𝐆𝐫𝐚𝐜𝐢𝐚 𝐀𝐫𝐜𝐞𝐥𝐢𝐨, 𝐠𝐚𝐝𝐢𝐬 𝐜𝐚𝐧𝐭𝐢𝐤 𝐦𝐮𝐥𝐭𝐢𝐭𝐚𝐥𝐞𝐧𝐭𝐚, 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐩𝐞𝐦𝐢𝐦𝐩𝐢𝐧 𝐝𝐢 𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐠𝐞𝐧𝐠 𝐦𝐚𝐟𝐢𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐤𝐞𝐧𝐚𝐥. 𝐆𝐫𝐚𝐜𝐞 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐰𝐚 𝐝𝐞𝐧𝐝𝐚𝐦 𝐝𝐢𝐡𝐚𝐭𝐢𝐧𝐲𝐚, 𝐚𝐤𝐢𝐛𝐚𝐭 𝐩𝐞𝐦𝐛𝐮𝐧𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐝𝐮𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠𝐭𝐮𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐢𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥.
𝐊𝐢𝐧𝐢, 𝐆𝐫𝐚𝐜𝐞 𝐦𝐮𝐥𝐚𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐮𝐚𝐬𝐚𝐢 𝐛𝐢𝐬𝐧𝐢𝐬 𝐝𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐧𝐞𝐠𝐚𝐫𝐚. 𝐏𝐫𝐞𝐬𝐭𝐚𝐬𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐫𝐚𝐢𝐡 𝐆𝐫𝐚𝐜𝐞 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐧𝐚𝐦𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐦𝐚𝐤𝐢𝐧 𝐝𝐢𝐤𝐞𝐧𝐚𝐥 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐥𝐢𝐠𝐮𝐬 𝐝𝐢𝐭𝐚𝐤𝐮𝐭𝐢 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐮𝐬𝐚𝐡𝐚. 𝐁𝐞𝐫𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐩𝐫𝐞𝐬𝐭𝐚𝐬𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐢𝐬𝐭𝐢𝐦𝐞𝐰𝐚𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐆𝐫𝐚𝐜𝐞 𝐦𝐞𝐦𝐮𝐧𝐜𝐮𝐥𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐮𝐬𝐮𝐡 𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐩𝐞𝐫 𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐚𝐭𝐚𝐬 𝐝𝐚𝐬𝐚𝐫 𝐢𝐫𝐢 𝐡𝐚𝐭𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐜𝐞𝐦𝐛𝐮𝐫𝐮𝐚𝐧.
Ikuti keseruan pembalasan dendam dan menguak misteri pembunuhan keluarga Gracia bersama author. ✨
Jadilah saksi bagaimana kisah cinta Grace dan Damaresh 😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝑾𝒆𝒍𝒂𝒔 𝑨𝒔𝒊𝒉, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Sesungguhnya..
Pagi hari terasa begitu dingin. Gracia sudah bangun dan duduk menunggu sang mentari menyapanya. Gracia membaringkan tubuhnya. Berbantalkan lengannya, ia menatap langit yang terang perlahan-lahan menampakkan kecantikannya.
"Haahhhh... Andai aku bisa menikmati perasaan yang hangat seperti ini setiap hari.."Helaan nafasnya terdengar berat. Gracia tersenyum tipis membalas hangatnya sapaan mentari pagi.
"Mama..Grace kangen banget.. Andai Grace bisa ngerasain hangatnya pelukan mama lagi. Pelukan yang hangat sehangat cahaya mentari pagi ini." Gumam Gracia perlahan memejamkan matanya mencoba merasakan kehadiran seorang ibu disisinya.
Kening Gracia mengkerut tiba-tiba, seperti ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang sudah sangat ia rindukan.
"Maa..Jangan bermain-main denganku. Itu menyakitkan. Yaahhh..Setelah perasaan ini hilang, hatiku akan menangis lagi.Pergilah,Ma jangan menyiksaku." Ucap Gracia dengan mata tetap terpejam merasakan perasaan yang sama saat ada disamping ibunya.
