangan menatap keatas berusaha menghindari Luna.

“Ck, baiklah. Lagi pula kau sudah banyak membantuku, aku memaafkanmu.”

“A-aku dan Jeff mengadakan barbeque di atap, da-datanglah kesana, kita makan bersama.” Selepas itu ia pun berlalu.

Luna menatap heran punggung Dean yang dengan cepat menghilang menuju lantai bawah.

“Pasti Jeff yang menyuruhnya meminta maaf, aku tidak percaya jika dia punya inisiatif sendiri. Si brengsek itu tidak punya E-qiu sama sekali.”

“Tapi tidak papa, mari kita lihat bertahan berapa lama hasil permintaan maaf sekarang. Hehe, ini lumayan menarik,” Luna tersenyum smirk.