Pernikahan yang diharapkan harmonis seperti yang diharapkan, tapi justru harus menjadi derita seorang istri yang tidak mendapatkan perhatian dari suaminya.
Pernikahan yang sudah dijalaninya tak membuahkan sang buah hati, lantaran sikap suaminya yang tak pernah menyentuh istrinya.
Sakit, kecewa, ingin marah, ingin memberontak, tak mampu untuk dilakukan Zeyana, lantaran pernikahannya yang diawali lewat perjodohan dari orang tuanya dengan kakek pihak laki-laki.
Rouki yang telah menjadi suaminya Zeyana, hanya menjadikan dirinya sebagai suami didalam status, tetapi tidak untuk kewajibannya.
Akankah keduanya mampu bertahan dalam pernikahannya? sedangkan rasa cinta pada Rouki tak ditunjukkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa ingin tahu
Cukup memakan waktu yang lumayan lama, akhirnya Rouki mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat waktu.
"Sudah sore rupanya, aih! sampai-sampai aku lupa kalau aku harus pulang cepat." Gumamnya sembari membereskan meja kerjanya.
Belum juga selesai membereskan meja kerjanya, rupanya Rouki dikagetkan dengan suara bel pintu.
Tanpa pikir panjang, Rouki langsung menekan tombolnya, dan pintu pun terbuka dengan sendirinya.
"Permisi, Bos."
"Silakan masuk, ada perlu apa kamu menemui aku, Brian?" tanya Rouki yang tidak menyukai basa basi.
"Maaf, Bos. Ini, ada sesuatu yang di kirimkan oleh seseorang untuk Bos Rouki. Silakan untuk dilihat, sekalian saya pamit untuk keluar." Jawab sekretarisnya sambil menyodorkan sesuatu kepada Bosnya.
"Tunggu, jangan pergi dulu."
"Ya, Bos, kenapa?"
"Kamu dapat ini dari mana?" tanya Rouki ingin tahu.
"Dari seseorang yang bernama Andre, katanya orang kepercayaan Bos Rouki."
"Ok, kamu boleh keluar. Satu lagi, kamu bereskan ruangan kerjaku ini serapi mungkin. Setelah itu, kamu diizinkan untuk pulang." Ucap Rouki tak lupa memberi perintah kepada sekretarisnya.
"Baik, Bos." Jawab Brian disertai dengan anggukan.
Karena sudah tidak sabar untuk melihat apa yang diberikan dari orang suruhannya, Rouki buru-buru segera pulang ke rumah untuk mengetahui isi didalamnya.
Selama perjalanan pulang, Rouki masih fokus dengan setirnya, juga dengan pikirannya yang tertuju pada tujuannya.
Karena jarak kantor dengan rumah yang ditempati tidak begitu jauh, akhirnya sampai juga di halaman rumah. Tidak sabar dengan apa yang ia dapat dari Andre orang suruhannya, cepat-cepat untuk masuk ke ruang kerjanya yang ada di rumah.
"Rouki, kenapa kamu buru-buru, Nak?"
"Eh, Mama, ngagetin aja. Tidak ada apa-apa kok, Ma. Aku cuma lagi ada sesuatu yang penting, jadi buru-buru. Zey ada di rumah, 'kan?"
"I-i-iya, istrimu ada di kamar."
"Oh, makasih, Ma."
Rouki yang sudah tidak sabar, langsung menuju ke ruang kerjanya.
Sedangkan ibunya hanya menggelengkan kepalanya karena merasa heran dengan putranya.
"Itu anak kenapa jadi aneh begitu, tidak sedang ada masalah, 'kan?" gumam ibunya penuh tanda tanya soal putranya.
"Mama kenapa lah, perasaan Papa lihat tuh, Mama sedang memperhatikan anak tangga. Mama sedang tidak melihat makhluk kasat mata, 'kan?"
"Mana bisa Mama melihat makhluk kasat mata, ada ada saja Papa ini. Itu si Rouki, tadi kek buru-buru gitu. Kayaknya ada sesuatu pada putramu deh, Pa."
"Hem. Gini nih, karena jarang dekat sama anak sendiri, jadinya mudah penasaran. Ya udah kamu temui Rouki dan lihat sedang ngapain anak itu."
"Enggak lah, Pa. takutnya dia masih mudah emosi dan disangkanya Mama terlalu mengawasinya lagi. Tau sendiri si Rouki selalu menganggap kita itu hanya benalunya, yang berarti bukan orang tua kandungnya. Mama tidak mau susah payah untuk memberi penjelasan padanya, suatu saat dia akan mengetahuinya sendiri."
"Yang sabar ya, Ma. Oh ya, satu minggu lagi keluarga besar kita akan ada acara pertemuan di rumah ini, sampaikan kepada semua asisten di rumah untuk mempersiapkan acaranya."
"Papa serius?"
"Ya, keputusan besar atas pemilik warisan akan jatuh telak entah siapa yang akan memiliki tahta itu. Semoga saja, Rouki tidak dijadikan umpan bagi orang-orang yang tidak mempunyai tanggung jawab."
"Mama juga takut, Pa. Padahal Rouki adalah putra kita." Ucap istrinya Tuan Kusuma tertunduk sedih saat teringat masa lalu saat melahirkan putranya yang penuh perjuangan.
Tidak hanya istrinya Tuan Kusuma saja yang tengah berjuang untuk melahirkan sang buah hati, tetapi istrinya sang kakaknya lah yang juga ikutan berjuang melahirkan di tempat rumah sakit yang sama.
Karena istrinya hampir depresi karena mempertahankan putranya, Tuan Kusuma bersusah payah untuk melindungi putranya juga istri yang dicintainya.