Air mata Gracia tampak mengintip, mencoba agar tidak jatuh. Namun sia-sia. Siapapun akan menderita menahan kerinduan pada sosok yang amat disayangi dan dikasihi.Terlebih lagi itu adalah sosok seorang ibu.
"Mama..." Ucap Gracia lirih, terbayang sosok ibu dalam benaknya.
"Terimakasih.."Ucapnya lagi. Terasa tangan yang begitu lembut mengusap keningnya.
"Sama-sama" Jawab seorang wanita disamping Gracia.
Terdengar merdu dan penuh kasih. Hati dan tubuhnya bergetar hebat. Air matanya semakin deras mengalir. Gracia tak kuat menahan perasaan itu. Namun ia enggan untuk membuka matanya, takut akan kehilangan momen yang sangat ia nantikan itu.
Gracia meremas pasir yang menjadi alasnya berbaring. Nafasnya semakin sesak terus berusaha berhenti menangis. Tangannya semakin kuat mencengkram pasir dalam genggamannya.
"Ayah.."Lirih Gracia merasakan tangan seorang laki-laki menggenggam tangannya yang gemetar.
"Menangis lah jika itu bisa membuatmu tenang" Suara sedikit serak terdengar di samping telinga Gracia.
Gracia tersenyum mendengar itu. Namun tak bertahan lama. Suara tangisannya semakin keras terdengar,tidak ada tekanan sedikitpun. Gracia melepas semua perasaan menakutkan itu.
Terasa ada yang memeluknya dari kanan dan kiri Gracia, menggenggam kedua tangan Gracia, mengelus lembut pipi Gracia menyeka air mata yang membasahinya. Akan tetapi Gracia tak jua membuka matanya.
Gracia sedikit heran dengan dua pelukan pada tubuh mungilnya. Pelukan yang ia kira dari ibu dan ayahnya, mengapa terasa begitu nyata dan tidak segera hilang. Kehangatan yang lebih terasa dari yang seperti biasanya Gracia berkhayal.
Gracia berusaha menstabilkan emosinya. Perlahan-lahan ia membuka matanya. Alangkah terkejutnya ia, ternyata yang memeluknya adalah Bunda Shina dan Damar.
"Bu..Bunda.. Kenapa.Kenapa bunda di sini? Da-Damar?? Ka..Kalian sedang apa disini?" Tanya Gracia gelagapan. Ia segera duduk dan menghapus air matanya.
"Kemari sayang."Bunda Shina merentangkan kedua tangannya.
Dengan ragu Gracia mendekat dan memeluknya.
"Kamu merindukan ibumu kan? Aku disini. Kenapa kamu menangis sendiri di tepi pantai begini hmm? Pakaianmu juga tipis nanti kalau masuk angin bagaimana? Bahaya sayang tidur di tepi pantai sendirian dari pagi buta. Kalau ada ombak besar bagaimana kalau kamu terseret ke tengah laut? Jangan di ulangi lagi ya?" Bunda Shina memeluk Gracia dengan erat.
Damar yang melihat itu menjadi terbawa suasana. Air matanya menetes. Ia jadi ikut teringat pada ayahnya.
"Sayang, sudah jangan menangis lagi. Kalau kamu merindukan ibumu, temui bunda saja. Bunda siap membantu Gracia mengurangi rasa rindu itu." Ucapnya setelah tak mendapat jawaban dari Gracia,melainkan sebuah isak tangis.
Damar menghampiri Gracia dan ibunya.
"Kamu nggak sendirian, Grace. Ada bunda, Farka, Zhan, Geng Blood One, anak-anak di perusahaan, juga...Ada aku.." Damar memberi jeda saat mengungkapkan dirinya.
