Apa jadinya jika seorang gadis bar-bar yang punya keahlian bela diri dan mampu mempergunakan berbagai macam senjata dengan baik, tiba-tiba tersedot pusaran waktu saat dirinya terjerembab pada lubang sumur yang dalam di tengah hutan saat dikejar oleh gangster.
Bukannya mati, tapi Aurora Valencia justru masuk ke dunia lain.
Di mana dia menemukan seorang lelaki berpakaian layaknya seorang pangeran sedang merintih kesakitan akibat luka di sekujur tubuhnya dan matanya.
Mata sosok pangeran itu mengeluarkan darah bagaikan telah ditusuk benda tajam yang mengakibatkan kebutaan permanen.
"Apakah ada orang, tolong aku." Ucap lelaki yang bernama Dexter Douglas dengan nafas terputus-putus.
Di waktu yang sama Aurora menemukan benda aneh berwujud seperti potongan kaca tapi saat disentuh, tubuh Aurora tersedot masuk ke dalam kaca yang ternyata terdapat sebuah ruangan luas penuh dengan hal-hal ajaib di dalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentang Freakazoid
Flashback 30 tahun yang lalu
Hari itu adalah ulang tahun Pangeran sekaligus Putra Mahkota Dexter Douglas yang ke-5 tahun. Anak kecil tampan yang selalu riang serta penurut itu sedang menunggu kepulangan Ayahnya dari medan perang, untuk merayakan hari jadinya bersama dengan Ibunda Ratu dan juga beberapa saudara-saudara mereka.
"Ibu... apa hari ini Ayah benar-benar pulang?" Tanya Dexter.
"Tentu saja, karena peperangan sudah selesai. Dan Ayahmu Baginda Raja telah memenangkannya." Ucap Ratu Dianira.
"Horee... Kalau begitu aku akan bersiap-siap dulu ke kamar. Ibu tunggu di sini saja." Ucap Dexter riang gembira, lalu berlari menuju ke dalam kamarnya.
Setelah mandi dan menggunakan pakaian terbaiknya, Dexter segera ingin keluar karena dia sudah mendengar suara Ayahnya sedang berbicara dengan Ibunya.
Tapi, begitu Dexter mendekat yang terdengar bukan sekedar pembicaraan biasa. Tapi ada suara tinggi dari Ibunya yang juga sedang menangis.
"Kenapa kamu mengingkari janji setiamu, Baginda Raja." Ucap Ratu Dianira.
"Sudahlah, terima Lusiana sebagai selirmu. Karena aku tidak mungkin lari dari tanggung jawab setelah dia menolongku dengan tulus saat aku sedang sekarat." Ucap tegas Raja.
"Bertanggung jawab? Apa kalian berdua sudah?" Rasanya bibir Ratu Dianira kelu tidak bisa melanjutkan omongannya. Terlalu sakit hatinya membayangkan suaminya berbagi peluh dengan wanita lain.
"Maaf... Aku khilaf." Hanya itu yang bisa disampaikan oleh Raja.
"Tapi, kamu sudah mengkhianati cintaku. Kamu mengingkari janji setia sehidup semati, ingat Raja jika akan ada konsekuensi tinggi atas pengkhianatanmu. Semesta akan menghukum berat dirimu, dan mungkin aku juga akan terkena imbas dari pengkhianatanmu ini." Ucap Ratu dengan wajah sembab.
"Aku akan coba menerima Selir Lusiana, tapi semua tidak akan sama. Aku tidak akan tidur denganmu lagi, dengan pria yang membagi benih dengan wanita lain."
Sejak saat itu, sikap Ratu Dianira berubah 360°. Dia tidak lagi menjadi perempuan kuat dan hebat yang bisa mengalahkan puluhan prajurit dengan satu tebasan pedang.
Ratu Dianira bukan hanya kehilangan senyumannya, kehilangan cahaya dalam hidupnya. Tapi, juga kehilangan jati dirinya. Dia menjadi mudah sekali emosi, mudah marah dan yang paling berbahaya adalah Ratu mudah terprovokasi.
Dia cenderung mengurung diri dan menutup diri dari dunia luar. Sering menangis, apalagi ketika melihat Raja bahagia dengan kehamilan madunya.
"Hari ini akan ada perayaan pesta kehamilan pertama Selir Lusiana. Aku akan menjadi seorang ayah dari wanita yang bersedia melayani suami dengan baik dan ikhlas." Ucap Raja Dalbert menyindir Ratu.
Ya, karena sejak dia membawa pulang Selir. Ratu Dianira sudah tidak mau disentuh oleh suaminya. Karena pantang baginya untuk berbagi.
Hingga puncaknya adalah kelahiran Louis. Putra kedua yang menjadi kesayangannya, Raja Dalbert benar-benar memperlakukan Pangeran Louis dengan sangat berbeda. Lebih diistimewakan, diprioritaskan dan disayang.
