Ayah kandung yang tega menjadikan putra keduanya bayang-bayang untuk putra pertamanya. Menjerumuskan putra kedua menuju lembah kehancuran yang menimbulkan dendam.
Ayah dan saudara yang di cari ternyata adalah sosok manusia namun tak berperasaan. Sama seperti iblis yang tak punya hati.
"Rahmat Rahadian"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neng Syantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEJUTAN!
“Anj*ng kau, bangsat! Ku bunuh kau, aku akan membuat hidupmu sengsara!” teriak Marco dengan sangat kencang, emosinya sudah berada di ubun-ubun. Mungkin, jika ia tidak terikat. Ia sudah melayangkan pukulan ke wajah Jack. Namun sayang seribu sayang, ia tidak dapat melawan kecuali hanya berteriak-teriak.
“Aku, akan memberimu kejutan. Ku harap, kejutan ini bisa memberikan surprise untukmu,” kata Jack. “Lihat baik-baik!” Jack menarik kasar rambut kakaknya itu.
Jack pun melepaskan topeng yang melekat pada wajahnya. Membaut Marco, dan seluruh anggota Klan Dragon terkejut, kecuali Dean.
“Wah, Kak Dean. Wajah mereka sangat mirip,” kata Sam. “Ehh, ralat. Bukan mirip tapi sama,” katanya kemudian.
Hanya Sam, yang berani berbicara bar-bar dan keras di ruangan itu. Sedangkan yang lainnya, hanya berani berbisik-bisik.
“Apa sebenarnya hubungan mereka? Apakah mereka kembar?” bisik Joe pada Erick. Sedangkan Iwan, ia hanya menatap lekat wajah Marco dan juga Jack.
Begitu juga dengan para anggota yang lainnya.
“Ka-ka-kamu!” Marco begitu terkejut melihat Rahmat ada di hadapannya.
“Kenapa? Kakak terkejut?” Jack melepaskan genggaman tangannya dari rambut Marco.
“Ke-kenapa kamu bisa ada di sini?”
“Tentu saja untuk membalas dendam!” jawab Jack.
“Cih.. Apa yang bisa kau lakukan untuk membalas dendam? Kau itu hanya anak bodoh yang berasal dari kampung,” Marco meremehkan Rahmat yang saat ini telah menjadi Jackson Morren sang penguasa dunia hitam.
“Ya, aku memang manusia bodoh, lugu, dan yang lebih bodohnya lagi. Aku membiarkan kalian memperalat diriku,” ucap Jack. “Tapi, itu dulu. Sekarang aku adalah Jack, Jack Morren ketua Klan Dragon yang di takuti dunia!” sambung Jack, membuat Marco terkejut.
“A-apa?” kejut Marco.
“Ku rasa, kau tidak tuli dan aku tidak perlu mengulang kata-kataku barusan,” kata Jack, lalu tangannya meraih telinga kiri Marco yang memakai anting permata kecil.
“Apa yang kau lakukan?” teriak Marco yang menggerakan kepalanya.
“Diam!” bentak Jack, membuat Marco dan seluruh anggota Klan Dragon terkesiap.
“Kau, ingin tau apa yang akan aku lakukan? Aku akan mengembalikan kata-katamu dua tahun yang lalu,” ucap Jack, sambil memakai paksa anting Marco ke telinga kirinya.
“Apa maksudmu?”
“Maksudku sangat sederhana, aku ingin kau menjadi bayang bayangku,” jawab Jack dengan santai. “Aku ingin kau merasakan, bagaimana rasanya menjadi bayang-bayang dari saudaramu sendiri,” sambungnya.
“Kau sudah gila!” maki Marco.
“Aku memang gila, kewarasan ku sudah hilang dua tahun yang lalu. Hilang bersama rasa kemanusiaanku, karena kalian renggut secara paksa!” teriak Jack dengan keras. “Dan sekarang, aku ingin kalian semua merasakan, apa yang pernah aku rasakan.”
Jack merogoh saku celana, mengambil sesuatu dari saku itu. Kalung, ya, kalung pemberian ibunya.
“Kau, kau tau apa ini?” Jack memperlihatkan kalung bulan sabit itu di hadapan wajah Marco.
“Benda tidak berharga!” ledek Marco, sengaja memancing emosi Jack, agar Jack yang emosi mengajaknya berkelahi dan melepaskan ikatannya pada kursi kayu itu.
“Benda tidak berharga inilah yang membawaku, ke kota ini. Membawaku pada manusia busuk seperti kalian,” kata Jack dengan wajah memerah menahan amarah. “Salah satu kalung ini adalah milikmu, saat kau sakit dan di bawa oleh Brahma ke kota. Ia tidak sempat memberikan nya padamu,” sambung Jack. Tatapannya berubah sendu, kala ia mengingat mendiang ibunya.