Tangisan Gracia menghilang setelah mendengar itu. Ia melepas pelukannya, beralih menatap Damar.
"Kenapa kamu menangis?" Tanya Gracia melihat mata Damar memerah.
Damar tersentak, ia kira Gracia akan marah setelah mendengar hal itu. Namun Gracia justru menanyakan hal lain.
"A..Aku hanya.. hanya teringat pada ayahku saja.." Damar menunduk.
"Sudah sudah jangan mengingat yang sedihnya terus. Cobalah ingat hal-hal menyenangkan saat bersama keluarga mu untuk mengobati rindu. Positif thinking." Kata bunda, memeluk keduanya.
"Baiklah, Bunda sayang" Ucap Damar dan Gracia bersamaan sambil membalas pelukan ibunya.
"Ekhm ekhm" Dehem seseorang di depan mereka.
Mendengar suara seseorang sontak saja ketiganya melepaskan pelukan satu sama lain.
"Ka..Kalian?? Sejak kapan kalian disana?" tanya Gracia malu.
"Sejak kau tiduran disini, tersenyum dan menangis sendiri, lalu berpelukan bertiga" Ucap Farka dengan nada mengejek.
Gracia mengembungkan pipinya merasa mulai di jahili. "Ngapain kalian nontonin aku hah?"
"Karena kita tahu kamu lagi butuh suport makannya kita kesini. Tapi ga tega gangguin kamu yang lagi sedih kangen sama mama papa." Farka mendekati Gracia dan duduk disampingnya, diikuti oleh semua anggota Blood One dan para pegawai di perusahaan,termasuk para pekerja di rumahnya.
"Nona,kamu harus ingat. Kamu tidak sendiri, seperti yang Damar katakan. Kita ini keluarga. Nona jangan sungkan berbagi cerita suka duka dengan kami. Kami akan selalu ada buat nona." Ucap salah seorang anggota Blood One.
"Benar,Nona. Nona ingat kenapa nona memberi nama geng kita dengan 'Blood One' ? Kita ini satu darah, hidup dan mati, suka dan duka, sedih dan gembira kita selalu bersama-sama." Ucap yang lainnya.
Semua orang berkumpul membentuk lingkaran. Saling memberikan support untuk Gracia sebagai ungkapan terimakasih.
"Nona, nona juga pasti pernah dengar kan kalau keluarga itu bukan hanya ayah ibu dan anak tapi orang-orang disekeliling kita, orang-orang yang menyayangi kita juga orang-orang yang kita pedulikan itu adalah keluarga."
"Ya,nona. Meskipun selalu ada yang tidak menyukai kita, tapi jangan lupa tidak sedikit juga orang yang sayang pada kita. Rasa sayang itu tidak selalu harus di ungkapkan, cukup selalu ada saat kita suka maupun duka."
Semua orang membenarkan apa yang dikatakan rekan-rekannya yang saling bersahutan. Gracia amat tersentuh dengan support yang mereka berikan.
'Terimakasih Dewi. Ternyata aku masih memiliki keluarga. Tolong pertahankan keluarga ku yang ini.Aku berjanji akan menjalani hidup ku yang sebenarnya mulai dari sekarang. Aku akan membahagiakan keluarga-keluarga ku. Akan kuusahakan yang terbaik untuk mereka semua.' batin Gracia berjanji pada dirinya sendiri.
"Terimakasih semuanya. Tetaplah menjadi keluarga ku yang utuh. Sekarang aku tidak sendiri lagi." Ucapnya tersenyum bahagia.
"Ini baru Nona kita" Ucap semua orang serempak lalu tertawa bersama-sama.
Pagi yang begitu indah untuk mereka. Pagi ini Gracia sudah mendapatkan semangat baru. Namun semua itu tidak bertahan lama. Masalah yang sebenarnya baru akan terjadi. Hari yang berat dan merepotkan baru akan dimulai.