NovelToon NovelToon
Janji Di Titik Surga

Janji Di Titik Surga

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Selingkuh / Ibu Mertua Kejam / Pelakor / Matabatin / Dunia Lain
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ema Virda

Selama lima tahun pernikahan, Asha dan Fajar memiliki hubungan yang harmonis, saling mencintai dan saling mengerti satu sama lain.

Pernikahan mereka mulai retak, anaknya yang berumur satu tahun meninggal tanpa sebab.
Ujian dan cobaan rumah tangga Asha dan Fajar tidak hanya dari keluarga tapi juga gangguan gangguan makhluk halus. Di tambah saat Asha keguguran anak ke dua yang lagi lagi tanpa sebab.

Apakah mereka bisa menemukan jalan kembali ke titik surga untuk mempertahankan rumah tangga dan cinta mereka ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ema Virda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#26

" Fandi. Fajar. Jangan pulang sendiri loh ya, nanti mbak jemput. "

Fandi dan Fajar hanya mengangguk, dan berlari bergandengan tangan bersama ke sekolah. Lalu, Dewi mengayuh sepedanya sekali lagi. Jarak sekolahnya dan adik adiknya tak terlalu jauh, hanya sekitar satu kilo meter lagi.

Jantung Dewi berdegup kencang, seperti firasat buruk menghantui hatinya. Tapi dia tetap mengayuh sepedanya hingga sampai ke sekolah.

Dengan seragam sekolah yang masih terpakai. Tiba tiba Dewi berada di belakang rumah tepat di samping pintu, dia berdiri dan mematung. Melihat api yang berkobar di tubuh adiknya. "Fandiiii ! Fandiiii !" Dewi hanya teriak tak bisa menolong, kakinya seperti terpaku oleh benda yang tajam yang membuatnya tak bisa bergerak. Hanya kedua tangannya yang ingin menggapai tubuh adiknya.

Tangan dan kaki Dewi seperti terikat oleh suatu benda yang berat namun tak terlihat. Dia berusaha untuk bangun dengan sekuat tenaga tapi tangan dan kakinya tetap tak bisa bergerak. Tiba tiba dengan netra yang melotot dan dengan napas yang berbunyi ngik, ada sosok makhluk yang menindih dada Dewi dan mencekik lehernya. Sosok makhluk hitam dengan netra yang kosong dan meleleh, yang sekaligus tercium bau gosong yang sangat menyengat.

Dewi melihat dengan sangat jelas makhluk itu. Dia mengingat adiknya Fandi. Dia berusaha untuk mengucapkan 'Maafkan Mbak Dewi' namun suaranya tak bisa keluar, lehernya masih dalam keadaan tercekik. Dewi berusaha untuk sadar dari mimpinya, kaki dan tangannya meronta dan berusaha untuk teriak. Lalu, Dewi terbangun dengan napas yang terengah-engah.

Dewi membuka netranya perlahan dan melihat sekeliling kamarnya yang masih gelap dan menoleh ke samping, masih melihat Rafi yang tertidur pulas. Dia berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri, menyadari bahwa itu hanya mimpi buruk. Tapi rasa takut masih menghantuinya. Sehingga perutnya yang membuncit terlihat sangat kaku dan keras karena kontraksi dari anaknya.

Walau tangannya gemetar, Dewi meraih dan menarik selimut ke atas tubuhnya. Sambil mengelus elus perutnya yang terlihat kaku, mencoba untuk tenang dengan menarik napas panjang dan dalam.

Tapi saat dia melihat ke arah jendela, dia melihat bayangan hitam menatapnya . Dewi berteriak keras, " Aaaaa ... " Sambil menutup kedua netranya dan membuat seisi rumah terbangun termasuk Rafi yang berada di samping.

" Ibu ... Ibu kenapa ?" tanya Rafi dengan menggoyang goyangkan badan Dewi agar berhenti berteriak.

