Kanazya Laurels, wanita yang hidup sendiri dari kecil. Ayahnya meninggal setelah ditinggal ibunya pergi.
Dia bertemu dengan seorang pria penjual bunga yang sangat tampan hingga membuatnya terpesona. Tetapi lelaki itu ternyata tunanetra.
Tak disangka, Kana setuju menikah dengan Krishan lantaran ia terhimpit dan butuh tempat tinggal. Tetapi pesona Krishan yang luar biasa itu, membuatnya jatuh cinta.
Masalah terus berdatangan saat Kana menyadari bahwa lelaki buta yang ia nikahi bukanlah orang sembarangan.
Siapa sebenarnya Krishan? Bagaimana cara dirinya melindungi istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Taken I
Krishan duduk di balkon rumah, tempat tinggalnya sebelum ia kecelakaan. Rumah itu kini ditinggali oleh Daniel dan David. Dua orang sahabatnya sejak di panti dulu.
"Han, aku sudah menyuruh anak-anak untuk menyelidiki istrimu."
Yang dipanggil Yohan itu tidak menyahut. Dia mengesap rokoknya lebih dalam.
"Kupikir istrimu itu wanita baik-baik, jadi tidak mungkin dia melakukan itu. Dia tidak tahu identitasmu dan hanya menerimamu yang buta, aku pikir tidak ada perempuan seperti itu."
Krishan juga sama, dia merasa istrinya adalah wanita yang amat baik. Apalagi berkali-kali Jia meyakinkan dirinya melalui kisah ayahnya yang hampir mirip dengan dirinya. Jadi rasanya, tidak mungkin istrinya itu berselingkuh.
Kini sudah pukul 2 pagi, Krishan belum juga tertidur. Tidak ada rasa kantuk yang datang, malah kekecewaan di dalam dirinya belum juga mereda.
Suara decapan bibir istrinya yang beradu dengan lelaki itu masih terngiang-ngiang di telinganya.
Jia, kenapa dia melakukan itu?
Ponsel Daniel berdering, lelaki itu dengan cepat mengangkatnya.
"Jelaskan sekali lagi." Ucapnya lalu membesarkan volume teleponnya.
"Kami mendapati laki-laki itu menaruh sesuatu di minuman Nyonya Krishan. Lalu setelah di hotel, Nyonya tidak ikut masuk dan berlari pulang. Lelaki itu mengundang wanita lain ke dalam kamar hotelnya." Jelas orang diseberang.
Daniel tidak menjawab, dia menunggu sahabatnya itu bertitah sementara Krishan seperti tengah merenung dengan apa yang dia dengar.
"Hajar." Titahnya.
"Kau dengar? Beri dia pelajaran." Ucap Daniel lalu menutup teleponnya.
"Mana David?" Tanya Krishan.
"Dia jarang kemari. Biasalah, tidak bebas karena kau melarang membawa perempuan ke rumah." Jawab Daniel lalu menuang minumannya.
Krishan mendesah, dia ingin lelaki itu dipecat dari Shanprise supaya tidak mengganggu istrinya.
"Bagaimana operasimu?"
"Belum ditemukan." Jawab Krishan singkat.
"Sudah kubilang, pakai saja mata orang yang menyeleweng. Dari pada dibunuh begitu saja, mending kau cabut matanya."
Krishan menghembuskan asap dari mulutnya secara perlahan. Pikirannya tak teralih dari istrinya.
"Aku tidak bisa melakukan itu, apalagi sudah ada istriku."
Daniel mengangguk-angguk. Dia adalah orang yang merasakan perubahan drastis Krishan, dari pria bertubuh dingin dan mematikan, kini menjadi pria bertubuh hangat dengan senyuman indah.
Rasanya, kecelakaan yang menimpa sahabatnya itu benar-benar menjadi pelajaran berharga untuk mereka semua.
"Soal kecelakaanmu, apa masih belum jelas siapa dalang dibaliknya?" Tanya Daniel tiba-tiba.
"Tidak perlu analisa, aku tahu siapa yang melakukannya. Apa kau mendengar kabarnya?"
"Tidak. Dia menghilang setelah kau kecelakaan. Berita kematian dan kehancuran perusahaanmh yang kusebar nampaknya sudah mereka ketahui kebohongannya."
Krishan diam beberapa saat. Lawannya itu memang sudah setahun tidak menunjukkan muka.
"Dia baru datang ke rumahku." Tukas Krishan.
"Apa?"
"Sepertinya pengawasan kurang ketat. Aku tidak ingin dia tahu kalau aku sudah beristri."
"Ya, kau benar. Orang gila itu akan melakukan segala cara untuk menghancurkanmu. Kalau dia tahu kau buta, dia pasti akan lebih berani." Tukas Daniel sambil mengepakan tangannya sementara Krishan, terus menyesap rokok di tangannya. Kini dia merindukan istrinya.
...○●○●...
Pintu kamar Noah digedor kencang hingga membuatnya berang, siapa yang berani mengganggu aktifitasnya di tengah malam seperti ini.
Noah dengan hanya memakai bokser, membuka pintu dan wajahnya langsung dihantam tanpa aba-aba. Beberapa pria berpakaian rapi menghajar Noah secara membabi buta sementara perempuan di atas tempat tidur dengan selimut yang menutupi dirinya menjerit-jerit seperti orang kesetanan menyaksikan apa yang ada di depannya.
Tidak ada yang berani menolong, tak seorangpun yang datang karena mereka tidak ingin terlibat.
Tubuh Noah tergeletak, wajahnya penuh lebab dan darah keluar dari hidungnya. Walau begitu, dia masih sadar dan bertanya-tanya, siapa yang berani melakukan ini padanya.
