Setelah kembali dari luar negeri, Keira Adelina Oliver terpaksa harus menikah dengan seorang pria asing untuk membantu perusahaan ayahnya yang diambang kebangkrutan.
Xavier Grayson Chester seorang pria tua berumur 34 tahun, dibuang oleh keluarganya setelah kecelakaan mobil yang dialaminya. Yang mana membuat kedua kakinya menjadi lumpuh. Dan sebagai imbalan atas kerja kerasnya, keluarganya mencarikannya seorang istri untuk menemaninya di pengasingan.
Dan bagaimana jika seorang wanita yang mirip dengan Keira muncul di tengah-tengah pernikahan mereka.
Apa hubungannya?
penasaran dengan ceritanya? yuk baca.
jangan lupa like and comment ya 🥰
ini karya ku yang pertama, jika ada kesalahan mohon maaf.
Terima kasih 🙏🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selenophile, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Setelah istirahat beberapa jam tubuhnya terasa lebih baik, Keira ingin segera membersihkan tubuhnya yang lengket oleh bau keringat.
Namun, saat Keira hendak bangun dari tempat tidur, dia merasa tangan kirinya sangat kaku dan berat seperti tertindih sesuatu. Menoleh ke samping, ternyata Shaka yang sedang tertidur pulas di sisinya menggunakan tangannya sebagai bantalan.
Wajahnya yang imut membuat dia merasa gemas, bulu matanya yang panjang terlihat lentik dengan pipi gembul yang terlihat merah merona, bibirnya yang berwarna pink
sedikit terbuka saat tertidur.
Melihat putranya tidur sangat nyenyak, Keira tidak tega untuk membangunkannya. Jadi, Keira dengan hati-hati turun dari ranjang lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket oleh keringat.
Setelah menghabiskan waktu beberapa menit di kamar mandi, Keira berjalan keluar dengan tubuh yang segar dan fresh. Pakaiannya pun sudah diganti menjadi yang lebih nyaman. Piyama pendek berwarna hitam dengan garis putih di sisi-sisinya, mengekspos kulit putih bersihnya.
"Ibu…." tangis Shaka pecah saat melihat Keira berdiri di hadapannya. Wajahnya yang lucu saat ini berlinang air mata.
Saat Shaka bangun dia tidak mendapati keberadaan ibunya. Dan hal itu membuat dia panik dan takut, takut Keira akan meninggalkan dirinya dan menghilang seperti orang tua kandungnya.
Mendengar tangisan Shaka, Keira kalang kabut dia tidak tau alasan kenapa anaknya menangis. Tapi yang pasti dia harus menenangkannya terlebih dulu. Keira berjalan cepat ke tempat tidur, lalu membawa Shaka ke pangkuannya.
"Sayang kenapa nangis, hm?" Keira menghapus tetesan air mata di pipi Shaka dengan lembut.
"Kenapa Ibu pergi? Kenapa gak bangunin Shaka? Ibukan lagi sakit, "rajuk Shaka dengan suara serak karena sehabis menangis.
Pada intinya Shaka takut ibunya kenapa-kenapa.
Shaka menyandarkan kepalanya di pundak Keira, tangannya yang kecil dan gemuk melingkar di pinggang ramping ibunya.
"Maaf sayang, Ibu tadi habis mandi dan Ibu tidak tega bangunin Shaka yang lagi tidur," jelas Keira merasa bersalah.
Keira mengusap punggung Shaka lembut dan mencium keningnya berkali-kali, mencoba untuk menenangkan emosi anaknya yang tidak stabil.
"Tapi, kenapa Ibu mandi? Ibukan lagi sakit, bagaimana kalau Ibu masuk angin? Shaka gak mau lihat Ibu sakit," ujar shaka sangat khawatir dengan kondisi Ibunya.
Mendapat perhatian dari anaknya, hati Keira terasa hangat. Dengan senyum manis, Keira membelai kepala putranya.
"Ibu mandi karena badan Ibu sangat gerah. Juga, sekarang ibu tidak papa, tubuh ibu sudah lebih baik. Jadi Shaka gak perlu khawatir sama Ibu."
"Benarkah?" tanya Shaka memicingkan matanya curiga.
"Benar, coba periksa." Keira mengambil tangan Shaka lalu meletakkannya di keningnya.
"Bagaimana, panas Ibu sudah turunkan."
Keira tidak berbohong, badannya sudah lebih baik dibandingkan tadi pagi yang terasa sangat panas seperti direbus di air panas yang mendidih.
"Hebat! panas Ibu sudah turun," ucap Shaka sangat bersemangat sambil memeluk tubuh Ibunya erat.
