Peradaban modern dengan peradaban kuno seperti berdampingan satu sama lain. April memakai kalung berbentuk kubus yang sudah dipakainya sejak masih bayi. April sering terjebak di dalam roh lubang hitam kubus yang tak dikenal asal-usulnya. Gejolak-gejolak yang dialami April saat umurnya masih sangat muda, membuatnya kehilangan arah. Jalan apa yang akan April ambil saat dirinya diambang dilema panjang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keypi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab XXXIV : Confess
Istana Kegelapan
“Tuan, saya ingin melaporkan tentang persiapan yang tuan perintahkan.”
“Bagaimana perkembangannya?”
“Sudah hampir selesai tuan, kami hanya menunggu waktu yang tuan perintahkan.”
“Bagus. Bagaimana dengan anak itu?”
“Dia sudah kembali dari rawatnya nanti malam.”
“Beritahu dia, nanti malam datang kesini menemui saya.”
“Baik, misi saya terima. Saya pergi dulu, tuan.”
“Ya, silahkan.”
Biru meninggalkan istana kegelapan.
“Sedikit lagi, sebisa mungkin saya harus menggulingkan dan membantai seluruh Agen Angkasa termasuk Kasim.”
\*\*\*
A Chengyou mendapatkan panggilan misi dari Kasim. Kasim memperintahkan pada A Chengyou, Bubble dan Kika untuk membantu para petinggi dalam kasus kematian preman yang ada hubungannya dengan kematian ayah April pada 3 orang berbadan besar. A Chengyou terkejut.
‘April tidak dilibatkan?’
A Chengyou baru menyadari tentang hal ini.
‘Berarti waktu lalu ketika April tidak ingin menceritakan kepada saya, berarti soal ini?’
A Chengyou melamun sejenak. Misi privasi ini hanya diketahui oleh sedikit orang, April sendiri tidak diperbolehkan mengetahui tentang proses dan perkembangan misi ini. A Chengyou, Bubble dan Kika dikirim oleh Kasim menggunakan mobil khusus ke kamp tim petinggi sebelumnya. Ketiganya turun dari mobil dan disambut oleh tim petinggi untuk masuk ke dalam kamp.
A Chengyou melihat sekeliling, ada beberapa alat penyadap maupun komunikasi jarak jauh untuk mengintai maupun mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai 3 orang berbadan besar yang telah membunuh ayah April, Halim dan preman itu. Ketiganya mendapatkan tugas untuk turun langsung dan menyamar sebagai warga sipil dekat gang yang menjadi tempat 3 orang berbadan itu nongkrong.
A Chengyou, Bubble dan Kika berganti baju maupun tampilan. A Chengyou berubah menjadi pemulung yang miskin, Bubble berubah menjadi ibu-ibu yang memakai daster dan Kika berubah menjadi pedagang kaki lima. Ketiganya langsung turun satu per-satu ke lokasi. A Chengyou membawa karung putih untuk tempat sampah yang akan dipungut. A Chengyou sudah melakukan tugasnya dengan memungut sampah di sekitar. Setiap tim telah dipasangi alat pendengar di telinga mereka. Bubble dan Kika mulai menyusul.
Di gang itu benar-benar lumayan ramai dilewati pejalan kaki setempat. A Chengyou melihat sekelilingnya. Tidak ada yang mencurigakan. Bubble dan Kika berjalan dari gang yang berlawanan, belum menemukan apapun. Sudah hampir 2 jam mereka bertiga tidak menemukan 3 orang berbadan besar itu. Tim petinggi menyuruh Bubble dan Kika kembali ke kamp, A Chengyou akan memungut sampah sambil menunggu ada pergerakan.
“Pak, apakah mungkin ketiga orang itu akan muncul pada malam hari?”
“Kami selama seminggu belum melihat ada pergerakan dari ketiga orang itu entah itu pagi, siang dan tengah malam. Tapi kami mendapat informasi, ketiga orang itu suka nongkrong di gang ini.”
Bubble berpikir sejenak. Kika celetuk pernyataan yang tidak terpikirkan oleh tim petinggi sebelumnya.
“Bagaimana kalo tiga orang berbadan besar itu nongkrong di gang pada hari-hari khusus?”
Tim petinggi saling memandang satu sama lain.
“Benar juga, seperti yang kami dapatkan mereka suka nongkrong berarti bisa saja di hari tertentu dan akan membahas sesuatu di tempat itu?”
“Iya benar sekali! Kalo seperti itu ketiga orang itu akan nongkrong di hari-hari gang itu ramai.”
“Coba cek di hari apa gang itu ramai.”
“Baik!”
Petinggi itu mengecek catatan hari
“Hari Minggu gang itu sangat ramai dilewati para pejalan kaki setempat maupun diluarnya.”
“Tepat sekali, hari ini hari Sabtu. Besok hari Minggu. Cepat, perintah kan A Chengyou untuk kembali ke kamp.”
“Baik!”
A Chengyou dihubungi untuk kembali ke kamp. A Chengyou segera kembali dan berganti pakaiannya. Setelah A Chengyou berganti pakaian, tim petinggi memberitahu tentang rencana besok. A Chengyou mengerti.
