Murni dan Samsuri beserta ketiga anaknya tinggal di rumah selama bertahun-tahun lamanya tidak pernah tahu kalau ada kamar kosong di rumahnya .
Salah satu anak dari mereka melihat kamar kosong berada di ruang bawah tanah ketika tidak sengaja membuka lemari pakaian di kamarnya saat sedang merapikan pakaiannya .
Kejadian demi kejadian mereka alami setiap malam dan mereka sangat terganggu sehingga setiap malam terjaga .
Apakah yang akan dilakukan satu keluarga tersebut ketika mengetahui adanya kamar kosong di dalam rumahnya ?
Ikuti kisahnya sampai selesai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Kedatangan Tamu
Beberapa bulan kemudian Samsuri tidak bekerja di rumah mewah karena sudah di sita oleh pihak kepolisian . Akhirnya Samsuri bekerja serabutan .
Rumah Samsuri sekarang sudah di renovasi kembali namun ada perbedaan , ruang bawah tanah di pergunakan sebagai gudang penyimpanan barang dari pada tidak digunakan sama sekali .
Kamar Alif di pindah agar tidak menghalangi jalan menuju rumah bawah tanah . Kamar Alif lebih dekat dengan kamar Manaf .
Sore itu rumah Samsuri kedatangan tamu sepasang paru baya dari kota . Mereka duduk di ruang tamu . “Maaf kedatangan kami mengganggu waktu anda ," kata pria paruh baya tersebut dengan suara berat .
Samsuri tidak mengenal mereka , siapa mereka dan kenapa bisa tahu namaku batin Samsuri . "Siapa anda berdua dan ada keperluan apa datang ke rumah saya ?" tanya Samsuri dengan rasa ingin tahunya .
"Kami berdua orang tua kandung Amir ," jawab Gunawan dengan tatapan penyesalan .
Deg
Jantung Samsuri seperti berhenti berdetak , ia tidak menyangka bisa bertemu dan berkenalan dengan kedua orang tua Amir .
“Anda pasti terkejut melihat kedatangan kami ke sini , jujur kami menyesali perbuatan kami terhadap Amir terutama saya sebagai Bapaknya yang durhaka terhadap anaknya... ," Gunawan menjeda kalimatnya tenggorokannya terasa kelu untuk melanjutkan kalimatnya .
Samsuri masih dengan setia menunggu kalimat yang dilontarkan Gunawan . Sedangkan istrinya bernama Rahayu sudah meneteskan airmata sedari tadi karena tak kuasa menahan rasa sesak didadanya .
“Beberapa tahun belakangan saya sakit dan sempat koma selama beberapa bulan , dalam keadaan koma saya bertemu dengan Amir dengan wajah sedih . Amir berkata kepada saya sampai kapanpun aku anak bapak dan aku tidak pernah dendam sama bapak ... Aku sayang sama bapak dan ibu ... " Gunawan menghentikan kalimatnya tak kuasa menceritakan mimpinya . Ia menangis Rahayu memegang punggung suaminya untuk menenangkannya .
"Jika anda tidak sanggup bercerita jangan diteruskan , saya paham dengan keadaan anda dan saya maklumi sungguh berat menjadi orang tua . Masalah yang terjadi karena anda mementingkan ego anda sendiri . Saya tidak menyalahkan siapapun bagi saya orang tua adalah mempunyai peran penting terhadap anak . Saya tidak bisa memberi saran atau nasehat karena anda sudah mendapatkan semuanya , saya hanya bisa berharap semoga anda sekeluarga di beri kesehatan dan bahagia selalu ," kata Samsuri .
Gunawan dan Rahayu merasa terharu dengan sikap Samsuri . “Terimakasih atas doamu , kami juga berterimakasih kepada anda dan warga yang sudah peduli dengan jasad anak kami , kami sangat malu mendapat perlakuan budi baik kalian kepada kami sungguh rasanya kami merasa tidak pantas mendapatkannya ," kata Gunawan dengan penuh penyesalan .
Murni baru saja pulang melihat ada tamu di rumahnya langsung memberikan minuman dan camilan . Gunawan dan Rahayu terkejut melihat seorang perempuan cantik menyuguhkan minuman .
“Apakah dia istri anda ?" tanya Rahayu menatap Murni sampai tidak berkedip . Samsuri tersenyum melihat istrinya malu dan duduk di sampingnya .
"Iya . Bu , namanya Murni ," jawab Samsuri merangkul pinggang istrinya . Murni menunduk tidak berani menatap wajah perempuan paruh baya didepannya .
“Terlihat masih muda dan cantik padahal sudah mempunyai anak tiga ya kalau tidak salah ," kata Rahayu mengagumi kecantikan Murni .