Dia senang sekarang Ibunya baik-baik saja, tidak seperti pagi tadi yang badannya sangat panas.
"Ibu jangan sakit lagi," gumam Shaka sedih.
Dia tidak mau melihat ibunya seperti tadi, terbaring lemah tak berdaya dengan wajah pucat. Seperti akan menghilang di detik itu juga.
"Ya, Ibu janji gak akan sakit lagi. Tapi, Shaka juga harus janji gak boleh sedih oke?"
"En," gumam Shaka menganggukan kepalanya.
Interaksi harmonis antara Ibu dan putranya terganggu saat seseorang membuka pintu kamar secara tiba-tiba.
Keira dan Shaka secara kompak menoleh ke arah pintu untuk melihat siapa yang membuka pintu tiba-tiba. Di pintu yang terbuka Xavier masuk dengan kursi rodanya menuju ke arah ibu dan anak itu yang sedang menatapnya dengan polos.
"Apa kamu sudah baikan?" tanya Xavier sambil meletakkan tangannya di kening Keira untuk mengecek suhu tubuh istrinya.
Merasa panasnya sudah turun, Xavier menghela nafas lega. Dia kemudian mengusap rambut halus Keira menggunakan tangannya yang besar.
"Syukurlah panasnya sudah turun."
"Ke depannya jangan sakit lagi. Mas khawatir kalau kamu sakit,"ucap Xavier lembut.
Tersentuh oleh perhatiannya, wajah Keira terasa panas. Dia tidak menyangka kalau pria dingin dan kejam seperti suaminya akan mengucapkan kata-kata lembut seperti itu.
"Ada apa dengan wajahmu, apa kamu sakit lagi?" ucap Xavier dengan raut wajah khawatir sambil menangkup kedua pipi Keira agar melihat ke arahnya.
Melihat wajah tampan dan sempurna suaminya dari dekat, wajah Keira tambah memerah seperti tomat. Dia merutuki dirinya yang terlalu bodoh.
"Dasar bodoh, kenapa aku harus terpesona oleh wajah tampannya sih. Bikin malu saja."
"Bu-bukan i-ini… i-ini…." Sebelum ucapannya selesai dia sudah terpotong oleh tangisan Shaka.
"Tuhkan Ibu sakit lagi, Ibukan udah janji gabakalan sakit," ucap Shaka panik, matanya yang bulat mulai berkaca-kaca.
Melihat putranya akan menangis, Keira sangat panik dan buru-buru menjelaskan.
"Bukan! Shaka dengarkan Ibu, Ibu…."
"Keenan!" teriak Xavier dingin memotong perkataan Keira.
Keira sangat frustasi karena penjelasannya dipotong lagi. Bisakah kalian mendengar penjelasanku dulu?
...****************...
"Panasnya sudah turun, Nyonya Keira hanya butuh istirahat untuk memulihkan tubuhnya kembali," jelas Keenan setelah memeriksa keadaan Keira.
Setelah kesalahpahaman yang terjadi, ujung-ujungnya Keira diperiksa lagi oleh Dokter. Lebih lagi dokter yang mengobatinya akan menjadi orang yang dia kenal. Sebenarnya saat tadi disuntik, Keira tidak tau siapa dokternya karena pada saat itu matanya terpejam tidak mau membuka mata.
"Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Keira penasaran saat melihat Keenan yang berdiri di samping ranjangnya.
"Karena aku dipanggil suamimu untuk datang ke sini," jawab Keenan tersenyum lembut.
"Maksudnya, kalian…." Keira menatap dua pria itu bingung.
"Ya, kami saling mengenal,"jawab Xavier menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh istrinya
Dia tidak suka melihat interaksi antara istrinya dan pria lain, apalagi di depannya.
Keenan memutar bola matanya malas saat mendengar nada asam bosnya. Dia tidak tau kalau pria seperti Bosnya akan begitu cemburuan.
"Oh seperti itu, aku tidak menyangka ternyata kalian saling kenal,"ujar Keira merasa takjub, ternyata Dokter terkenal dan jenius itu mengenal Xavier.
Kalau begitu akan gampang untuk membujuk Xavier agar mau mengobati kakinya. Dia bukannya menyesal atau malu menikahi pria lumpuh, tapi Keira hanya ingin melihat Xavier bahagia. Dia ingin melihat Xavier berdiri kokoh dengan punggung yang tegak seperti sebelumnya.
Dia tidak ingin melihat Xavier dipandang rendah oleh orang lain. Keira ingin melihat Xavier kembali lagi menjadi Presdir yang sangat mendominasi yang pernah dia lihat di berita keuangan internasional.