“Besok semuanya siap siaga dan jangan sampai tersangka lepas dari pandangan kita semua.”
“Siap, pak!”
“A Chengyou dan temannya silahkan beristirahatlah untuk misi besok.”
“Baik, pak.”
Bubble melihat A Chengyou yang sedang mengambil air minum. Bubble mendekati A Chengyou.
“Chen.”
A Chengyou menoleh.
“Hmm?”
Bubble gugup.
“Besok kita harus menjalankan misi, aku merasa tidak percaya diri.. aku juga tidak menyangka bisa se-tim denganmu, Chen, sebagai perwakilan Agen Angkasa dalam ujian negara nanti...”
“Kau harus percaya pada diri sendiri, kalo bukan diri sendiri siapa lagi?”
A Chengyou mengambil air minum dari dispenser dan meminumnya.
“Iya aku tau, Chen... Cuma aku benar-benar–”
Bubble melihat A Chengyou meneguk air dan airnya membasahi tenggorokan A Chengyou.
‘Ya ampun! Sangat seksi sekali.’
“Ah!”
Mata Bubble melotot dan membalikkan badannya. A Chengyou notice.
“Ada apa?”
“Ga, ga kenapa-kenapa!”
Pipi Bubble memerah dan tangan mencubit pahanya sendiri.
‘Memalukan!’
A Chengyou melihat tangan Bubble mencubit pahanya sendiri. A Chengyou mendekati Bubble.
“Kenapa mencubit diri sendiri?”
A Chengyou penasaran. Bubble berbalik dan A Chengyou berada di depannya, sangat dekat. Bubble menatap wajah A Chengyou. Memerah. Terdiam kikuk.
‘Rasanya ingin pingsan, sangat dekat sekali! Chen sangat tampan sekali bak pangeran, ya ampun. Postur tubuhnya juga sangat perfect!’
A Chengyou menepuk pundak Bubble. Pipi Bubble sangat memerah. Gemetar sekujur tubuhnya.
“Hei!”
Tubuh Bubble mau jatuh. A Chengyou menangkap tubuhnya yang jatuh ke dekapannya.
“Sepertinya kau kurang sehat, ya?”
Jantung Bubble berdetak sangat kencang saat Bubble berada di dekapan A Chengyou.
“Biar saya gendong ke kamar kau.”
‘Demi apapun, aku, aku, aku, aku, aku....’
A Chengyou menggendong Bubble arah depan.
“Aah!”
Wajah Bubble benar-benar memerah tomat. A Chengyou menatap Bubble yang wajahnya menjadi merah. A Chengyou membawa Bubble. Bubble benar-benar sangat terkejut.
‘Aku... Digendong... Sama... Chen!?’
Kika yang melihat Bubble digendong langsung memfotonya dan akan diunggah ke sosmed pribadinya. Kika tersenyum.
“Aku foto dan kirim ke Bubble, lucu banget ya ampun. Mereka berdua cocok banget!”
A Chengyou menurunkan Bubble di tempat tidur istirahat Bubble.
“Istirahat, besok kita akan menjalankan misi. Percayalah sama diri sendiri. Saya juga senang bisa se-tim dengan teman-teman baru maupun beda kelas, senang berkerjasama dengan kalian berdua.”
A Chengyou tersenyum kecil.
“Kalo begitu, saya pergi dulu.”
A Chengyou pergi. Bubble sangat bahagia. Ucapan A Chengyou membuat Bubble tersentuh.
‘Chen. Aku mencintaimu.’
Bubble mengaku pada dirinya sendiri bahwa Bubble mencintai A Chengyou.
‘Perasaan yang awalnya masih abu-abu, seiring berjalan waktu aku menyadari bahwa aku menyukaimu, Chen dan sekarang kamu memberikan semangat pada diriku, aku.. mulai jatuh cinta padamu.’
Bubble tersenyum lebar.
“Ya! Aku mencintai Chen!”
Kika masuk dan mendengar ucapan Bubble.
“Woah! Bubble mulai menyadari bahwa mencintai A Chengyou!”
Bubble terkejut.
“SSSTTTT! Bisa-bisanya kamu ganggu kesenangan aku aja!”
“Hehe, maaf, ini aku punya hadiah biar kamu tambah seneng! Bentar, aku kirimin aja ke nomor hp mu.”
Kika mengirimkan foto A Chengyou yang menggendong depan Bubble. Bubble membuka notifikasi dan melihat.
“HAH! Kamu foto?!”
Kika mengangguk. Bubble memperhatikan terus menerus foto A Chengyou menggendong dirinya.
“Dia milikku.”
Bubble tersenyum dan melamun melihat foto indah itu. Kika ikut senang dan kembali ke tempatnya, tidak ingin menganggu momen bahagia sahabatnya itu. Bubble masih memandangi foto itu.
“Chen... Kamu adalah matahariku dan milikku. Aku ingin menggegam tanganmu dan berjalan disampingmu, aku rela mati demi dirimu, Chen.”
TO BE CONTINUED...