"Ibu bisa saja , saya tidak merasa muda justru merasa sangat tua karena anak kami sudah remaja mungkin sebentar lagi lulus dan bekerja ," sahut Murni tersenyum malu .
"Murni , lihat Bu Rahayu jangan menunduk terus tidak sopan ," kata Samsuri menyuruh istrinya menatap Rahayu . Akhirnya Murni berani menatap wajah tamu yang duduk didepannya .
Deg
"Ibu ," kata Murni terkejut melihat wajah Rahayu yang tampak familiar diingatannya . Murni mengenal Rahayu karena di adalah bosnya tempat ia bekerja .
Sedangkan Rahayu tidak mengenal Murni sama sekali namun terkejut melihat tatapan Murni seperti sudah mengenalnya .
"Apakah kamu mengenal saya ?" tanya Rahayu tersenyum menatap wajah cantik Murni .
"Tentu saja saya mengenal ibu , karena ibu bos saya ," jawab Murni dengan yakin sambil mengangguk .
“Benarkah , jadi kamu bekerja di pabrik tebu?" tanya Rahayu meyakinkan hatinya . Murni mengangguk perasaannya senang bisa bertemu langsung dengan atasannya .
"Oh baru tahu sekarang kalau Bu Rahayu bos kamu ," kata Samsuri sedari tadi menyimak obrolan istrinya dan tamu .
"Sudah berapa tahun kamu bekerja di pabrik ?' tanya Rahayu dengan antusias . "Saya lupa soalnya saya bekerja sebelum menikah dan sampai sekarang jadi tidak pernah menghitungnya ," jawab Murni tersenyum canggung .
"Syukurlah kalau betah , mencari pekerja jujur dan ulet itu susah , jadi pertahankan ya kinerjamu ,terimakasih sudah bekerja dengan baik ,“ kata Rahayu .
"Sama-sama,Bu ," sahut Murni .
"Oh iya kami ingin pergi berziarah ke makam anak kami Amir , apakah kalian bisa membantu kami menunjukan makamnya ?" tanya Gunawan .
"Bisa , mari kami antar ke makam ," kata Samsuri beranjak dari tempat duduk diikuti mereka bertiga .
Sampai di pemakaman mereka berdiri tepat di samping makam Amir . Perasaan Gunawan dan Rahayu semakin merasa bersalah dan menyesal airmata keduanya jatuh begitu saja .
Di atas gundukan tanah makam Amir ada bunga yang masih segar dan tanahnya basah pertanda kalau ada orang baru saja berkunjung .
"Kalau begitu kami permisi pulang ," kata Samsuri berpamitan. “Terimaksih banyak atas bantuan anda ," kata Gunawan menatap kepergian Samsuri dan istrinya kemudian mengalihkan pandangannya pada makam Amir .
"Bapak minta maaf , Nak . Atas kejadian beberapa tahun lalu , bapak khilaf . Jika kamu mau menghukum bapak silahkan bapak terima asal kamu mau memaafkan bapak ," kata Gunawan dengan terisak .
Rahayu berdoa di samping makam Amir ,diikuti Gunawan . Keduanya khusyuk dalam doa . Amir dan kakaknya datang mendekati kedua orang tuanya sambil saling merangkul wajahnya terlihat bahagia .
"Lihat mereka ,Mas . Mereka sudah menyesali perbuatannya dan mereka mau datang menjenguk kamu itu tandanya mereka sayang sama kamu dan ingat sama kamu ," kata Juwita membelai punggung Amir .
“Tapi mereka tidak tahu perjuanganku dan kematianku selama ini , bahkan mereka tidak pernah mendoakanku sama sekali . Lalu kenapa baru sekarang kenapa ....," kata Amir dengan suara lantang .
“Mas , kamu jangan seperti ini . Mereka sudah menyadari dan menyesal kamu tahu sendiri kalau Bapakmu juga mengalami sakit dan koma berbulan-bulan lamanya , apa kamu lupa ... Kata Juwita mengingatkan Amir .
"Tapi hubungan kita bagaimana , Sayang . Aku belum pernah merasakan kebahagiaan dalam ikatan pernikahan . Apakah kamu juga ingin merasakannya juga ?' kata Amir dengan suara tercekat .
"Kita tidak bisa menyalahkan takdir , Mas . Kita sudah digariskan mati dalam kecelakaan dan kita tidak bisa menghindar atau mengulang kisah itu ," kata Juwita meyakinkan Amir agar tidak terus menerus merasa dendam kepada bapaknya .
"Kamu benar , aku memang keras tapi aku juga punya hak untuk bahagia meskipun bukan di dunia nyata melainkan di dunia lain ," kata Amir melihat kedua orangtuanya .