Raja Dalbert semakin lama semakin menjauhi Ratu Dianira dan Putranya. Mengganggap Pangeran Dexter kecil sebagai anak nakal yang suka melawan, pembangkang dan sering berbuat jahat.
"Apa ini ajaran Ibumu, Dexter. Sudah dibilang berapa kali jika Louis adalah adik kandungmu, jangan berebut apa pun lagi dengannya. Kamu sebagai Kakak harus mengalah. Berikan semua mainan itu padanya. Kamu sudah besar Dexter, tidak butuh mainan seperti itu lagi." Ucapnya ketika Louis selalu merebut apa yang dimiliki oleh Dexter.
Sekali dua kali hingga akhirnya keterusan mengalah membuat Dexter ikut kehilangan jati dirinya sebagai pewaris. Ditambah Ibu Ratu yang bersikap cuek, tidak membelanya sama sekali. Dexter seolah menjadi sebatang kara. Sendirian, tidak punya kawan atau pun sandaran saat hati terluka. Dihukum, dicaci, dicemooh, dan dibandingkan. Membuat Dexter akhirnya mulai memberontak.
Entah bagaimana ceritanya, pemberontakan yang dilakukan Dexter bukan berasal darinya. Melainkan pembentukan dari Alter Egonya.
"Jangan mau terus ditindas, jangan mau terus mengalah, kamu harus mampu melawan dan menjadi kuat. Semua ini adalah milikmu, tahta ini juga akan menjadi milikmu. Lawan ketidak adilan ini, Dexter. Jika kamu tidak berani melawannya..."
"Maka aku akan datang menggantikanmu." Itulah awal dimana seorang Dexter Douglas kecil menciptakan Alter Egonya sendiri yang diberi nama Freakazoid.
Sejak hari Freakazoid tercipta di diri Dexter, Putra Mahkota yang biasanya penurut itu menunjukkan pemberontakannya. Hingga bertahun-tahun lamanya, Dexter hidup berdampingan bersama Freakazoid yang tak lain adalah dirinya sendiri.
"Tapi, kamu hanya boleh muncul saat aku sedang membutuhkan kehadiranmu. Jangan menganggap semua milikku adalah milikmu, terutama jika soal perempuan. Yang menjadi istriku, hanya milikku. Kamu jangan mencoba mengambil alih diriku, saat aku sedang bersamanya." Itulah perjanjian yang dibuat sendiri oleh Dexter dan Freakazoid saat pertama kali menjadi tunangan Diandra.
Saat mengetahui jika tunangannya berselingkuh, Freakazoid justru yang marah besar.
"Kamu jangan diam saja, Dexter. Perempuan hina sepertinya wajib dibinasakan." Ucap Freakazoid dengan berapi-api.
"Biarlah mungkin bukan jodohku lagi. Tak perlu marah sampai sebegitunya. Aku tak apa." Ucap Dexter.
"Kamu masih saja menjadi anak yang terlalu baik." Ucap Freakazoid.
Di mana Freakazoid saat Louis berhasil mencelakai Dexter waktu itu. Jawabannya adalah ada dalam dirinya yang sudah pasrah dengan kekalahannya. Sejak mengetahui cintanya dikhianati, Dexter sama seperti Ibunda Ratu Dianira. Menjadi lemah, tidak semangat hidup dan kehilangan seluruh jati dirinya. Bahkan Freakazoid enggan muncul meskipun nyawa Dexter sedang dalam bahaya.
Tapi, setelah bertemu Aurora pertama kali di dalam sumur tua. Freakazoid lah yang pertama semangat. Diri lain dari Dexter itu merasakan jika Aurora adalah jodohnya.
"Kamu harus segera menikahinya, Dexter. Dia perempuan kuat yang sangat pantas bersanding denganmu." Ucap Freakazoid.
"Ya, dan kamu dengar sendiri kalau dia jatuh cinta padaku."
"Benar, dan kamu harus membalas dengan mencintainya juga. Singkirkan nama Diandra dari otak dan hatimu. Dan fokus menumbuhkan cinta baru, kali ini aku yakin dia akan menjadi Istri yang setia."
"Freakazoid, sesuai perjanjian kita dulu. Aurora hanya akan menjadi istriku, kamu tidak usah muncul saat aku sedang bersama dengannya nanti."
"Itu tidak adil, aku juga ingin merasakan bercinta dengan perawan. Aku ingin juga malam pertama." Ucap Freakazoid dengan menggebu-gebu.
"Lihat kan, hanya membayangkan bercinta dengannya saja milikku sudah mengembang."
"Enak saja, ini milikku ya. Kamu hanya bagian diriku yang lain, tapi semua anggota tubuh termasuk tombak sakti hanya milikku."