Sriati yang dari tadi berada di kamar dan tak ingin di ganggu siapapun, membuka pintu dengan tergesa-gesa.

"Onok opo Wi. Onok opo ko teriak teriak ?" tanya Sriati.

Dewi masih terbengong sambil menunjuk ke arah jendela "itu ... Itu, Bu."

"Sadar Wi, cuman halusinasi. Kandunganmu engko kenapa kenapa ? Tarik napas, terus tenang."

Rafi yang masih kecil manangis melihat ibunya. "Nek, ibu kenapa."

"Tidak apa apa," jawab Sriati langsung untuk tenangkan Rafi.

Sriati langsung menurunkan tangan Dewi yang terasa kaku seperti kayu. " Wis, wis ... Ora onok opo opo. Saiki istirahat yo. iku cuman mimpi, tidak ada apa apa di jendela."

Sriati sedikit lega melihat anak perempuan nya sudah kembali seperti semula. Mendengar perkataan Sriati, Dewi mulai tenang dan memeluk Rafi dengan erat dan juga mengelus perutnya.

" Ibu, bikinkan teh hangat dulu ya."

Saat di dapur, Sriati melihat sepintas bayangan hitam berjalan melintasinya. Sriati terdiam terpaku dia tak mau bergerak ataupun menoleh sedikitpun. Dia terus mengaduk ngaduk teh hangat agar gulanya terlarut. Namun, Bayangan hitam itu seperti hanya melihat dirinya saja dari belakang seperti menatapnya dengan tajam. Lalu pergi dan menembus pintu belakang.

Di dalam hatinya tiba tiba berkata " Mas Haryo, Mas"

Sriati mengingat almarhum suaminya yang meninggal.

' apa mas Haryo ingin menemui anaknya atau ada hal yang ingin dia sampaikan.'

Sriati membuka pintu belakang, dan melihat kesekeliling tak ada apa apa di sana, yang dia lihat hanya kesunyian dan petang. Cahaya bulan tertutup awan, dan angin membawa hawa dingin yang menembus kulit.

Dengan tangan yang masih gemetar. Sriati melihat arah jam dinding yang berada di dapur. Angka jarum pendek masih menunjukkan jam tiga pagi.

Dia mengingat ramuan yang diberikan oleh Nyai, dan juga perkataannya bahwa ramuan ini tak boleh di minum saat pergantian waktu antara pagi atau sore. Dan dengan cepat cepat Sriati menuangkan setetes pada teh hangat. Lalu Sriati berjalan menuju kamar Fajar dengan membawa air. Dia membuka pintu dan melihat Asha tertidur dengan posisi menyamping. Sriati harus membangunkannya, dan menyuruh dia untuk meminum.

"Asha, Asha." Panggilan Sriati tak di dengar oleh Asha.

Lalu Sriati berusaha untuk mengangkat kepala Asha untuk di letakkan di atas bantal yang dia senderkan ke papan ranjang. Asha terlihat seperti seseorang yang di ambil sukmanya, wajahnya pucat dan napasnya lemah.

Dengan tangan yang gemetar, Sriati mencoba untuk membangunkan Asha lagi. " Asha bangun ! Minum ini ! "

panggil Sriati dengan menuangkan air teh hangat ke bibir Asha. Tapi Asha tak bergerak dan tak ada respon dari dirinya. Walupun air yang Sriati tuangkan ke bibir Asha jatuh. " Tidak apa apa minum sedikit demi sedikit sampai habis ya."

Tanpa di duga, terdengar suara bisikan lirih di telinga kiri Asha yang terasa panas dan merasa ada yang menjilat daun telinganya yang menimbulkan rasa gatal tanpa sebab.

Sriati tetap menuangkan air itu ke bibir Asha hingga habis. Walaupun mulut Asha hanya terbuka sedikit untuk meminumnya. Seketika, tangan Asha mengaruk garuk daun telinga kirinya dengan kukunya yang tiba tiba tumbuh. Padahal yang sering Sriati lihat setiap hari, Asha tak pernah lupa untuk memotong kukunya.

