AKU SARANIN BACA DULU Si DUKU MATENG YA BIAR TAHU ASAL USULNYA CERITA INI
HAPPY READING
Penghulu menikahkan itu memang sudah tugasnya, lalu bagaimana kalau Penghulunya yang dinikahkan
Alkan Arthama Syarief, si Penghulu tampan berlesung pipi, yang bisa membuat para calon pengantin wanita berpaling dari calon suami mereka.
Dipertemukan dengan Grecia, si gadis apa adanya, yang sangat jauh dari tipe Alkan. Bahkan Cia rela menjadi stalker dari seorang Alkan, si Penghulu tampan, kapan pun dan dimana pun.
Hidup, sikap, penampilan, bahkan gaya berbicara pun mereka bagaikan langit dan kerak bumi. Alkan yang begitu sederhana dan lembut, Grecia yang begitu glamor dan bar bar serta emosian, didukung dengan segala kemewahannya.
Akankan mereka bisa saling melengkapi, disaat banyak yang menentang, karena perbedaan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Duyung Tapi Malaikat
Lovy menatap bingung pada Cia, yang sedari tadi terus saja tersenyum, bahkan kedua mata bening itu menatap berbinar kearah lautan.
Saat ini, ibu dan anak itu tengah duduk santai diatas kap mobil, ditemani oleh pop ice, bobba, cilok, cilor, sempol serta rujak buah, yang Lovy beli diarea pantai ini.
Jadi saat Cia tadi berbicara panjang lebar dengan Alkan, Lovy sama sekali tidak mengetahuinya. Karena si Nyonya Gara tengah mencari sumber kunyahan anak kesayangannya.
"Ci?" panggil Lovy, sang Mami terlihat semakin ngeri kala melihat senyuman Cia, semakin melebar.
Apa lagi tatapannya, terus saja mengarah ke lautan luas. Memangnya Cia sedang tersenyum pada siapa? ada apa di lautan itu?
"Grecia Vyga!" kali ini Lovy menaikan oktaf suaranya.
"Apa sih Mi?" sahut Cia tenang.
Namun kedua mata serta senyumannya, masih mengarah ke lautan. Bahkan saat Cia memakan sempolnya, dia tetap tidak mau mengalihkan pandangannya.
"Kamu lihatin apa sih? senyum senyum gitu lagi, jangan bikin Mami takut deh." protes Lovy.
Ibu dari dua orang anak itu, menyeruput es bobbanya dengan tergesa, membuat Lovy sedikit tersedak.
"Uhuk!"
"Ya ampun, Mami! pelan pelan dong minumnya," ujar Cia khawatir, salah satu tangannya menepuk pelan punggung Lovyna.
"Kamu sih!" seru Lovy sedikit kesal.
Cia mengerejabkan kedua mata, kala mendengar seruan sang Mami. Kenapa Maminya terlihat kesal? memang dia salah apa? perasaan dia diam saja sedari tadi.
"Mami kenapa sih, kok kayak kesel gitu sama Cici. Perasaan Cici diam aja deh," ucap pelan Cia, bahkan saat ini bibir tipis itu mengerucut, karena sang Mami tiba tiba kesal padanya.
Lovy menggirup napas dalam, lalu mengembuskannya kasar. Dia terus saja melakukannya, sampai benar benar tenang.
"Kamu ngapain senyum senyum, terus lihatin laut, memangnya ada apa sih disana? kamu ngapain aja waktu Mami telponan sama Papi? terus pas Mami beli cilok, kamu ngapain aja di pinggir laut? sama siapa? jangang bilang, kalau ada pangeran duyung yang datang, terus godain kamu, makanya kamu bisa kayak gini? ayo ngaku!" celoteh Lovyna, bahkan sang Mami terlihat menodongkan tusukan sempol pada Cia.
Sedangkan Cia, gadis itu hanya bisa menatap heran pada sang Mami, bahkan kedua mata Cia berkedip berkali kali, mendengar celotehan Lovy.
"Ish, Mami apaan sih! mana ada pangeran duyung, yang ada noh dugong. Pangeran duyung? Cici pernah lihat sih, tapi di film barbie hehee." sahut Cia, bahkan gadis itu teekikik geli.
"Terus kamu kenapa? gak mungkin ada asap kalau gak ada api." cecar Lovy lagi.
Cia menghela napas kasar, mendengar pertanyaan sang Mami untuk kesekian kalinya. Gadis berambut panjang itu, kembali menatap kearah lautan tanpa berkedip sedikit pun.
"Bukan pangeran duyung, Mi. Tapi seorang malaikat, malaikat tak bersayap. Malaikat tampan yang membuat Cici selalu terbang, padahal cuma lihat senyumannya. Apa lagi kalau lihat yang lain, Cici pasti sudah oleng dan akhirnya tersungkur." celoteh Cia, sembari membayangkan senyuman manis Alkan. Lesung pipi si Bapak Penghulu, sukses membuat dia melayang keawang awang.
"Malaikat pencabut nyawa, maksud kamu?" sahut Lovy asal, membuat Cia segera menoleh pada wanita yang sudah melahirkannya.
"Astaga Mami! Mami doain Cici, disamperin sama malaikat maut? Astagfirouloh, amit amit amit! Cici belum kawin sama Pak Peng...," Cia segera membekap mulutnya sendiri, saat dia hampir saja kelepasan.
Cia belum siap mengatakan kalau dia dan Alkan, sedang melakukan pendekatan. Ini masih awal, jadi Cia belum berniat memberitahukan pada siapa pun.
"Pak peng? pak peng- siapa?" tanya Lovy.
Cia berdehem, dia berpura pura meminum es bobba milik sang Mami, guna menghilangkan rasa gugupnya.
"Emm- ma-maksud Cici, Cici kan belum di nikahkan sama pak penghulu, gitu maksudnya. Lagian Mami, ngapain sih bawa bawa malaikan maut, ngeri tau!" kilah Cia, dia bahkan berpura pura merajuk pada Lovyna.
"Ya ampun, Mami gak doain kamu kayak gitu, amit amit! masa Mami tega, sebelum kamu disamperin, nanti Mami getok tuh malaikat pakai teplon." ucap Lovyna, bahkan ucapannya mampu membuat Cia terkikik geli.
'Maaf ya Mi, Cici belum berani cerita. Nanti, kalau Mas Al sama Cici udah cukup dekat, terus hubungan kita jelas, baru Cici cerita sama Mami.' gumam pelan hati Cia, kedua matanya terus saja menatap kearah sang Mami.
"Terus, ini jaket siapa yang kamu pakai?" tanya Lovy lagi, dan kali ini sukses membuat Cia harus menepuk dahinya sendiri.
'Mampus, goblok banget sih Cici!' umpatnya dalam hati.
lama2 author nya tak jak bkin kolak ini....
mampir juga yuk ke novel aku
MENIKAHI WANITA MALAMKU