Perdebatan sengit antara Dexter dan Freakazoid saat ditinggal Aurora mencari bahan makanan di Ruang Ajaib. Dan pada akhirnya, Freakazoid mengalah.
"Baiklah... Baiklah... Aurora hanya milikmu. Aku mengalah bukan karena kalah. Tapi karena kasihan atas dirimu." Ucap Freakazoid membuat Dexter berdecih.
"Dirimu adalah diriku jika kamu lupa." Balas Dexter.
Flashback Off
Kembali ke waktu yang sekarang.
"Kamu tahu sayang, aku sudah sangat dalam mencintaimu." Ucap Dexter.
"Apa karena semalam? Itu bukan cinta mendalam, tapi mesummu sudah tingkat dewa." Ucap Aurora mengejek.
"Astaga... Ternyata istriku masih belum percaya sepenuhnya." Sahut Dexter merajuk.
"Jangan merajuk, wajahmu tidak cocok kalau seperti itu." Ucap Aurora.
"Memangnya aku seperti apa?" Tanyanya.
"Kamu adalah pria yang paling tampan yang pernah aku lihat. Bahkan artis Korea saja kalah denganmu, karena menurutku wajah mereka wajah plastik sedangkan wajahmu alami. Yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama di sumur tua." Ucap Aurora membelai rahang Dexter, seketika Freakazoid mengerang ingin keluar.
"Aurora jika kamu tahu seperti diriku yang sebenarnya apakah kamu akan marah, malu lalu menjauhiku?" Tanya Dexter dengan wajah sendu.
"Memangnya apa yang kamu rahasiakan, aku merasa memang kamu menyembunyikan hal besar dariku saat ini. Tapi, aku tidak akan memaksamu bercerita jika kamu belum siap. Hanya saja jangan tentang pengkhianatan."
"Maksudnya jangan bilang kalau aku hanya istri kedua atau istri simpanan, sedangkan kamu punya istri SAH yang lain di rumah."
Cettaakkk...
Dexter menyentil kening Aurora karena gemas istrinya kalau ngomong pasti melantur ke mana-mana.
"Jangan sembarang bicara, istriku cuma satu dan selamanya hanya kamu. Hanya satu hingga nanti selamanya."
"So sweet sekali suami tampanku. Sekarang ayo kita ke pasar, ada banyak hal yang ingin aku lakukan." Ucap Aurora semangat.
Sementara itu di dalam Istana, Selir Lusiana sudah memulai rencananya. Dia telah mencampurkan racun di makanan yang dimasak untuk Ratu.
Mengendap-endap menuju dapur, lalu menuang semua ramuan dalam masakannya.
"Dengan begini, aku akan segera jadi Ratu untuk menggantikan Dianira." Gumam Selir Lusiana, tanpa dia tahu ada yang mendengar omongannya.
"Ternyata Selir Lusiana sejahat itu, aku tidak boleh diam saja. Jika aku memberi tahu pada Ratu, apakah Ratu akan percaya. Bisa jadi akan jadi bumerang untuk diriku sendiri." Gumam seseorang.
Tapi tekatnya sudah bulat, dia akan menggagalkan rencana Selir Lusiana apa pun yang akan terjadi.
Rumaya, ya orang yang memergoki Selir Lusiana adalah kepala pelayan. Dia yang selama ini tidak memihak tapi juga tidak memusuhi, menjadi ragu dengan berita yang beredar tentang keburukan Pangeran Dexter.
"Apa jangan-jangan selama ini..."
Prang...
Satu panci penuh sup gingseng yang akan diberikan pada Ratu sengaja dia tumpahkan semua, hingga cipratan kuah panas mengenai kedua kakinya yang seketika melepuh.
"Aahhh..." Sengaja Rumaya berteriak histeris. Sehingga berbondong-bondong semua orang mendatanginya, termasuk Selir Lusiana juga.
"Apa yang kamu lakukan pada sup itu?" Teriak Selir Lusiana.
"Maaf Selir, kaki saya terkilir saat ingin mengangkat panci sup. Dan membuatnya tumpah tanpa sisa. Lihatlah kedua kaki saya melepuh." Ucap Rumaya mendramatisir wajah sedihnya.
"Dasar kepa pelayan tidak berguna." Umpat Selir Lusiana menatap sengit.
Saat semua orang sibuk berdebat, seekor kucing masuk dan menjilati kuah sup dengan begitu lahap.
Tapi tiba-tiba tubuhnya mengejang, seluruh bulunya rontok lalu mati.
"Kok kucing itu mati setelah menjilati tumpahan kuah sop ya? Apa jangan-jangan sopnya beracun." Suara Rumaya sengaja dibuat tinggi, sehingga terdengar jelas oleh Raja.
"Panggil Tabib Istana sekarang juga. Pasti ada yang ingin meracuni Ratu." Ucap Raja mengepalkan tangannya.