Di gosok lagi dan di gosok lagi daun telinganya, hingga terluka dan mengeluarkan darah. " Asha berhenti ! Berhenti ! " Sriati berteriak dan memegang tangan Asha agar berhenti. Lalu, Asha pun berhenti, dia menuruti perkataan Sriati dengan baik. " Sekarang kamu tidur ya. Engko pagi kamu bangun, masak siapin sarapan." Asha mengangguk dan kembali tertidur.

Raut wajah puas Sriati terlihat, dan di hatinya semakin percaya dan yakin dengan kekuatan Nyai. Dia memegang dada kirinya yang terselip ramuan itu. Agar orang lain tak dapat menemukan atau mengambilnya.

Sriati kembali ke kamar dewi dan membawa air teh hangat yang baru. " Ibu tadi lama ya Nduk. Ibu merebus air dulu."

Dewi tersenyum dengan ekspresi yang tenang. " Seharusnya Dewi yang membuat teh. Bukan ibu."

" Wis tidak apa apa. Ibu kan sayang sama kamu, juga sama Rafi dan cucu ibu yang ada di perut ini." Dewi tersenyum begitupun juga dengan Rafi. Yang perut buncitnya di elus oleh Sriati.

" Cah bagus, cucunya nenek. Sekarang tidur lagi ya, nanti pagi nenek mau ajak kamu ke sawah keliling keliling."

" Asyikk ... Mau keliling keliling. Tapi ... "

.

" Tapi kenapa ? "

" Jangan ke pasar ya nek. Pasar itu menakutkan."

" Oh, yo enggak noh. Nanti nenek ajak keliling naik delman, ya ! Sekarang tidur." Dengan semangat, dan mengkhayal kan jalan jalan, Rafi tertidur dengan cepat.

" Maafkan ibu ya, nduk. Tadi kamu kesini ibu dalam keadaan yang tidak tenang. Sehingga kamu bermimpi buruk."

"Sebenarnya ibu kenapa ?"

" Ibu terjatuh saat pulang dari tengkulak. Lalu ibu lihat sesuatu yang aneh malam malam di sawah. Jadinya ibu ketakutan."

"Lagian ibu ke tengkulaknya malam malam, kan bisa nanti pagi. Bu."

1
Soraya
semangat thor lanjut
Soraya
knp gak dtg aja langsung orang tuanya Asha gak usah pake nelpon
Ema Virda: jika langsung, konflik nya nanti kurang seru kak.
total 1 replies
Soraya
semangat thor lanjut
Soraya
apa orang tuanya asha gak merasakan sesuatu tentang Asha anak nya
Ema Virda: merasakan kak. tapi akan saya bahas di bab selanjutnya
total 1 replies
Soraya
fajar kena guna guna
Soraya
baca cerita seperti ini bikin bingung
Soraya
apa asha gak punya HP
Soraya
apakah musibah yang menimpa Asha krn balas dendam Arya kepada nya
Soraya
Oo ternyata mulut Asya tajem juga
Soraya
hadiah pertama dri q thor
Ema Virda: terimakasih kak
total 1 replies
leli siregar
cepat kali mau sholat, bukankah dia masih nifas?
Ema Virda: express kak seperti kereta 🤭🤭
total 1 replies
Soraya
ini cerita mistik ya thor
Soraya
mampir thor
Valentino (elle/eso)
Aku yakin ceritamu bisa membuat banyak pembaca terhibur, semangat terus author!
Ema Virda: terimakasih kak
total 1 replies
robleis_XD
wah, jalan ceritanya bikin gue deg-degan 😱
Ema Virda: terimakasih
total 1 replies
Victor
🤔😭😭 Akhirnya tamat juga, sedih tapi puas, terima kasih, author.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!