“Ibumu wanita jahat, wanita bodoh! Yang membiarkan putranya jauh darinya, untuk apa aku menerima kalung pemberian wanita hina dan jahat seperti itu!” seru Marco. Membuat tangan Jack mengepal kuat, dan segera melayangkan bogeman ke wajah Marco.
Buk..!
“Sialan! Ibuku bukan wanita bodoh, ibuku bukan wanita jahat. Ayahmu lah, pria jahat, pria terkutuk, pria yang tidak bermoral dan juga tidak berperasaan. Dia adalah manusia jelmaan iblis!” Jack membalas setiap kata yang keluar dari mulut kakaknya itu.
“Dan KAU! Jangan pernah sebut ibuku wanita hina dengab mulut kotormu itu!” Jack mencengkram dagu Marco dengan keras.
“Jika kau berani, lepaskan aku. Kita bertarung secara jantan, satu lawan satu, hanya kita berdua,” ucap Marco, sambil mengernyit menahan sakit.
“Hahahaha..!” tawa mengerikan Jack kembali pecah. “Kau pikir, aku bodoh. Membiarkan mu lepas dari tali ini, aku tahu kau berniat kabur kan?” Jack mendekatkan wajahnya pada wajah Marco. Namun perbuatan yang akan di lakukan Marco, membuat Dean berteriak.
“Jack..!”
Pyuh.. Marco meludahi wajah Jack, niat nya ingin kabur sudah gagal. Gelagatnya sudah terbaca oleh Jack.
“Sialan!” maki Jack, sambil membersihkan wajahnya dengan sapu tangan. “Joe, kemari!” panggil Jack kembali pada Joe, membuat Joe kegirangan.
“Asekk.. Mau di bunuh dengan cara apa, Bos? Pakai ini atau ini?” Joe mengeluarkan pistol dan juga belati miliknya.
“Kenapa kau mengeluarkan senjatamu? Aku bukan ingin menyuruhmu untuk membunuhnya, tapi untuk membalas perbuatannya barusan padaku,” kata Jack.
“Yeah.. Gagal deh, ku pikir tadi. Pria jelek ini bagianku,” ucap Joe yang memendam kekecewaan yang mendalam.
Sam, Dean, Erick, Argo, Iwan dan yang lainnya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Joe yang sangat tengil itu.
“Kau mengatakan wajahku jelek?” mata Jack melolot tajam.
“Ti-ti-tidak, Bos. Wajah anda tampan, tapi wajahnya jelek,” kata Joe yang meneguk slavina nya dengan susah payah.
“Ludahi wajahnya sebanyak tiga kali!” perintah Jack pada Joe.
“Se-serius, Bos?”
“Ya, serius. Cepat lakukan, atau aku yang akan meludahi wajahmu,” ucap Jack. Joe pun segera melakukan tugasnya. Ia meludahi wajah Marco sebanyak yang di katakan Jack.
Pyuh pyuh pyuh..!
“RAHMAT...!” teriak Marco dengan geram.
Bukk..! Joe membogem wajah Marco dengan keras, hingga Marco hilang kesadaran.
“Hehee, maaf Bos. Hanya sedikit DP, tanganku gatal,” ucap Joe seperti manusia tanpa dosa.
“Dasar begajulan,” ucap Erick.
“Manusia tidak berakhlak.” Gumab Argo.
“Psikopat gila!” maki Sam.
Sedangkan Dean, ia hanya terkekeh kecil melihat kelakuan Joe dan juga umpatan-umpatan kasar rekannya.
“Joe, Erick, Argo, Iwan, kalian jaga dia. Jika setelah satu jam ia tidak juga sadar. Guyur ia menggunakan air es,” kata Jack. “Ayo, Kak Dean, Sam. Kita kembali ke rumah kakek.”
Dean dan Sam segera pergi meninggalkan markas itu. Sedangkan yang lainnya, segera berdiri san bertugas di posisi masing-masing.
.
.
.
“Kenapa sudah beberapa hari ini, Kak Rahmat tidak kembali? Apakah sudah terjadi sesuatu pada Kak Rahmat?” Mayang yang berada di Apartemen milik Jack itu sedang di landa kecemasan dan kesedihan, wajah dingin yang sudah berapa waktu selalu ia lihat, kini tak lagi datang menemuinya.
Ia tidak tahu, bahwa sebelumnya, Jack memang tidak pernah kembali ke apartemen itu. Karena Jack tinggal di rumah kakek, Jack hanya kembali ke apartemen itu, karena ada dirinya dan juga Mbok Jum di apartemen itu.