"Ini balasan karena kau telah berani menyentuh milik tuan kami." Bisiknya lalu beranjak pergi, meninggalkan Noah yang sudah tidak sanggup bergerak.
Orang-orang dari kamar lain mulai mengintip, juga karyawan hotel yang langsung menolong Noah dan membawanya ke rumah sakit terdekat.
...○●○●...
"Nona belum keluar, tuan. Saya sudah mengetuk pintunya tetapi tidak ada jawaban."
Krishan ikut diam. Sejak kemarin istrinya ternyata belum keluar kamar. Padahal sudah mau jam makan siang.
"Tadi malam saat saya mendekat ke pintunya, dia masih terdengar menangis di kamar sampai jam 1 pagi."
Krishan tak menyahut. Ada rasa bersalah dalam hatinya. Tetapi diapun masih belum bisa meredakan kekecewaannya. Lagi-lagi suara decapan bibir dan erangan itu mengganggu di telinganya.
"Terus temani dan ajak bicara supaya mau makan." Ucapnya lalu menutup gagang telepon.
Krishan langsung meraih ponsel dan mengaktifkannya. Dia mendapatkan banyak pesan suara yang dikirimkan oleh istrinya.
"Krishan, aku salah. Maafkan aku. Hiks.." Krishan terdiam, untuk pertama kalinya dia mendengar Jia menangis terisak dan terdengar sangat menderita.
"Maaf, Krish. Aku salah, aku benar-benar salah..hiks.. Aku.. aku.. tidak tahu kenapa melakukan itu. Maafkan aku, Krish.. aku janji tidak akan melakukannya lagi..hiks.."
"Krish, kumohon..hiks..dengarlah penjelasanku dulu.."
"Krish.. aku.. hiks..tidak bermaksud mencurangimu..hiks.. hiks.. aku.. hiks.. aku tidak tahu kenapa keinginanku tiba-tiba memuncak..hiks..makanya aku pulang untuk menemuimu.. untuk bersamamu..hiks..." Tubuh Krishan melemas, isak tangis Jia membuat hatinya ikut sakit dan merasa sangat bersalah. Dia jadi ingin pulang dan memeluk istrinya itu.
"Krish.. bukan aku bermaksud menutupinya, hiks.. tapi.. Noah bukan hal yang penting untuk dibahas.." ucapnya dengan suara parau. "Makanya.. hiks.. aku tidak bilang padamu.."
"Tolong.. hiks.. maafkan aku, Krish.. hiks.. aku takut.. hiks.. aku takut kehilanganmu.. hiks.. pulanglah, Krish..hiks.."
"Aku pulang, Jia. Aku akan pulang sekarang." Tukasnya lalu berdiri. Dia sudah tidak tega pada istrinya itu.
"Krish.." langkah Krishan terhenti, satu pesan terakhir belum ia dengarkan dengan tuntas.
"Kau tahu kan, kalau aku mencintaimu..hiks.. kau bisa merasakannya, kan?" suara Kana nyaris tak terdengar. "Aku menunggu, Krish. Aku merindukanmu.."
Mata Krishan menatap kosong ke depan. Dia menggenggam erat ponsel di tangannya. Sungguh, dia amat menyesali amarah yang melonjak tadi malam. Jika saja dia mendengarkan Jia sebentar saja, jika dia tidak mendahulukan emosinya, mungkin tangisan Jia tidak akan sepecah ini.
"Seaan!!" Krishan teriak memanggil asisten pribadinya karena ketidaksabaran bertemu Jia kini merongrong dirinya.
"Ya, tuan."
"Siapkan mobil dan barang-barangku. Aku mau pulang sekarang juga!" Titahnya pada lelaki itu.
"Baik, tuan!"
"Sudah kau urus lelaki brengsek itu?" Tanya Krishan sambil berjalan menuju mobil.
"Sudah, tuan. Dia masih di rumah sakit."
Krishan langsung pulang setelah mendengar apa yang istrinya kirim tadi malam. Dia jadi sangat tidak sabar untuk sampai ke rumah, memeluk istrinya itu.
Mobil yang dinaiki Krishan berhenti di depan rumah.
"Tuan.."
"Ada apa?" Tanyanya pada Andrew, supirnya.
"Ada tiga mobil hitam mencurigakan yang baru jalan dari rumah, tuan." Jawabnya dan Krishan langsung turun. Dia mendengar suara isak tangis dari dalam lalu berjalan cepat ke dalam sementara Andrew menelepon teman-temannya karena merasa ada yang tidak beres.
"Marry, kaukah?"
"Tu-tuaaan.." Marry mendekat dengan suara yang ketakutan, suasana rumah sungguh mencekam. Barang-barang berserak seperti telah terjadi sesuatu.
"Mana Jia!?" Krishan berjalan cepat menuju kamar namun kakinya malah menendang beberapa barang yang rasanya seperti berserak di atas lantai.
"Jiaa!!" Dia berteriak memanggil nama istrinya tetapi tidak terdengar suaranya.
"Tu-tuaan.. Nona.. Nona Jia dibawa oleh segerombol orang-orang itu, Tuan..."
Mata Krishan terbelalak, "Siapa!!!" Teriaknya pada Marry.
"Sa-saya tidak tahu.. mereka membawa paksa Nona Jia. Ampuni saya, tuan.." Marry terduduk di tempatnya, menunduk dalam meminta maaf sementara Krishan langsung berjalan keluar dengan langkah panjang.
"Cepat kerahkan semua! Kejar mobil itu!" Pekiknya dengan wajah berang. Dia menyebut satu nama dalam pikirannya, teman lama yang akhirnya muncul dan mengajaknya bermain lagi.
"Berani kau menyentuhnya, kau akan mati ditanganku!" Gumam Krishan geram dengan leher yang menegang.
TBC
nah loohh .. bini' mu sdh angkat bicara